Kisah Inspiratif
Luar Biasa, Edy Mulyanto Hasilkan Rp12 Miliar dari Kelola Sampah Anorganik, Begini Kisahnya
Edy Mulyanto pernah mengelola sampah anorganik selama dua tahun lamanya dan berhasil mendapat Rp 12 Miliar.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Feryanto Hadi
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah
WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR — Tingginya pengelolaan sampah di DKI Jakarta yang mencapai 7.500 ton perhari, membuat pemerintah memutar otak untuk bisa menekan angka tersebut.
Tak hanya menekan produksi sampah, para masyarakat juga diarahkan untuk bisa mengelola sampah dengan baik sehingga bisa bernilai manfaat.
Pelaksana Tugas (Plt) Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudih LH) Jakarta Pusat, Edy Mulyanto telah membuktikannya.
Baca juga: Ahmad Syihan dan Ketua Bank Sampah Cimanggis Bertekad Bikin Cimanggis Depok Sehat dan Bersih
Dari pengakuannya, dirinya pernah mengelola sampah anorganik selama dua tahun lamanya dan berhasil mendapat Rp 12 Miliar.
"Saya mengelola sampai anorganik aja dulu bisa miliaran, kenapa bisa gitu dapat omzet Rp 12 miliar dua tahun, satu tahunnya enam miliar," ujar Edy saat ditemui di TPS 3R Ketapang, Jalan Zainul Arifin, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, Senin (20/2/2023).
"Kenapa bisa? karena saya pakai bank perbankan komersial yang resmi (banksampah.id)," imbuhnya.
Pasalnya menurut Edy, harga sampah anorganik yang sudah dipilah-pilah dengan baik, bisa mencapai dua kali lipatnya.
Baca juga: Bank Sampah, Solusi Lingkungan Nyaman dan Bayar Listrik Makin Ringan
Sekalipun sampah tersebut adalah botol plastik atau kabel-kabel bekas.
"Saya kasih gambaran, kalau anorganik, bank sampah itu macam-macam, harganya paling mahal itu biasanya tembaga, itu laku. Jadi pecahan-pecahan listrik ada tembaganya, besi paling mahal," ujar dia.
"Kalau plastik yang bisa daur ulang lagi, itu sekilonya berkisar Rp 2.500 sampai Rp 4.000, itu untuk anorganik," lanjutnya.
Kemudian untuk sampah organik yang sudah dipilah, satu kilogramnya bisa dihargai Rp 50.000.
"BSM Magoot, sekilonya bisa Rp. 50.000," kata Edy.
Edy menyebut, kini para warga terutama ibu-ibu sudah lebih pintar mengelola sampah dari rumah.
Baca juga: Robot Pengambil Sampah Organik Karya Siswa MAN 2 Kota Malang Siap Selesaikan Masalah Lingkungan
Namun jika belum bisa, kata Edy, masyarakat bisa mendatangi Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R Ketapang, Gambir untuk dibina dan diedukasi.
"Mereka bisa belajar di sini, bisa diterapkan di rumah-rumah enggak perlu lahan luas jika mau kelola sampah organik (BSM Mogoot), biofornya, kandang, lalatnya, mudah. Kalau mereka sudah bisa, lalu dibawa ke bank sampah untuk ditukarkan," jelas Edy.
Edy mengatakan pihaknya akan terus mendorong masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.
Ia juga menyebut, agar masyarakat tidak jadikan sampah sebagai musuh.
Sebaliknya, ia meminta agar masyarakat bisa mengubah sampah jadi rupiah.
Baca juga: Puluhan Peserta Mancing Bareng Pemkot Tangerang Keluhkan Sampah yang Memenuhi Sungai Cisadane
"Kami imbau pengurus BPS RW, sebelum ada tindakan, denda, kami mohon BPS RW door to door ke rumah warga, juga semata agar warga tidak buang sampah sembarangan ke sungai," jelas dia.
"Tapi dimanfaatkan dang dikelola bareng-bareng saja di sini, nilai uangnya juga ada," tandasnya. (m40)
Konsisten Nabung Tiap Hari, 44 Warga Larangan Kota Tangerang Berangkat Umrah Bareng |
![]() |
---|
Hadirkan Perubahan dari Budidaya Maggot, Nasabah PNM Mekaar Ini Raih Mata Lokal Award 2025 |
![]() |
---|
Cerita Nur Kholis, Rintis Mall Rongsok di Kukusan Depok, Jatuh-Bangun Puluhan Kali Gonta-ganti Usaha |
![]() |
---|
Kisah Akbar Temukan Jalan Hidup Lewat Musik Islami, Sudah Jadi Pelatih PPSB Rawa Buaya di Usia Muda |
![]() |
---|
Berawal dari Modal Rp 50 Juta, Usaha Skin Care Asal Bogor Ini Raup Omzet Lebih dari Rp 20 Miliar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.