Gempa Bumi
Penelitian UI, Kearifan Lokal dan Upaya Ramah Lingkungan Kurangi Risiko Gempa di NTB
'Pentahelix Membangun Model Rumah Tahan Gempa (RTG) Berperspektif Kearifan Lokal dan Ramah Lingkungan Pasca Bencana Alam di Propinsi NTB'.
WARTAKOTALIVE.COM -- Pusat Pengurangan Resiko Bencana atau Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) mendukung komitmen pentahelix yakni sebuah model inovatif pengembangan yang menghubungkan akademia, pemerintah, industri, masyarakat komunitas, dan media, dalam mengembangkan langkah-langkah ketahanan gempa berdasarkan kearifan lokal dan upaya ramah lingkungan.
Hal itu dibuktikan dengan dilaksanakannya penelitian dengan judul 'Pentahelix Membangun Model Rumah Tahan Gempa (RTG) Berperspektif Kearifan Lokal dan Ramah Lingkungan Pasca Bencana Alam di Propinsi NTB'.
"Indonesia memiliki budaya dan kearifan lokal yang diimplementasikan dalam upaya pengurangan resiko bencana, seperti pembangunan Rumah Tahan Gempa (RTG) di Nusa Tenggara Barat (NTB)," ujar peneliti dari Fakultas Ilmu Administrasi UI, Dr Rachma Fitriati, Senin (30/5/2022).
Diketahui bahwa kaitan dengan model rumah tahan gempa (RTG) NTB itu, Universitas Indonesia menerima apresiasi pendanaan Penelitian Program Kompetitif Nasional Dan Penugasan Di Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2022 dari Ditjen Dikti, Riset dan Teknologi Kemendikbud.
"Kami menilai gempa bumi yang menimpa 7 kabupaten dan kota di pulau Lombok dan pulau Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2018 silam, telah memberikan banyak pembelajaran kepada pemangku kebijakan, baik di tingkat lokal, regional dan nasional dalam menyiapkan berbagai upaya mitigasi sejak dini," ucapnya.
Menurut Rachma, korban gempa bumi yang mengakibatkan berbagai kerusakan fasilitas publik dan rumah masyarakat, menjadi prioritas pemerintah.
Baca juga: Tigor Otodan Ramalkan Kondisi Mengerikan di Pulau Jawa Diguncang Gempa hingga Tsunami Seperti Aceh
Disamping melakukan evakuasi korban, baik yang meninggal atau pun yang cedera akibat timpaan bangunan.
Dari hasil temuan sementara, kata Rachma, pada sektor pemukiman, kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan pemerintah sebagai respon bencana gempa bumi NTB tahun 2018, adalah dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2018.
Hal ini kata dia menjadi tantangan tersendiri.
Baca juga: Bocah Tewas Tenggelam di Tahura Bukit Mangkol, Ketum LSM Gempa Bangka Belitung Soroti Soal Perizinan
"Satu sisi, penanganannya bersifat segera (emergency) dalam status kedaruratan (transisi darurat ke pemulihan). Di sisi lain, jumlah rumah yang dibangun atau diperbaiki dengan menggunakan skema swakelola berbasis masyarakat (pemberdayaan), membutuhkan proses panjang untuk sosialisasi, edukasi, pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat," sebutnya.
Lebih lanjut, Rachma menuturkan, pihaknya mencatat pembangunan rumah tahan gempa (RTG) yang dilakukan dengan kolaborasi pentahelix dilakukan dengan berbagai tahapan.
"Pertama, sosialisasi untuk mengurangi distorsi informasi tentang bantuan stimulan RTG. Kedua, pelibatan masyarakat dalam memilih 2 model RTG, yaitu rumah instan sederhana sehat (RISHA) dan rumah insan kayu (RIKA) dari 18 alternatif jenis RTG yang diberikan,:" katanya.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Halmahera Barat
"Ketiga, diterjunkannya pasukan TNI dan POLRI untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerja yang membangun RTG," ujarnyanya.
Ke empat, lanjut Rachma, membangun teknologi informasi dan aplikasi SIRKON (Sistem Informasi Rehabilitasi Rekonstruksi) untuk memudahkan updating, monitoring progres pembangunan RTG dan transparansi.
Baca juga: Xiaomi Umumkan Fase Uji Coba Fitur Peringatan Dini Gempa Bumi di Smartphone Xiaomi
Kelima, kata dia, memperkuat sinergi dan kerjasama melalui koordinasi secara rutin dan berkelanjutan dengan seluruh aktor pentahelix, baik secara luring dan daring.