Pengamat: Arus Mudik 2022 Masih Terkendala Masalah Lama
Evaluasi arus mudik 2022 masih terkendala "masalah lama" sebenarnya bisa ditangani oleh pemerintah.
Penulis: Yohanes Enggar | Editor: Yohanes Enggar
"Antisipasi, gagasan, konsep sudah disiapkan, bahkan terkait dengan jumlah pemudik pun semua sudah dihitung, semua sudah diperkirakan. Tetapi yang harus dilihat antara konsep dan gagasan dengan praktiknya masih ada gap (kesenjangan), misalnya informasi dan komunikasi. Itu yang paling penting," tegasnya.
Yayat meminta semua orang harus lebih banyak bersabar dan mencari informasi akurat terkait perjalanan. Ia juga menyarankan agar masyarakat membuat perencanaan matang terkait keberangkatan, sehingga tidak terjebak kemacetan saat puncak arus mudik.
"Semua orang dalam kondisi ini memang diminta harus banyak bersabar dan memang harus dapat informasi yang akurat. Jadi dia bisa mempersiapkan perjalanan, bisa lebih pasti," pungkasnya.
Djoko menambahkan, berdasarkan pengalaman pribadinya, pemudik yang memilih jalur non tol pada tanggal 27,28 dan 29 malam perjalanannya relatif lancar. Tingginya volume kendaraan di jalan tol sebenarnya bisa dihindari jika pemerintah dan stakeholder seperti Jasa Marga dan Kemenhub terus memberikan informasi yang akurat dan terkini.
“ Antisipasi jalan tol penuh, ya suruh keluar saja, atau diberi informasi, ini jalan tol sudah penuh Anda menunda keberangkatan. Terus berikan informasi,” kata Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini.
Sejauh ini kata dia, informasi yang diberikan pada media masih minim, juga penyampaian kondisi di lapangan berupa teks dan suara yang kadang terlewat oleh pemudik.
Problem lain di jalan tol adalah antrian pada gate dan kapasitas rest area. “ Mesti kalau di jalan tol dia lelah, tidak bisa masuk rest dan di akan ke bahu jalan istirahat. Ke bahu jalan peristirahatan, bahaya kan,” kata Djoko.
Namun dia berharap tahun depan kondisinya tidak seperti ini lagi karena akan diberlakukan Multi Lane Free Flow.
Di armada penyebrangan, khususnya di Pelabuhan Merak, kata Djoko, mayoritas pemudik memilih menyebrang malam karena alasan keamanan.
“Pagi sepi, cuma sepertiga. Alasan malam, karena alasan keamanan, jadi pemudik butuh jaminan keamanan di Sumatera. Kalau dijamin mereka akan mau.” sebut Djoko. Kalau ada jaminan keamanan selanjutnya mengatur pola keberangkatan.
Karena sekarang sudah online, lebih mudah, jika tiket habis malam, online, otomatis kan pindah. Namun sampai sekarang pemerintah tidak berani jamin.
Djoko mengatakan, jaringan jalan untuk Pulau Jawa sudah lebih baik, kesiapan, jalan nasional sebelum lebaran sudah mulus, penerangan jalan cukup, sehingga Pulau Jawa relatif aman. Sementara jalur Sumatera, meski sudah bagus namun belum aman.
Satu hal lagi yang disoroti Djoko adalah tidak adanya transportasi di pedesaan.
“(pemudik ) Naik motor karena di daerah angkutan pedesaan tidak ada. Tugas pemerintah untuk memperbaiki. “ sebut Djoko. Dia juga mengingatkan perlunya membagi armada mudik gratis ke Sumatera.