Penyakit mulut dan kuku

Virus Mulut dan Kuku Ditularkan Lewat 3 Cara, Dinas KPKP Minta Peternak Babi Waspada

Meski tidak menular ke manusia, namun tingkat penularan virus ini sangat tinggi yang berdampak pada kematian hingga bisa merugikan peternak.

KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS
Ilustrasi - waspada para peternak babi dengan adanya penyakit kuku dan mulut Foto : Leonard Renold Tanto (26), saat berbincang memantau kondisi babi-babi di kandang tepatnya di Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (18/9/2019). 

Peternak Terutama Babi Diminta Waspada, Penyebaran PMK Jangkau Radius 10 kilometer

WARTAKOTALIVE.COM, GAMBIR - Pemerintah DKI Jakarta meminta masyarakat terutama peternak untuk mewaspadai penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan berkuku belah.

Meski tidak menular ke manusia, namun tingkat penularan virus ini sangat tinggi yang berdampak pada kematian hingga bisa merugikan peternak.

Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengatakan, virus ini ditularkan ke hewan lain melalui tiga cara.

Pertama kontak langsung antara hewan tertular dengan hewan rentan.

Kedua kontak tidak langsung yaitu, melalui kontak dengan virus pada manusia, alat dan sarana transportasi akibat kontaminasi dari peternakan yang mengalami wabah PMK.

“Penyebaran melalui udara, utamanya babi yang dapat menyebarkan virus dalam jumlah sangat banyak ke udara melalui aktivitas bernafas. Penyebaran PMK oleh angin bisa terjadi sampai radius 10 kilometer,” kata Suharini berdasarkan keterangannya, Selasa (24/5/2022).

Baca juga: Arif Rifai Waswas PMK pada Sapi Hancurkan Penjualan Hewan Kurban saat Iduladha

Suharini memaparkan ada beberapa gejala klinis pada hewan yang diduga terpapar penyakit PMK.

Biasanya terjadi kepincangan yang bersifat akut pada beberapa hewan, kemudian hipersalivasi terlihat menggantung, dan air liur berbusa di lantai kandang.

Lalu terjadi pembengkakan kelenjar submandibular, vesikel/lepuh dan atau erosi sekitar mulut, lidah, gusi, nostril kulit sekitar teracak dan puting.

Kemudian hewan lebih sering berbaring karena mengalami demam tinggi mencapai 41 derajat celcius, serta penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah.

“Tapi daging dan susu tetap aman dikonsumsi selama dimasak dengan benar,” ujar Suharini.

Waspadai penyakit kuku dan mulut sapi jelang Idul Adha
Waspadai penyakit kuku dan mulut sapi jelang Idul Adha (Tribunnews)

Berdasarkan catatannya, populasi ternak di DKI Jakarta kurang lebih sebanyak 10.728 ekor.

Rinciannya, sapi perah 1.349 ekor, sapi potong 1.723 ekor, kerbau 42 ekor, kambing potong 5.626 ekor, domba 1.620 ekor dan kambing perah 368 ekor.

Sedangkan, hewan kurban yang masuk ke DKI Jakarta berdasarkan data tahun 2021 sebanyak 64.578 ekor.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved