Berita Regional
Ganjar Bawa Tanah dan Air dari Gunung di Jateng yang jadi Pusat Dunia, Tak Perduli Dibilang Klenik
Ganjar membawa air dan tanah yang diambil dari sejumlah gunung yang diyakini menjadi puser bumi atau pusatnya dunia.
"Ini kultural, semua daerah pasti punya sendiri-sendiri. Ada nilai-nilai luhur yang bisa dilakukan."
"Kita boleh bicara modern, kekinian dengan referensi buku-buku baru."
"Tapi kita mesti punya kepribadian dalam kebudayaan," tegas Ganjar.
Kebiasaan atau adat ini tidak hanya dimiliki bangsa Indonesia.
Di Jepang, jelas Ganjar, juga ada ritual dan upacara khusus untuk memulai suatu pembangunan.
"Kalau orang Jawa mau buat rumah, di atasnya ada pisang, beras, bendera merah putih, itu (namanya) tradisi."
"Di Jepang juga sama, mau buat bendungan, buat gedung itu ada ritual dan upacaranya."
"Jadi nggak usah mikir soal apakah ini klenik atau tidak, ini soal kultural dalam bingkai persatuan," jelas Ganjar.
Lebih lanjut, kata Ganjar, permintaan Presiden Jokowi kepada 33 gubernur membawa tanah dan air ke IKN itu merupakan simbol persatuan dan kesatuan.
"Intinya ada dua hal, pertama secara simbolik, ini tanah air. Ada tanah dan air."
"Saya yakin betul karena pak Jokowi banyak filosofi, maka ia meminta berkumpullah seluruh gubernur membawa tanah air."
"Ada persatuan, ada kontribusi secara visual," terang Ganjar.
Baca juga: Pimpin Otorita IKN, Bambang Lepas Jabatan di ADB, Dhony Mundur dari Sinarmas Land
Selain itu, pengumpulan air dan tanah ini sebagai bentuk kontribusi dari seluruh daerah di Indonesia.
Bahwa IKN itu, lanjut Ganjar, bukan hanya proyek orang perorang, pejabat atau mereka yang ada di pusat pemerintahan.
"Ini dukungan kolektif yang ditunjukkan seluruh daerah di Indonesia."