Kemendagri Jabarkan Keuntungan Penerapan Ekonomi Sirkular dalam Pengelolaan Sampah

Pemerintah Indonesia mempunyai target bisa mengurangi sampah plastik hingga 30 persen pada tahun 2025.

Editor: Mohamad Yusuf
Istimewa
Dirjen Bina Adwil Kemendagri Safrizal ZA saat diskusi di IIWAS, Badung, Bali, pada Senin (18/4/2022). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Bina Adwil Kemendagri) mendorong percepatan penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah di seluruh Indonesia.

Dirjen Bina Adwil Kemendagri Safrizal ZA mengatakan pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi saja.

Akan tetapi, ada masalah baru yang ditimbulkan, yakni meningkatnya sampah medis. Ini sering diabaikan.

Padahal, keberadaan sampah medis ini memerlukan perhatian dan penyelesaiaan secara bersama-sama.

Baca juga: Ariza Minta DPRD DKI Sabar, Kemendagri Ingin Evaluasi Anggaran Baju Dinas yang Mahal

Baca juga: Kemendagri Menggandeng Pusdikintelkam Polri untuk Menggelar Diklat Dasar Intelijen di Bandung

Dia menjelaskan Pemerintah Indonesia mempunyai target bisa mengurangi sampah plastik hingga 30 persen pada tahun 2025.

Kemudian, menangani 70 persen sampah lainnya melalui gerakan reduce, reuse, dan recycle (3R).

Bertepatan dengan rencana KTT G20 yang akan digelar di Bali, Ditjen Bina Adwil menggelar Indonesia International Waste Expo (IIWAS) “Trisenses Bali” pada 17-20 April ini.

Di IIWAS, ada beberapa forum yang membahas dan mencari solusi penanganan sampah yang berkelanjutan.

“Dalam acara itu, kami mencoba menampilkan contoh solusi ekonomi sirkular untuk memulihkan perekonomian dan menjaga lingkungan secara bersama-sama. Konsep ekonomi sirkular berpedoman pada prinsip utama mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada dengan stakeholder, mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, hingga pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya saat diskusi di IIWAS, Badung, Bali, pada Senin (18/4/2022).

Ekonomi sirkular merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling, yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.

Safrizal mengungkapkan ekonomi sirkular sudah diperkenal sejak tahun 2009, tapi baru booming di Indonesia pada media 2018-2019.

Dia menyebut ada perbedaan pendekatan ekonomi sirkular dengan ekonomi linear tradisional yang menggunakan model ambil, pakai, dan buang (take, make, dan dispose).

“Terdapata beberapa acara yang ditampilkan untuk mengatasi sampah dalam konsep ekonomi sirkular. Namun, yang paling penting adalah pengelolaan sampah dengan mengedepankan pemilahan sampah dari sumbernya. Masyarakat dan harus ada perubahan perilaku konsumen untuk meningkatkan pengunaan kembali dan menghindari membuang sampah sembarangan,” paparnya.

Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendagri itu mengklaim ekonomi sirkular mampu mendorong pertumbuhan ekonomi hijau yang lebih tinggi dibandingkan skenario business as usual.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai itu, antara lain, merancang sistem produksi yang membutuhkan lebih sedikit sumber daya, memastikan bahan mentah yang diekstrasi dan digunakan selama mungkin, serta menggunakan produk dan layanan dengan lebih efisien.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved