Komunitas

HaloPuan Gandeng 16 Ormas dan Komunitas Sosial di Jawa Barat Lawan Stunting dengan Daun Kelor

Gerakan Melawan Stunting ini memanfaatkan bubuk daun kelor sebagai alternatif asupan tambahan bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Dok. HaloPuan
HaloPuan menggandeng 16 ormas dan komunitas sosial dalam acara Silaturahmi dan Workshop Gerakan Melawan Stunting yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (20/5/2022) lalu. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Momen Hari Kebangkitan Nasional 2022, HaloPuan mengajak 16 organisasi kemasyarakatan  (ormas) dan komunitas sosial untuk berkolaborasi dalam Gerakan Melawan Stunting di Jawa Barat.

Ajakan itu disampaikan HaloPuan dalam acara Silaturahmi dan Workshop Gerakan Melawan Stunting yang berlangsung di Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (20/5/2022) lalu. 

Sebelumnya, selama enam bulan sejak Oktober 2021 hingga Maret 2022, wadah sosial yang didirikan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani itu, bergerak di 23 desa dari 17 kabupaten dan kota di Jawa Barat untuk melawan stunting bersama warga.

Koordinator HaloPuan, Poppy Astari mengatakan, pengalaman mereka selama enam bulan berkeliling di Jawa Barat menunjukkan bahwa Gerakan Melawan Stunting sangat penting untuk dilanjutkan dan diperluas.

"Untuk itu, kami berharap kita bisa membangun kolaborasi dan sinergi karena kami tak bisa bergerak sendiri," kata Poppy dalam keterangaan resminya, Minggu (22/5/2022).

Baca juga: Relawan HaloPuan Gelar Gerakan Melawan Stunting di Kota Karawang

Baca juga: Di Ciater, Relawan HaloPuan Bergerak Melawan Stunting

16 ormas dan komunitas sosial yang digandeng HaloPuan dalam gerakan itu, antara lain Muslimat Nahdlatul Ulama Jawa Barat, Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Jawa Barat, Aisyiyah Jawa Barat, Pergerakan Sarinah Gerakan Mahasiswa Nasional (GMNI), Kohati,

Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Jawa Barat, Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IpeKB) Jawa Barat, Paguyuban Sundawani, dan Forum Generasi Berencana (GenRe) Jawa Barat.

Selain membahas bentuk kolaborasi yang akan dilakukan dalam Gerakan Melawan Stunting, para pengurus ormas dan komunitas sosial itu, juga menyimak paparan praktisi pertanian kelor Ai Dudi Krisnadi tentang kekayaan nutrisi daun kelor.

Gerakan Melawan Stunting yang diinisiasi Puan Maharani dan digerakkan HaloPuan bersama warga dengan ciri khas, yaitu memanfaatkan bubuk daun kelor sebagai alternatif asupan tambahan bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Di setiap kegiatan, HaloPuan menunjukkan cara terbaik mengolah daun kelor menjadi bubuk, yang kemudian bisa dijadikan berbagai variasi menu makanan.

Intervensi bubuk kelor di sejumlah desa yang dimonitor HaloPuan bersama kader-kader posyandu menunjukkan kenaikan tinggi dan berat badan anak masing-masing 1 hingga 2,5 sentimeter dan 0,5 kilogram selama satu bulan masa konsumsi bubuk kelor.

Dudi Krisnadi sendiri memiliki pengalaman memberi bubuk daun kelor kepada sejumlah balita di Blora, Jawa Tengah, dengan hasil kenaikan tinggi dan berat badan rata-rata 2 hingga 5 sentimeter dalam tiga bulan.

Dudi mengatakan, bukti ilmiah terkait nilai berlipat-lipat nutrisi kelor sudah sangat berlimpah, sehingga tak terbantahkan lagi.

Sayangnya, di Indonesia, kelor masih menjadi tanaman kelas dua.

“Orang akan dianggap miskin kalau sampai makan kelor,” katanya.

"Apalagi, di sejumlah wilayah di Nusantara, kelor kerap dikait-kaitkan dengan nuansa magis dan mistik," sambung Dudi yang juga pemimpin pertanian kelor di Blora, Moringa Organik Indonesia (MOI) itu. 

Kepada para pengurus ormas dan komunitas sosial, relawan HaloPuan, Mohamad Chotim, menjelaskan bahwa Gerakan Melawan Stunting tidak berhenti pada penyuluhan, tapi juga dilakukan monitoring selama satu hingga tiga bulan terhadap warga sasaran tertentu.

Model gerakan seperti ini, dia bilang, menghasilkan efek “getok tular”.

Di beberapa lokasi kegiatan, menurutnya, sejumlah kepala desa tertarik membudidayakan kelor di lahan-lahan warga untuk menurunkan angka prevalensi stunting.

Sejumlah pengurus ormas dan komunitas pun langsung menyambut ajakan kerja sama HaloPuan.

Di tempat acara workshop, mereka langsung menandatangani nota kesepahaman dengan HaloPuan untuk berkolaborasi dalam Gerakan Melawan Stunting.

“Kami merasa senang mendapat teman dengan keberadaan HaloPuan. HaloPuan telah membuka peluang untuk bersama-sama melenyapkan stunting dari bumi Indonesia," kata dr. Dwiwahju Dian dari Majelis Kesehatan Aisyiyah Jawa Barat.

Dwiwahju, yang juga dokter ahli kandungan ini, merasa terinspirasi dengan gagasan intervensi daun kelor.

“Ini tampaknya sesuatu yang sederhana karena daun kelor ada di sekitar kita tapi langkah sederhana ini ternyata memberi dampak besar bagi masyarakat," ujarnya.

Lembaga Kesehatan NU (LKNU) Jawa Barat menilai apa yang dilakukan HaloPuan dalam melawan stunting dengan intervensi daun kelor merupakan terobosan, sesuatu yang belum pernah ada.

LKNU Jawa Barat juga menyatakan ingin berkolaborasi dengan HaloPuan dalam memanfaatkan daun kelor untuk menurunkan prevalensi stunting.

“Kami sangat siap bersinergi dengan HaloPuan di Jawa Barat,” ujar Ketua LKNU Jawa Barat, dr. Steven Saputro.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved