Jalan Tol

Menteri PUPR Pamer Tol Semarang-Demak yang Dibangun di Atas Air dan Dari Bambu

Jalan Tol Semarang-Demak ditargetkan rampung awal tahun 2023. Jalan tol yang dibangun di atas perairan ini memiliki bahan dasar unik yakni bambu.

Editor: Desy Selviany
Kementerian PUPR
Kementerian PUPR ungkap progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono pamer pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak yang dibangun di atas perairan.

Jalan Tol Semarang-Demak yang akan menghubungkan Demak dan Semarang itu memiliki kontruksi yang unik yakni dari bahan dasar bambu.

Basuki pun meninjau pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak pada Senin (4/7/2022).

Dari akun instagram @kemenpupr terlihat progres pembangunan jalan tol itu sudah hampir rampung.

Jalan tol tersebut berdiri di atas pesisir laut Jawa Tengah. Basuki berpesan agar pembangunan tersebut benar-benar memperhatikan aspek konstruksi, waktu, dan keuangan.

Tol Semarang-Demak memiliki panjang 26,95 km dibangun dalam 2 seksi melalui skema KPBU.

Rinciannya yakni Seksi 1 untuk ruas Semarang atau Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 km menjadi porsi pemerintah (APBN) dan Seksi 2 untuk ruas Sayung-Demak sepanjang 16,31 km porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Tol Semarang-Demak terintegrasi tanggul laut dengan struktur timbunan di atas laut diperkuat dengan matras bambu setebal 13 lapis.

“Diharapkan dengan Pembangunan Jalan Tol yang terintegrasi tanggul laut ini permasalahan banjir rob di Semarang Timur dapat teratasi,” harap Basuki.

Seksi 1 ditargetkan rampung awal tahun 2023 dan Seksi 2 ditargetkan rampung akhir tahun 2022.

Dikutip dari bptj.pu.go.id kehadiran Jalan Tol Semarang - Demak diharapkan dapat semakin melengkapi konektivitas jaringan Jalan Tol dan ruas utama di sisi utara Pulau Jawa.

Pembangunan Jalan Tol Semarang - Demak khusus Seksi 2 ditargetkan selesai konstruksi pada akhir tahun 2022 mendatang. 

Dimana kehadiran Jalan Tol yang terintegrasi dengan Tanggul Laut Kota Semarang ini diharapkan setelah rampung akan semakin mendukung pertumbuhan Pusat Ekonomi baru di Provinsi Jawa Tengah.

Bukan hanya itu, Jalan Tol ini juga akan difungsikan sebagai penahan banjir rob.

Selain itu jalan tol itu juga digadang-gadang bisa mengatasi banjir dan genangan air yang selama ini menjadi permasalahan Ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

Jalan Tol dengan panjang 27 Km ini memiliki dua seksi, yakni Seksi 1 (Semarang/Kaligawe-Sayung) sepanjang 10,69 km porsi pemerintah yang ditargetkan selesai konstruksinya pada tahun 2024 mendatang. 

Sementara untuk Seksi 2 (Sayung-Demak) sepanjang 16,31 Km yang merupakan porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak. 

Selain itu, Jalan Tol Semarang-Demak akan memiliki dua buah simpang susun (SS) yakni SS Sayung, dan SS Demak.

Konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak juga menggunakan produk dalam negeri berupa beton precast yang diproduksi oleh PT WIKA Beton.

Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak terintegrasi tanggul laut dengan struktur timbunan di atas laut juga diperkuat oleh matras bambu setebal 17 lapis.

Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD.

Selain itu juga menggunakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD. 

Dalam upaya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan Tol Semarang-Demak, Kementerian PUPR juga bekerja sama dengan Pemerintah Daerah menyiapkan program relokasi lahan mangrove.

Mangrove itu berada di sekitar pembangunan Seksi 1 Tol Semarang - Demak ruas Semarang-Sayung.

Terdapat tiga lokasi kawasan mangrove yang akan direlokasi dengan total luas kurang lebih 46 hektar.

Upaya pelesatarian kawasan mangrove tersebut bertujuan untuk mempertahankan fungsi hutan mangrove sebagai habitat flora dan fauna di pesisir Pantai Utara Jawa.

Pelestarian juga upaya melindungi daerah garis pantai, termasuk mengurangi risiko abrasi.

Bukan hanya sebagai paru-paru segar di wilayah sekitar, sistem akar pohon bakau yang kokoh juga semakin membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan banjir.

Sedimen sungai dan darat terperangkap oleh akar, yang melindungi daerah garis pantai dan memperlambat erosi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved