Polisi Tembak Polisi
Kronologis Menangisnya Putri Candrawathi di Magelang dari Bharada E, Ada Brigadir J Di Lantai Bawah
Istri Ferdy Sambo Putri Candrawathi menangis di Magelang yang diduga jadi titik balik pembunuhan Brigadir J. Berikut versi Bharada E kejadian itu.
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Eks Pengacara Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Deolipa Yumara mengatakan, Richard Eliezer sempat menjelaskan kronologis peristiwa menangisnya istri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi (PC) di Magelang.
Bharada E, katanya, menjelaskan bahwa peristiwa yang terjadi mulai tanggal 6 Juli di Magelang, disinyalir menjadi pemicu pembunuhan terhadap Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Jakarta.
Dari pengakuan Bharada E, kata Deolipa, pada tanggal 6 Juli 2022, Irjen Ferdy Sambo bersama istrinya Putri Candrawathi dan ajudannya, merayakan ulangtahun pernikahan di Magelang mulai pukul 22.00 WIB sampai pukul 01.00 WIB dinihari 7 Juli 2022.
Mereka mengaku menikmati acara dengan santai.
Namun, kabar yang berhembus, kata Deolipa, usai acara itu, Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi sudah mulai bertengkar.
"Tetapi Richard tidak tahu masalah apa yang tengah diributkan," katanya, pada acara Dua Sisi yang disiarkan di akun YouTube TVOne.
Baca juga: Komnas HAM Sebut Irjen Ferdy Sambo Akui Aktor Utama Rekayasa Pembunuhan Brigadir J
Kemudian kata Deolipa Bharada E dan Brigadir J turun ke lantai bawah untuk istirahat.
Tidak terjadi peristiwa serius menurut mereka berdua. Karenanya acara berjalan dengan lancar.
Lalu, kata Deolipa, menurut Bharada E, pada tanggal 7 Juli 2022 pagi sekitar pukul 08.00WIB, Irjen Ferdy Sambo sudah berangkat ke Jakarta untuk menjalani aktivitas bekerja.
Namun, istri Irjen Ferdy Sambo Putri Candrawathi bersama Bharada Richard Eliezer, Brigadir Yosua, dan Brigadir Ricky, masih berada di Magelang.
Bersama mereka juga ada Susi seorang pekerja rumah tangga, Kuwat sopir pribadi, dan seorang anak Ferdy Sambo dengan Putri.
Pada hari itu, katanya Brigadir Ricky (Bripka R) dan Bharada Eliezer mendapatkan tugas untuk mengantarkan makanan ke anak komandannya yang sekolah Taruna Magelang.
Sementara Putri Chandrawati di rumah bersama Kuwat, Susi dan Brigadir J.
Baca juga: Terungkap, Putri Candrawathi Janjikan Rp1 Miliar untuk Bharada E dan Rp500 Juta ke Brigadir R
Tak berselang lama, Bharada E mendapatkan telepon dari Putri Candrawathi.
Putri menelepon Bharada E sembari menangis dan menanyakan keberadaan Bripka Ricky.
Karenanya Bharada E menyerahkan ponsel itu ke seniornya Brigadir Ricky.
"Di Magelang itu Ricky dan Richard itu diperintahkan antar makanan anaknya Pak sambo di Taruna Nusantara sekitar jam 6 sore. Lalu Richard ditelepon Putri yang bertanya, Ricky dimana? Tolong kemari sembari menangis. Richard ngasih handphone ke Ricky. Lalu mereka buru-buru pulang," kata Deolipa.
Putri yang menelepon dengan menangis membuat Bharada E bingung.
Namun, kata Deolipa, Bharada E mengaku tidak tahu apa isi pembicaraan Ricky dengan Putri Candrawathi.
Ketika sampai di rumah, katanya Bripadir Ricky dan Bharada E bertemu dengan Kuwat, sopir pribadi.
Mereka ingin naik ke atas untuk melihat kondisi Putri Candrawati.
Baca juga: Janjikan Uang Rp1 Miliar ke Bharada E, Putri Candrawathi Bisa Dijerat Rekayasa Kasus dan Aduan Palsu
Namun, mereka dilarang oleh Kuwat.
"Sampai di rumah, Ricky dan Richard naik ke atas, tapi ada namanya Kuwat. Kata Kuwat, Sudah Richard (Bharada E) jangan ikut campur," kata Deolipa.
Menurut Deolipa saat itu Brigadir J sudah berada di lantai bawah.
Bharada E dan Brigadir R katanya sempat bertemu Brigadir J.
Keduanya lalu henda ke lantai atas melihat Putri.
Tapi karena dilarang Kuwat, mereka turun lagi ke bawah.
"Akhirnya Richard turun. Pas interview, saya tanya ke Richard ada apa diatas. Dia bilang saya gak tahu bang, makanya saya turun saja. Ya, sudah di bawah saya ketemu Yosua. Tapi saya gak tahu persoalan apa. Tapi Kuwat marah-marah," ujar Deolipa.
Menurut Deolipa dari pengakuan Bharada E, pada saat Putri menangis, hanya ada Susi, Kuwat, dan Brigadir J atau Yosua yang menemaninya.
Menurutnya, ada sesuatu yang terjadi sehingga membuat Putri menangis, saat Bharada E dan Brigadir Ricky mengantar makanan ke Taruna Nusantara.
Pada Tanggal 8 Juli katanya rombongan Putri Candrawathi, Brigadir Ricky atau RR, Bharada E, Kuwat, anak Ferdy Sambo, dan Brigadir J berangkat dari Magelang ke Jakarta.
Namun tidak seperti biasanya, Bripka R sebagai pangkat tertinggi daripada semua ajudan keluarga Ferdy Sambo menyuruh Brigadir J ikut satu mobil dengannya.
Sementara, Bharada E, Putri Candrawathi, Kuwat, dan staf lainnya dalam satu mobil.
Di salah satu rest area di jalan tol rombongan sempat istirahat. Kemudian rombongan lanjut berangkat ke Jakarta.
Pada sore hari, rombongan tiba di rumah pribadi dan di sana sudah ada Irjen Ferdy Sambo.
Baca juga: Komnas HAM Lakukan Koordinasi dengan Komnas Perempuan untuk Pemeriksaan Putri Candrawathi
Kemudian setelah Test PCR, mereka pergi ke rumah dinas Duren Tiga.
Di sinilah diduga terjadi pembunuhan Brigadir J oleh Bharada E yang diperintahkan Irjen Ferdy Sambo.
Tak berselang lama Putri dan hanya ditemani dua stafnya pulang kembali ke rumah pribadi dengan pakaian berbeda.
Setelah pembunuhan Brigadir J, Bharada E diduga ditawarkan Putri Candrawathi dan Ferdy Sambo uang Rp 1 miliar berbentuk dollar.
Sedangkan Bripka RR dan KM masing-masing Rp 500 juta.
Syaratnya mereka tutup mulut atas apa yang terjadi, dan uang akan diberikan jika kasus pembunuhan Brigadir J di SP3 atau dihentikan penyidikannya.(bum)