Kabar Artis

Musik Punya Peran Penting dalam Film Genre Apapun hingga Membawa Perasaan Penonton Lebih Berkesan

Musik mempunyai peranan yang strategis pada apapun genre film yang membungkusnya. Musik akan membawa perasaan penonton lebih dalam dan berkesan.

istimewa
Sutradara dan penulis naskah film Rako Prijanto dan musisi Tya Subiakto menjadi pembicara dalam webinar 'Peran Musik dalam Film' yang digelar Panitia Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) XIII, Sabtu (15/8/2023). 

Menurut Rako Prijanto, muatan musik atau scoring musik diselaraskan dengan durasi film dan yang terpenting sejauh mana keperluannya.

"Kalau terlalu banyak, apalagi penempatannya tidak tepat, pasti bakal akan mengganggu perasaan penonton," ucapnya.

Baca juga: Cerita Rako Prijanto Berkarya di Industri Film, Digaet Rudy Soedjarwo hingga Dilibatkan Film AAdC?

Rako Prijanto mengingatkan, film berbeda dengan opera atau oabaret yang membutuhan latar belakang musik dari depan sampai belakang.

"Dalam film, terkadang ada bagian tertentu yang memang harus di mute dan kalau tidak, nanti grafik emosi penonton malah bisa terlalu lelah," jelasnya.

Belajar Sejarah Musik

Tya Subiakto mengatakan, seseorang yang ditunjuk sebagai penata musik, mempunyai kesepakatan pada dua orang, yakni produser dan sutradara.

"Mereka yang tahu karakter cerita, bagaimana alur dan konklusi filmnya," kata Tya Subiakto yang pernah menata musik untuk lebih dari 60 judul film, di antaranya Ayat-Ayat Cinta, Habibi & Ainun dan Sang Pencerah.

Baca juga: Yoriko Angeline Kesurupan, Mata Melotot hingga Kejang-kejang Jelang Syuting Film Kutukan Peti Mati

Jika seseorang tertarik menjadi penata musik, kata Tya, sebaiknya dibekali dengan ilmu yang lain seperti fotografi agar paham sudut pandang dan bahasa yang kerap dipakai sutradara.

"Perlu juga membekali diri dengan pengetahuan tentang skenario film, meski tidak perlu mendalam," kata Tya Subiakto.

Di setiap skenario terdiri dari tiga babak atau delapan sequences.

Baca juga: Siap Diputar di Bioskop, Film Perempuan Berkelamin Darah Kampanyekan Stop Tindak Kekerasan Seksual

"Dari sana kita bisa mengatur musiknya, misalkan, di bagian opening tidak terlalu tinggi, atau tidak mewah," ujar Tya Subiakto yang mengawali karier lewat film Sang Dewi (2007).

Baginya, ilustrator musik harus paham tentang sejarah musik.

Misalnya, dalam menggarap tema cerita tahun 1920, harus paham di jaman itu musik apa yang sedang berkembang.

Baca juga: Film Sosok Ketiga Ditonton Satu Juta Orang di Bioskop, Celine Evangelista Malah Senang Jadi Pelakor

"Misalnya musik jazz, harus dipertajam lagi, era itu apa yang sedang hits, apakah Dixie atau apa dan jangan sampai salah, bisa ditertawakan penonton kalau salah musiknya," ucap Tya Subiakto.

Tya Subiakto yang memenangkan Ilustrator Terbaik dalam Festival Film Bandung lewat Ayat-Ayat Cita (2008) dan Sang Pencerah (2011) ini masih sering menghadapi alasan klasik tentang budget produksi film yang terbatas.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved