Ramadan
Masjid Jami Al Ma'mur Tanah Abang Ada Sejak 1917, Jam Berdiri dan Mimbar Masih Orisinal
Masjid ini tepat berada di pinggir jalan di samping Gedung Pasar Tanah Abang, dari arah Karet Bivak ke Petojo, Jakarta Pusat.
Penulis: Miftahul Munir | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Masjid Jami Al Ma'mur di Jalan KH Mas Mansyur, Nomor 14, RW 7, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, tercatat sudah berdiri sejak tahun 1917 silam.
Masjid ini tepat berada di pinggir jalan di samping Gedung Pasar Tanah Abang, dari arah Karet Bivak ke Petojo, Jakarta Pusat.
Masjid ini awalnya hanya sebuah musala kecil tahun 1900 untuk warga di lokasi perniagaan Tanah Abang agar bisa salat lima waktu.
Luas awal musala itu sekira 1.000 meter persegi lebih dan kini sudah menjadi masjid dengan luas tanah mencapai 3.497 meter persegi.
Bendahara Yayasan Masjid Al Ma'mur, Ghozi Abudan mengatakan, tanah masjid tersebut berasal dari tiga pewakaf.
Baca juga: Dibangun Sejak 1978, Banyak Ornamen Kuno di Masjid Pintu 1000 di Kota Tangerang
Yakni Sayid Abubakar bin Muhammad Al Habsyi, Syekh Abubakar bin Sungkar dan Bin Talib dari Singapura.
Namun yang berperan besar atas pembangunan masjid, hanya Abubakar Al Habsyi dan Abubakar bin Sungkar.
Baca juga: Selama Ramadan, Musafir yang Singgah di Masjid Al Alam Marunda Dapat Makanan Berbuka Puasa
"Awalnya itu dibentuknya yayasan ini untuk kegiatan pembangunan masjid dan kegiatan agama lainnya," ujarnya saat ditemui di lokasi Selasa (5/4/2022).
Selanjutnya, pada tahun 1914 terbentuklah Yayasan Al Ma'mur dan pada tahun 1915 mulai melakukan pembangunan masjid.

Kemudian pada tahun 1917 atau selang dua tahun, proses pembangunan sudah rampung dilakukan.
Baca juga: Pemerintah Bakal Gelar Vaksinasi Covid-19 di Pusat Keramaian dan Bagikan Masker ke Masjid-masjid
"Memang dengan tujuan membangun masjid, maka dibuat dahulu yayasan sebagai badan hukum," jelas Ghozi.
Pada awal berdiri, katanya belum ada pagar di depan halaman masjid.
Lalu sekira tahun 1925 atau 1930an mulai ada pagar dan pohon di depan masjid.
Artinya, terjadi pelebaran pada masjid pada tahun tersebut ke arah bagian depan atau jalan raya.
Baca juga: Prof Nasaruddin Umar Bangga Masjid Istiqlal Buka Pujasera Halal Terbesar di Jakarta saat Ramadan
"Itu pemakafnya Bin Talib, sehingga ada pelebaran ke arah utara," ucap pria berkopiah tersebut.
Selanjutnya, ke arah kiblat juga terjadi pelebaran tanah lagi sekira tahun 1960an dan sampai saat ini tercatat luas tanahnya 3.497 meter persegi.
Masjid ini terus dipelebar karena lokasinya dekat dekat dengan pasar Tanah Abang.
Baca juga: Masjid Raya JIC Rapatkan Saf Salat Sesuai Aturan MUI
Kemudian letaknya sangat strategis, sehingga sering dijadikan transit atau istirahat warga pada jaman penjajahan.
"Di sini ramai dari berbagai daerah dan rata-rata kalau puasa seperti sekarang ini, ramai kondisi masjidnya. Banyak yang istirahat para pegawai pasar Tanah Abang di sini," terangnya.
Ia mengatakan sudah ada perubahan pada bangunan depan karena di awal pembangunan bagian depan tidak ada keramik.
Saat ini bagian dinding depan masjid sudah menggunakan keramik warna hijau, oranye dan abu-abu.
Baca juga: Jadi Syarat Mudik Lebaran, Ratusan Warga Kalideres Padati Sentra Vaksin di Masjid Halimatul Huda
Selain itu, tiang pada bagian dalam masjid yang semula kayu, sekarang sudah diganti menjadi beton untuk menambah kekokohan bangunan masjid.
"Yang masih asli itu dari awal pembangunan adalah jam dua kanan kiri bagian depan dan mimbarnya," tutur Ghozi.
Baca juga: Salat Terawih Hari Kedua, Angga Mengaku Senang Bisa Berjamaah di Masjid, Kalau di Rumah Suka Malas
Pantauan Wartakotalive.com, keberadaan dua jam berdiri yang mengapit mimbar, membuat tampilan di dalam masjid terasa klasik dan sangat cantik.
Warna cokelat kotak kayu jam berdiri yang berbandul emas, akan mengingatkan kita pada kenangan kemewahan masa lalu.
Apalagi mimbar berwarna keemasan yang berhias ukiran unik di setiap sisinya.
Dengan semuanya, bagian utama masjid ini menjadi terasa sangat eksotis. (m26)