Mudik Lebaran
Gawat, Akibat Mudik Lebaran Penduduk Pantura dan Jalur Selatan Terancam Sakit Saluran Nafas
Dampak mudik Lebaran ternyata bukan hanya positif bagi ekonomi. Untuk aspek kesehatan justru negatif, orang jadi sakit saluran nafas.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Valentino Verry
Ahmad pun mengingatkan bahaya emisi gas buang kendaraan bagi para pemudik.
Menurutnya, animo masyarakat untuk mudik lebaran Idulfitri 1443 H menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) sangat tinggi, sehingga pencemaran udara mengancam Indonesia.
Baca juga: Irjen Firman Shantyabudi Ingatkan Pengendara Mobil Siapkan Saldo Tiket E-tol, Jadi Sebab Kemacetan
Ahmad mengatakan, gas buang kendaraan bermotor mengandung berbagai macam bahan beracun. Mulai dari Particulate Matter (PM), Sulfur Dioxide (SO2), Nitrogen Dioxide (NO2), Carbon Monoxide (CO), Ozone (O3), Hydro Carbon (HC) dan sebagainya.
Kata dia, umumnya zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan, pembuluh darah, sistem saraf, hati dan ginjal dengan gejala pusing-pusing, mual dengan penyakit/sakit ISPA, astma dan tekanan darah tinggi.
Bahkan pada tingkat yang lebih parah, kandungan beracun itu bisa membawa penyakit dalam seperti gangguan fungsi ginjal, kerusakan pada sistem syaraf, penurunan kemampuan intelektual (IQ) anak-anak, kebrutalan pada remaja, keguguran, impotensi, jantung coroner (coronary artery dieses), kanker dan kematian dini.
Baca juga: Taufik Hidayat Dampingi Prabowo Silaturahmi dengan KH Adid Rofiuddin Izza di Ponpes Buntet Cirebon
“Tentunya kita tidak berharap bahwa tragedi invisible killer (pembunuh tak tampak) yang membunuh para pemudik tersebut terulang kembali di tahun ini. Invisible killer membunuh (terutama CO) tanpa terlihat, tidak berbau, sehingga calon korban terbuai dengan rasa kantuk yang kemudian tertidur dan tidak pernah bangun kembali,” kata Safrudin pada Sabtu (7/5/2022).
Safrudin bercerita, fenomena seperti ini pernah terjadi saat arus mudik pada lebaran Idulfitri 1437 H atau tahun 2016 silam. Saat itu 17 orang meregang nyawa dengan ciri-ciri akibat keracunan emisi CO dan paparan parameter lain yang diemisikan kendaraan bermotor.
“Angka ini terlalu banyak dan mereka yang meninggal dunia ini bukan karena kejadian tabrakan, terguling, tertabrak dan atau kecelakaan benturan fisik kendaraan bermotor, tetapi meninggal dunia invisible killer akibat terpapar emisi kendaraan yang terjebak kemacetan berjam-jam selama perjalanan mudik lebaran, terutama pintu keluar Tol Brebes (Brexit),” jelas Safrudin.
Baca juga: Nurdin Meninggal Terkena Serangan Jantung setelah Capek Berbelanja di Pasar Tohaga Ciawi
Berdasarkan data dari kepolisian, jumlah kendaraan yang melintas di Jalan Raya Pantura pada Kamis (5/5/2022) lalu, mencapai 66.455 kendaraan. Rinciannya, 54.302 motor, 10.585 mobil, 1.115 angkutan barang dan 453 bus.
Sedangkan pada Jumat (6/5/2022) hingga pukul 09.00, jumlah kendaraan yang melintas mencapai 23.016 unit. Rinciannya 16.208 motor, 4.474 mobil, 1.878 angkutan barang dan 456 bus.
Sementara itu PT Jasa Marga (Persero) Tbk, mencatat ada 1.157.959 kendaraan yang telah keluar wilayah Jabodetabek dan 372.048 kendaraan melalui Tol Jakarta-Cikampek (Japek) pada H-10 sampai H-4 lebaran.