Viral Media Sosial

Penjelasan Ustazah Aisyah Dahlan Soal Istri Tak Boleh Pegang Semua Gaji Suami, Dampaknya Bisa Bahaya

Penjelasan Ustazah Aisyah Dahlan Soal Istri Tak Boleh Pegang Semua Gaji Suami, Dampaknya Bisa Bahaya

Editor: Dwi Rizki
Youtube @Helmi Yahya Bicara
Ustadzah Aisyah Dahlan dalam Channel Youtube @Helmi Yahya Bicara 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ustazah Aisyah Dahlan menjelaskan pentingnya istri tidak boleh memegang semua gaji milik suami.

Sebab, apabila maih dilakukan, dampanya bisa sangat berbahaya bagi suami maupun rumah tangga.

Kebiasaan istri memegang semua gaji suami mungkin menjadi pilihan sejumlah pasangan.

Alasannya, istri yang mengetahui kebutuhan rumah tangga, mulai dari urusan dapur, jajan anak, bayar tagihan hingga cicilan bulanan.

Sedangkan suami cukup mencari nafkah sebagai seorang kepala keluarga, karena semuanya bisa dipercayakan kepada sang istri.   

Pendapat tersebut dibantah oleh Ustazah Aisyah Dahlan 

Ditegaskannya, kebiasaan tersebut tidak benar.

Sebab ditegaskannya, pilihan untuk menguasai seluruh gaji suami tidak menjamin kebahagian dalam rumah tangga.

Rumah tangga bahkan bisa hancur berantakan.

Baca juga: Pilpres 2024 Kian Memanas, Ahmad Sahroni Muncul Sebagai Cawapres!

Baca juga: Harap Diperhatikan! Tak Boleh Didebat Lagi, Ini Pentingnya Istri Tak Boleh Pegang Semua Gaji Suami

Ustadzah Aisyah Dahlan bersama Helmi Yahya dalam bincang yang ditayangkan lewat Channel Youtube @Helmi Yahya Bicara
Ustadzah Aisyah Dahlan bersama Helmi Yahya dalam bincang yang ditayangkan lewat Channel Youtube @Helmi Yahya Bicara (Youtube @Helmi Yahya Bicara)

Hal tersebut disampaikan Ustazah Aisyah Dahlan ketika bincang bersama Helmi Yahya dalam Channel Youtube @Helmi Yahya Bicara.

Dalam kesempatan tersebut; Aisyah Dahlan menyebutkan ada tiga hal yang harus dikendalikan istri apabila ingin bahagia dalam berumah tangga. 

Pertama keinginan untuk mengontrol atau wanting to control.

Kedua, keinginan untuk diakui keberadaannya atau wanting to approval.

Terakhir, keinginan untuk keamanan diri atau wanting for seccure, mulai dari soal perlindungan, kesejahteraan hingga keuangan.

Baca juga: Asyik Merokok Sambil BAB, Yusuf Kaget Septik Tank Meledak, Tubuhnya Terpental-Kamarnya Penuh Tinja

Baca juga: Penampakan Yusuf, Penghuni Kos di Wajo Pasca Kena Ledakan Septik Tank Waktu Asyik Merokok Sambil BAB

"Sebenarnya kan basic dari emosi kita itu kan ada tiga, wanting to control, wanting to approval dan wanting for seccure kan, itu doang basic dari emosi kita," ungkap Aisyah Dahlan.

"Wanting to control, karena kita ingin selalu mengontrol orang, makanya muncul marah," tambahnya.

"Kalau terganggu kontrolnya ya?" tanya Helmi Yahya.

"Iya, kita mau selalu mengontrol, kita mau selalu, 'harusnya ayah gini dong', harusnya kamu gini dong', kan wanting to control itu," jelasnya.

Hal yang harus dijaga istri lainnya adalah keinginan untuk diakui keberadaannya atau wanting to approval.

Menurutnya, sang istri harus bisa menahan emosi untuk tidak bersikap egois.

Seorang istri katanya harus bisa memberikan ruang kepada suami untuk menunjukkan eksistensinya.

Misal apabila sang suami bertemu dengan keluarganya dan lebih banyak berbincang bersama anggota keluarga dibandingkan dengan istri.

Sang istri katanya harus memberikan ruang kepada suami.

"Terus for approval, kita karena selalu ingin diterima sebagai istri, atau misalnya suami dateng ke rumah kakaknya, kan laki-laki terhadap kakak perempuannya itu kan harus melayani kan?" ujar Aisyah Dahlan.

"Ngobrolnya lebih banyak, kita lihat 'kok dia (suami) ngobrolnya lebih banyak sama kakak ipar? saya (istri) nggak?'. Nah itu wanting for approval kita yang sedang goyah gitu, 'Ya mbok ya, aku ya diajak ngomong dong'," bebernya.

"Muncul marahnya karena wanting for approval," jelas Aisyah Dahlan.

Hal terakhir adalah mengenai keamanan diri atau wanting for seccure.

Keinginan tersebut meliputi perlindungan, kesejahteraan hingga keuangan.

"Secure itu mulai dari uangnya kah, jaga keamanannya kah, seperti itu," jelas Ustadzah Aisyah Dahlan.

"Itu harus dipenuhi?" tanya Helmy Yahya.

Mengenai hal tersebut, Ustadzah Aisyah Dahlan menitik beratkan soal pengaturan keuangan.

Ditegaskannya, gaji suami tidak boleh dipegang seluruhnya oleh istri. 

Sang istri katanya hanya boleh memegang uang sebanyak separuh dari gaji suami.

Sedangkan sisanya bisa dipegang suami untuk memenuhi kebutuhan bersama. 

"Iya, jadi itu tadi, jadi kayak benang kusut ya mas, kita nggak ngerti otaknya, kemudian nggak ngerti tatanan bahwa nafaqanya (nafkah) suami itu kalau di Surat Annisa itu kan separuh aja untuk istri," ungkap Ustadzah Aisyah Dahlan

"Separuhnya terserah suami, mau investasi, mau kasih ibunya, mau kasih saudara-saudaranya gitu," jelasnya.

Meski demikian, Ustadzah Aisyah Dahlan sepakat dengan Helmi Yahya soal konsep 'Uangmu-uangku (istri), Uangku-uangku'.

"Nah kita kan, mungkin di Indonesia aja barangkali, nggak tahu ya kalau di luar negeri?" ujar Ustadzah Aisyah Dahlan.

"Uangmu-uangku (istri), Uangku-uangku?" tanya Helmi Yahya.

"Kalau itu oke," ujar Aisyah Dahlan tersenyum.

"Oke?!" sambut Helmi Yahya sembari tertawa.

"Nah itu ada fatwanya tuh, tapi itu tadi, 'gaji suami semuanya dipegang istri' itu yang nggak oke," tegas Aisyah Dahlan.

"Nggak oke itu, separuh aja. biar dia punya keleluasaan untuk memnuhi hipotalamusnya yang menjaga keamanan itu, termasuk menjaga keamanan yang hirarki, mulai dari ibu, ayah," jelasnya.

"Jadi ada suami menyerahkan semua gajinya ke istri, kadang-kadang dia cuma dijatahin bu, setiap hari berapa (uang) gitu," tanya Helmi Yahya lagi.

"Nggak gitu seharusnya, itu keliru itu," tegas Aisyah Dahlan.

"Itu laki-laki bawah sadarnya akan merasa bahwa dia sebagai hero-nya (pahlawan) mana?" ujarnya.

"Yang darurat, yang harusnya dia mengeluarkan dana untuk ini (darurat) mana? itu kan lama-lama.." ujarnya tidak meneruskan kalimat.

"Dan ada satu (riset), tapi saya lupa di mana, hipotalamus bisa mengerut Mas Helmi, gara-gara itu (gaji dipegang semua oleh istri)," ungkap Aisyah.

Akibat Hipotalamus mengerut, sang suami katanya akan kehilangan kepercayaan diri dan kreatifitas.

Sehingga, sang suami akan mengalami keterbatasan dalam mencari nafkah.

"Gara-gara itu?" tanya Helmi Yahya menegaskan.

"Gara-gara itu," tegas Aisyah Dahlan.

Tak hanya itu, suami yang dikekang istri katanya juga akan depresi dan kehilangan jati diri.

Kasus terburuk, sang suami akan berubah orientasi seksualnya.

Sang suami diungkapkan Ustadzah Aisyah Dahlan bisa saja berubah menjadi gay. 

"Sehingga dia punya kemampuan mencari nafaqa berkurang, dan ada yang ekstrim, maaf-maaf, bisa jadi gay," jelasnya.

"Sampai segitunya?" tanya Hemi Yahya.

"Iya," ujar Aisyah Dahlan lagi.

"Karena dia (hipotalamus) mengecil," jelas Aisyah Dahlan.

"Itu ya bu pengaruhnya? saya pikir dia hanya kehilangan motivasi untuk mencari uang lebih ya," tanya Helmi Yahya. 

"Iya, akhirnya orientasi seksualnya (berubah). Itu (hipotalamus) itu kan ada di pusat sahwat birahi kan?" ujar Aisyah Dahlan.

"Termasuk juga kan, karena dia mengerut, udah ketakutan sama istrinya, sama perempuan," jelasnya.

"Merasa dikontrol, merasa dibatasi?" tanya Helmi

"Iya-iya, udah ketakutan, orientasi seksualnya (jadi) nggak tertarik sama perempuan. Makanya itu tadi, pusat sahwat birahinya itu mengerut, ini bahaya," jelas Aisyah Dahlan.

Baca Berita Warta Kota lainnya di Google News

Berikut Video Lengkapnya:

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved