Kesehatan

Tidak Hanya Obesitas, Faktor Resiko Sindrom Ovarium Polikistik Juga Ada di Wanita Berat Badan Normal

Meskipun obesitas salah satu faktor risiko, Sindrom ovarium polikistik juga terjadi pada perempuan dengan berat badan normal.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Mochamad Dipa Anggara
Freepik.com
Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin (hormon) yang paling banyak ditemukan, memengaruhi 5–20% perempuan usia reproduksi. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA  – Sindrom ovarium polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin (hormon) yang paling banyak ditemukan, memengaruhi 5–20 persen perempuan usia reproduksi.

Jika tidak ditangani secara tepat, dalam jangka panjang SOPK ini akan berkembang peningkatan risiko penyakit Diabetes Melitus tipe 2, sindrom metabolik serta peningkatan angka kejadian kanker endometrium (dinding rahim).

Sayangnya, diperkirakan sekitar 50 persen perempuan penderita SOPK tidak terdiagnosis sehingga mereka tidak mendapat pengobatan yang semestinya.

Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dalam Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI dr. Gita Pratama, Sp. OG, Subsp. FER, M.Sc,Rep menjelaskan, bahwa SOPK sendiri ditandai dengan adanya gangguan haid, peningkatan hormon androgen serta infertilitas.

Salah satu penemuan penelitian terdahulu juga menyebutkan bahwa obesitas ada kaitannya sebagai salah satu faktor risiko dari SOPK.

“Meskipun obesitas salah satu faktor risiko yang kerap terjadi, namun lewat penelitian ini ditunjukkan bahwa 20–50 persen perempuan dengan SOPK mempunyai berat badan yang sebenarnya normal (nir-obese)," ungkap Gita dalam keterangan resmi, Senin (17/7/2023).

Ia menjelaskan, diperkirakan proses perjalanan penyakit perempuan yang obesitas dan berat badan normal (nir-obese) pun berbeda.

Hormon yang memengaruhi sistem reproduksi perempuan, yaitu luteinizing hormone (LH) yang berasal dari kelenjar hipofisis di otak, secara signifikan lebih tinggi pada perempuan nir-obese dengan SOPK dibandingkan dengan obese.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan hormonal pada otak (neuroendokrin) mungkin merupakan mekanisme terpenting pada pasien SOPK dengan berat badan normal,” sebut dr. Gita.

Tatalaksana SOPK

Ia menambahkan, untuk tatalaksana pada SOPK adalah dengan melakukan modifikasi gaya hidup (diet dan olah raga).

Penelitian menunjukkan pasien SOPK obese mengalami perbaikan gejala dengan melakukan modifikasi gaya hidup tersebut.

"Karena pasien SOPK dengan berat badan normal lebih terkait dengan gangguan hormonal, maka perbaikan gaya hidup saja belum bisa memberikan perubahan gejala signifikan," jelas dr. Gita.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved