Ramadan

Pengurus Tolak Masuk Cagar Budaya, Khawatir Sulit Memperbaiki Masjid Jami Al-Atiq

Pengurus Masjid Jami Al-Atiq secara tegas menolak masjid tua itu masuk dalam cagar budaya. Mereka cinta pada masjid itu.

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Valentino Verry
warta kota/miftahulmunir
Ketua Umum Masjid Al Atiq, Rahman Saferin, menjelaskan alasan penolakan pihaknya untuk menjadikan masjid tertua di Jakarta itu masuk cagar budaya. 

Saferin menceritakan, suatu ketika pernah ada salah satu warga dari Jawa Tengah datang ke Masjid Al-Atiq hanya untuk melihat tongkat kramat.

Sebab, kisah tongkat penyembuh segala penyakit ini sudah beredar luas di pulau Jawa dan pengurus masjid tidak mengetahui hal itu.

Baca juga: Cara Lyodra dan Mahalini Membangun Kepercayaan Diri Hingga Menjaga Penampilan

Warga misterius itu kemudian memberitahu pengurus masjid dan akhirnya tidak ada lagi yang boleh mengikis tongkat tersebut.

Namun, Saferin tidak bisa memperlihatkan tongkat tersebut karena gudang penyimpanannya dikunci.

"Jadi orang itu dapat cerita dari sepuh orang dahulu, bahwa di masjid sini ada tongkat untuk sembuhkan penyakit," tegasnya.

"Dikikis saja tongkatnya sedikit terus dibawa pulang, pas dilihat benar sudah ada kikisan makanya sekarang tidak boleh lagi disimpan dalam gudang," Sambung Saferin.

Baca juga: JADWAL Imsakiyah Kota Depok dan Bogor Hari Ini, Senin 11 April 2022

Bagaimana Sejarah Awal Berdirinya Masjid Al-Atiq Kampung Melayu

Saferin mengakui tidak ada yang mengetahui secara persis sejarah masjid Al-Atiq yang sudah berdiri sekira 300 tahun.

Karena warga di sana awalnya mengenal tempat ibadah itu sebagai musala dan belum terjadi perluasan lahan atau tanah.

Di dalam bangunan masjid itu ada empat tiang membentuk kotak dengan jarak satu sama lain sekira 2,5 meter.

Empat pondasi itulah menjadi awal mula masjid ini berdiri karena memang peruntukannya hanya untuk salat dan istirahat.

Baca juga: JADWAL Imsakiyah Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan Senin 11 April 2022

Di balik keramik pondasi tersebut masih ada sebuah tiang kayu dan posisinya tidak diubah pengurus masjid meski sudah terjadi beberapa kali renovasi.

"Dahulu ini hanya musalah, namanya Musala Kampung Melayu," tutur lelaki lanjut usia.

Menurut Saferin, Kampung Melayu adalah tempat pelarian para pahlawan yang diburu oleh pasukan Belanda.

Tokoh betawi yang terkenal bernama Bang Pitung saja pernah melarikan diri ke masjid Al Atiq saat dikejar kompeni.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved