Ramadan

Ustaz Abdul Somad Jelaskan Hukum Sahur Ketika Adzan Subuh Berkumandang, Ditelan atau Dimuntahkan?

Ustaz Abdul Somad Jelaskan Hukum Sahur Ketika Adzan Subuh Berkumandang, Ditelan atau Dimuntahkan?

Penulis: Dwi Rizki | Editor: Dwi Rizki
instagram @ustadzabdulsomad_official
Ustaz Abdul Somad 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Beragam pertanyan seputar Ramadan diulas Ustaz Abdul Somad (UAS).

Kali ini, dalam ceramahnya UAS menjawab pertanyaan jemaahnya soal hukum ketika makan sahur namun Adzan Subuh berkumandang.

"Bagaimana hukum ketika sahur tiba-tiba adzan, apakah makanannya harus dimuntahkan?," ujar Ustaz Abdul Somad dalam video yang diunggah lewat akun instagram @ustadzabdulsomad_official; pada Senin (27/3/2023).

Dalam video tersebut, dirinya mengenang ketika dirinya masih berkualiah di Maroko.

Ketika itu, dirinya bersama sejumlah sahabatnya tengah makan sahur.

Saking asyiknya, adzan subuh pun berkumandang tepat ketika mereka masih makan sahur.

"Itulah gunanya imsak, imsak, pas sedang makan, tiiiiiiittt.. di Maroko tak ada imsak, rupanya imsak itu ada di Mazhab Syafi'i, Maroko Mazhabnya Maliki-tak ada, jadi kami makan aja," jelasnya.

"Makan, makan, pas sedang makan, Allahuakbar, Allahuakbar," ujar Ustaz Abdul Somad menirukan momen ketika dirinya tengah sahur tetapi sudah masuk waktu subuh.

"Tanya sama kawan, cem mana bro," ungkapnya menunjukkan kondisi mulutnya yang masih penuh makanan.

Baca juga: Viral Dede Asiah Dijual-Jadi Budak di Suriah, Disnakertrans Karawang Minta Keluarga Bikin Laporan

Baca juga: Ibu Bupati Cellica, Warganya Ada yang Dijual Jadi Budak di Suriah-Minta Tolong Ingin Pulang

"Kata dia, 'tenang, masjid satu, yang satu lagi belum'," ujar Ustaz Abdul Somad disambut gelak tawa jemaahnya ketika menirukan ucapan sahabatnya.

Sejak saat itu, lanjutnya, dirinya baru memahami pentingnya imsak.

Imsak katanya mengingatkan umat muslim untuk berhenti makan sahur dan bersiap untuk salat subuh.

"Barulah saya paham makna imsak, imsak itu artinya lampu kuning, sepuluh menit, agak-agak 50 ayat sebelum Adzan Subuh, mulut sudah steril, bersih. Tapi kalau suasana normal," ungkap UAS.

"Kalau terbangunnya pas imsak karena lembur, capek kerja tugas banyak, pas kebangun imsak," ujarnya membelalakan mata.

"Apakah tak boleh makan? boleh, ambil nasi, gulai asam pedas baung, sambal belacan, petai, ikan bilis, masukkan blender," ujarnya disambut gelak tawa.

Baca juga: Meski Soeharto Korupsi, Mahfud MD Sebut Era Orde Baru Lebih Baik: Korupsi Lebih Parah Sekarang

Baca juga: Belum Sepekan Jokowi Larang Jajarannya Bukber, Airlangga Hartarto Malah Buka Puasa Bareng Anies

"Nah abis itu ambil pipet dua, nawaitu shauma ghadin an adai fardhi syahri ramadhani haadzihis sanati lillahi ta ala," ujarnya sembari melafadzkan niat berpuasa di Bulan Ramadan.

"Tapi kalau sudah adzan, kalau sudah adzan berkumandang, ada makanan dimuntahkan. Karena kalau sampai telan makanan waktu adzan, kena adzan sudah masuk waktu terlarang.

Dirinya pun mengitup Surat Al-Baqarah/2:187.

'Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar'

"Kullu-makanlah, wasrabbu-minumlah, sampai terbit fajar-terbit fajar adzan subuh, kalau sudah adzan subuh, kekunyah, muntahkan," jelas UAS.

"Jangan mentang-mentang ketua mesjid, ditelpon muadzin, jangan kau adzan dulu ya," ujarnya disambut tawa.

"Banyak orang menyalahgunakan kekuasaan sekarang," jelasnya menyindir.

Apa itu Imsak?

Dikutip dari Gramedia.com, Imsak merupakan waktu dimana dianggap sebagai salah satu penanda bahwa waktu puasa sudah dimulai. Imsak sendiri hanya ada di bulan Ramadhan saja.

Oleh karena itu, imsak digunakan sebagai pengingat bahwa waktu sahur telah berakhir.

Jika mengutip dari hadist-hadist ataupun ajaran Islam lainnya, maka sesungguhnya masih ada banyak orang yang salah dalam memahami imsak.

Sebab, imsak dianggap sebagai penanda dimulainya waktu puasa.

Pada kenyataannya, imsak tidak ada di dalam ajaran Islam.

Sehingga hal itu hanyalah sebuah istilah yang digunakan untuk membantu kita untuk mengingat bahwa seseorang masih bisa makan untuk beberapa menit lagi sebelum waktu Subuh tiba.

Jadi, sebagian besar jadwal imsakiyah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia memuat selisih waktu imsak dan subuh sekitar 5 hingga 10 menit.

Hal itu sangatlah wajar karena bergantung dengan wilayah dan juga ulama.

Adapun ketentuan yang menyatakan bahwa umat muslim masih diizinkan untuk makan atau minum sahur saat imsak yaitu ada di beberapa dalil.

Salah satu dalil yang membahas mengenai hal tersebut yaitu:

“Jika salah satu dari kamu mendengar adzan, sedangkan ia masih memegang piring (makanan) maka janganlah ia meletakkannya hingga ia menyelesaikan makannya,” HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Hakim dan telah dishahihkan oleh Adz Dzahabi.

Selain itu, Imam Al-Mawardi juga menurutkan di dalam kitab Iqna’-nya, yaitu:

“Waktu berpuasa adalah dari terbitnya fajar kedua sampai tenggelamnya matahari. Akan tetapi (akan lebih baik bila) orang yang berpuasa melakukan imsak (menghentikan makan dan minum) sedikit lebih awal sebelum terbitnya fajar dan menunda berbuka sejenak setelah tenggelamnya matahari agar ia menyempurnakan imsak (menahan diri dari yang membatalkan puasa) di antara keduanya.” (lihat Ali bin Muhammad Al-Mawardi, Al-Iqnaa’ [Teheran: Dar Ihsan, 1420 H] hal. 74).

Dengan begitu, sudah jelas bahwa orang-orang yang sedang sahur masih diperbolehkan makan dan minum sahur ketika waktu imsak tiba hingga masuki fajar dan juga adzan subuh.

Akan tetapi, memang alangkah lebih baik jika kita mengakhiri makan ataupun minum di waktu imsak.

Hal ini bertujuan supaya makan dan minum kita tidak dilakukan dengan terburu-buru dan segera melaksanakan ibadah sholat subuh dengan tenang.

Sejarah Imsak

Istilah imsak berasal dari Bahasa Arab yang menurut Wassim Afifi memiliki arti sebagai puasa.

Istilah imsak pertama kali dikenalkan di Mesir pada Bulan Ramadhan tahun 1262 H.

Sedangkan dalam kalender masehi terjadi di Bulan September 1846 M.

Hal tersebut dimulai dari seni penulisan dan juga penerbitan modern yang ada di Mesir.

Sebelum masuk tahun 1798 M, Mesir tidak begitu menyadari bahwa perkembangan ilmiah sampai penduduk Perancis menjadi sebuah awal kemajuan pengetahuan mengenai tulisan modern.

Walaupun Al-Azhar pada saat itu diserbu saat kependudukan Perancis, tapi penduduk ini juga membuat Pusat Ilmu Pengetahuan di Mesir.

Kemudian Perancis memulai pencetakan pertama yang berisi mengenai jadwal imsakiyah.

Jadwal imsakiyah dicetak pertama kali dicetak di media yang bernama Bulaq dan dikenal sebagai Imsakiyah Wali Al-Nu’man.
Di mana jadwal tersebut dicetak di kertas yang berwarna kuning yang berukuran 27 cm 17 cm.
Pada waktu itu, jadwal imsakiyah berisi mengenai hari pertama Ramadhan yang jatuh di hari Senin dan Bulan Sabii bisa diamati dengan sangat jelas di Selatan selama 35 menit.
Di dalam media percetakan tersebut dicantumkan juga mengenai Muhammad Ali Pasha, yaitu seorang tokoh sejarah Utsmaniyah. Jadwal imsakiyah juga berisi mengenai jam sholat dan juga puasa setiap hari menurut kalender Arab.
Lalu, jadwal tersebut dibagikan ke semua kantor pemerintahan dan menyebarkannya secara luas kepada setiap pegawai yang ada di perusahaan.

Selama tahun 1920 sampai tahun 1940, jadwal imsakiyah pada bulan Ramadhan lalu dicetak atau dipublikasikan untuk beberapa tujuan.

Awalnya, jadwal imsakiyah dipakai sebagai media iklan untuk dibagikan oleh percetakan Patung Renaisans Mesir yang pada saat itu masih menjadi milik Mahmoud Khalil Ibrahim, tepatnya di bulan Ramadhan tahun 1347 H atau sekitar Bulan Februari tahun 1929 M.

Bahkan di tahun tersebut, imsak juga sempat dicetak sebagai suatu pengumuman resmi dalam bentuk buku yang sangat rapi.

Lalu, pengusaha Yahudi yang bernama Daoud Adas menggunakan jadwal imsak sebagai salah satu bahan dekorasi di toko-tokonya pada saat Bulan Ramadhan.

Pada saat itu, media cetak yang memuat jadwal imsakiyah dihargai cukup mahal karena jadwal tersebut mencakup berbagai macam informasi yang berhubungan dengan puasa, Agama Islam, kebajikan, dan untuk mengiklankan suatu produk komersial.

Jadwal imsakiyah yang dicetak oleh Daoud Ada merupakan sebuah inspirasi mengenai informasi Ramadhan yang beraneka macam, tapi tetap mudah untuk dimengerti.

Kemudian pada tahun 1356 H atau sekitar tahun 1937 M, jadwal imsakiyah juga memuat mengenai informasi puasa, ayat-ayat AlQuran, doa, bacaan pagi dan sore, jadwal harian puasa, dan informasi mengenai zakat fitrah.

Pendistribusian jadwal imsakiyah tersebut dibagikan kepada orang-orang yang lewat dan berlalu lalang.

Sejak saat itu, jadwal imsakiyah selalu mengalami perkembangan status dan menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting saat Bulan Ramadhan tiba, termasuk di Indonesia.

Sekarang ini, jadwal imsakiyah digunakan supaya umat muslim lebih berhati-hati lagi saat ingin mengonsumsi makanan ketika sahur mendekati waktu subuh.

Imsak di Indonesia

Di Indonesia sendiri, waktu imsak biasanya akan ditandai dengan suara sirine atau lantunan ayat suci Al-Quran dan bunyi tertentu yang berasal dari masjid.

Di mana hal itu akan dilakukan sebelum waktu subuh tiba.

Fenomena tersebut pada kenyataannya tidak bisa kita temui di negara manapun, selain di Indonesia.

Para ulama Indonesia sendiri menetapkan bahwa waktu imsak digunakan sebagai pengingat bahwa adzan subuh sudah dekat.
Alangkah lebih baik, umat muslim segara menggunakan waktu tersebut untuk membersihkan mulut, menggosok gigi, mandi, dan bersiap untuk segera melakukan sholat subuh.

Waktu imsak yang kerap kita baca di jadwal imsakiyah merupakan waktu yang dibuat oleh para ulama di Indonesia dengan menyesuaikan kaidah yang berlaku.

Itulah yang dianggap sebagai suatu kreativitas ulama Indonesia. Dimana hal itu menjadi sebuah bentuk perhatian dari para ulama.

Karena rasa sayang para ulama kepada umat muslim yang ada di Indonesia, maka mereka menetapkan waktu imsak untuk dijadikan sebagai patokan dalam memudahkan waktu puasa di Bulan Ramadhan.
Dalam situasi tersebut seorang muslim yang melakukan jadwal imsak lebih awal, misalnya 10 sampai 15 menit sebelum adzan subuh dikumandangkan merupakan salah satu bentuk tindakan pencegahan.

Akan tetapi, karena hal tersebut tidak wajib, maka siapapun diperbolehkan untuk mengikuti jadwal imsak atau mempunyai pilihannya sendiri dalam melakukan ibadah puasa Ramadhan.

Namun, pastinya apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan aturan puasa yang sudah dijelaskan di dalam Al-Quran dan hadist.

Adapun ketentuan puasa yang menjadi salah satu rujukan utama untuk memulai puasa yaitu ada pada surat Al-Baqarah ayat 187, berikut adalah artinya:

“Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian perbedaan benang putih dari benang hitam yakni fajar” (Al-Baqarah: 187)

Kata “fajar” yang ada di dalam surat di atas sebenarnya masih membingungkan atau ambigu dan samar.
Tapi, melalui sebuah hadist dari HR. Ahmad & al-Hakim dari Abdullah bin Abbas, mengungkapkan bahwa fajar dapat diartikan menjadi dua, yaitu fajar palsu dan fajar asli.
Yang dimaksud dengan fajar palsu adalah masih diperbolehkan makan dan minum serta belum boleh sholat subuh. Itulah yang kita kenal sebagai imsak.
Sedangkan untuk fajar asli adalah sudah tidak diperbolehkan makan ataupun minum dan boleh melakukan sholat subuh.

Oleh karena itu, mengakhiri makan dan juga minum saat sahur sampai benar-benar sebelum masuk waktu subuh merupakan salah satu hal yang sebaiknya kita lakukan.

Karena bagaimanapun, diperlukan jeda waktu untuk mempersiapkan diri melakukan ibadah sholat subuh.

Biasanya, waktu imsak di negara Indonesia memiliki selisih waktu sekitar 10 hingga 15 menit.

Sedangkan di benua lain, mungkin saja jadwal imsak tidak dicantumkan secara tersurat.
Tapi umumnya mereka akan membagikan jadwal sholat selama Bulan Ramadhan dengan selisih waktu yang berbeda-beda.
Hal tersebut didasarkan pada sumber data dari astronomi tertentu yang ditujukan untuk dijadikan rujukan atau panduan bagi umat muslim dalam melaksanakan ibadah puasa pada waktu yang dianggap tepat.

Dengan begitu, jadwal imsak sangatlah berguna untuk meminimalisir adanya kebingungan yang muncul bila seseorang tengah menikmati hidangan sahur, tapi tidak tahu kapan waktu subuh akan tiba.

Oleh karena itu, imsak akan membuat ibadah puasa kita menjadi lebih aman dan teratur. Dengan begitu, kita akan lebih siap secara fisik dan mental dalam melakukan ibadah puasa.

Baca Berita WARTAKOTALIVE.COM lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved