DPR Pertanyakan Klaim Kementan Soal Produksi Pangan

"Selama pandemi tidak ada timeline yang benar soal impor, justru dilakukan saat panen (dalam negeri) berlangsung," ujarnya.

Editor: Ahmad Sabran
dpr.go.id
Firman Subagyo 

Idealnya, kata Dwi, kebutuhan pangan dalam negeri bisa dipenuhi oleh petani dalam negeri. Namun, lanjutnya, hal ini sangat sulit terjadi karena tingginya disparitas harga pangan produsi dalam negeri dengan produk impor.

Ketidakberhasilan peningkatan produksi sendiri, kata Dwi, bisa dilihat dari data impor 8 komoditas pangan utama yang terus meningkat. Ia menyebut, pada tahu 2008, ada 8 juta ton komoditas pangan yang diimpor. Sepuluh tahun kemudian, volumenya melonjak mencapai 27,6 juta ton.

Sedikit menurun di tahun 2019 menjadi 25 juta ton, kemudian kembali meningkat menjadi 26 juta ton di 2020 dan naik lagi menjadi 27,7 juta ton di 2021. Selain meningkatnya permintaan, kenaikan impor pangan ini terjadi karena adanya disparitas harga komoditas pangan lokal dan impor.

Lebih murahnya harga komoditas pangan dengan sejumlah insentif tarifnya, lanjut Dwi, membuat petani pun lama kelamaan enggan berproduksi.

Akibat rendahnya produksi pangan, Peneliti INDEF Rusli Abdullah menyatakan, importasi pun mau tak mau jadi andalan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Sayangnya, importasi sendiri, menurut Rusli kerap dilakulan tanpa timing yang tepat.

"Selama pandemi tidak ada timeline yang benar soal impor, justru dilakukan saat panen (dalam negeri) berlangsung," ujarnya.

Menurutnya, untuk melakukan impor dengan tepat, Kementan sudah sehatusnya menyediakan data yang valid. Ia menegaskan, data yang valid dibutuhkan agar ketika impor dilakukan tidak menggempur harga petani.

"Kalau kita butuhnya 40, impornya 60, ya kasihan petaninya," kata Rusli.

Baca juga: Kebakaran Terjadi di Grand Mall Kota Bekasi, Para Karyawan Berhamburan Keluar Menyelamatkan Diri

Ia mencontohkan, pada tahun 2018, pemerintaj sudah mengunakan citra satelit untuk menghitung luasa lahan padi. Hal ini menghasilkan hitungan yang lebih akurat terkait lahan dan produksi beras. "Sekarang beras aman.Tak ada kisruh kenaikan harga sejak 2018. Karena data yang valid dikeluarkan oleh BPS. Jadi tak bisa main-main lagi sekarang," imbuhnya.

Khusus soal daging, ia melihat Kementan juga belum fokus untuk mengurusi persoalan kekurangan pasokan yang harus ditutup oleh impor.

"Kenapa selama ini pemerintah tidak membangun peternakan terpusat yang menyediakan daging? Bisa tanyakan ke kementan, saya melihatnya ini belum menjadi prioritas, karena fokus tetap di beras, penyediaan hewan anggarannya tidak ada," ucapnya

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pemerintah Diminta Benahi Produksi Pangan, Jangan Bergantung Impor

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved