Pendidikan

Mengenal Metode Pembelajaran Digital dengan Blended Learning di Sekolah, Ini Perbedaannya

Berikut beberapa aspek yang membedakan antara metode pembelajaran digital dengan blended learning.

freepik.com
Ilustrasi anak sedang mengikuti blended learning. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pada dasarnya kita sudah sering mendengar metode pembelajaran digital dan blended learning. Namun, seringkali ditemukan kekeliruan dalam menerapkan metode ini di sekolah.

Berikut adalah beberapa aspek yang membedakan antara metode pembelajaran digital dengan blended learning, seperti dilansir dalam keterangan resmi Ruangguru, Selasa (3/1/2023).

  • Pada pembelajaran digital, teknologi hanya bersifat sebagai tambahan (suplemen) atau pelengkap (komplemen). Sementara, pada blended learning, teknologi diintegrasikan secara saksama dalam desain pembelajaran.
  • Proses pembelajaran melibatkan interaksi positif antara guru dan siswa (interaksi dua arah).
  • Harus ada pendampingan dari guru, dimana guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan masukan.
  • Terdapat kesinambungan antara pembelajaran tradisional dan pembelajaran digital.

Metode blended learning berdampak sangat baik bagi pertumbuhan kognisi pada siswa. Tentu saja hal ini dikarenakan terlibatnya siswa secara aktif dalam mengkaji pembelajaran yang diberikan dengan juga bantuan pendampingan dari para guru.

Beberapa manfaat lain dalam penerapan metode ini adalah siswa dapat mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengakomodasi siswa dengan berbagai macam gaya belajar, dan terbentuknya budaya belajar yang berkelanjutan.

Prinsip Metode Pembelajaran Blended Learning

Metode pembelajaran Blended Learning memiliki beberapa prinsip utama yang wajib dipahami oleh setiap guru ketika menerapkannya pada pembelajaran di sekolah. Adapun prinsip- prinsip utama tersebut adalah sebagai berikut:

Berpusat pada siswa (student-centered)

Blended learning mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa, sehingga pembelajarannya tidak lagi berpusat pada guru (teacher-centered) tetapi menjadi berpusat pada siswa (student-centered).

Contoh penerapan: Guru tidak memaparkan materi secara satu arah, tetapi juga menyelenggarakan agenda diskusi dalam pembelajaran.

Berpusat pada pengetahuan/pembelajaran yang mendalam

Pembelajaran tidak lagi menyasar kepada keterampilan berpikir tingkat rendah, tetapi keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Oleh karena itu, pada sesi tatap muka, guru tidak menyampaikan materi dengan ceramah, melainkan guru memberikan aktivitas-aktivitas yang menambah pemahaman dan penerapan materi yang telah siswa pelajari menggunakan teknologi. 

Contoh penerapan: Setelah memaparkan materi, guru tidak hanya menguji pemahaman siswa melalui pertanyaan pilihan ganda tetapi juga memberikan tugas analisis studi kasus.

Berpusat pada penilaian formatif

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved