Jakarta Audax 2022, Mengikis Mentalitas Curang Pesepeda pada Rute Jarak Jauh Berbatas Waktu
Jakarta Ultra Cycling Challange, event gowes jarak jauh mandiri dengan batsan waktu kembali digelar dengan antusiasme peserta yang begitu tinggi.
Yang pasti, hujan deras yang mengguyur kami cuma sebentar.
Tapi di km 105, di mana mulai masuk jalan yang lebih kecil, sedikit rusak dan berkontur naik-turun, hujan deras kembali turun.
Pakaian yang sudah mengering, kembali basah. Sementara, perut sudah mulai terasa lapar dan warung makan mulai jarang. Kalaupun ada, sudah penuh dengan goweser lain.
Di sekitar km 110, saat sedang asyik-asyiknya menikmati perjalanan di pinggir kali, tiba-tiba ada peserta lain menyapa nama saya.
Agak terperanjat karena saya bertemu dengan teman yang sudah bertahun-tahun tak pernah bertemu. Kami sama-sama kelaparan. Tapi saya sempat menghibur diri.
“Indahnya gowes jarak jauh di Indonesia adalah banyak minimarket dan warung mie instant di mana-mana, “ kata saya disambut tawa teman seperjalanan.
Demi eksistensi
Bertemu dengan teman lama tanpa janjian ternyata membuat semangat dan kegembiraan muncul kembali.
Sambil menggowes, kami mengobrol. Beberapa rombongan pesepeda mendahului kami. Pemimpin rombongan yang berada paling depan (road captain) menyapa kami dengan ramah.
Tapi raut muka anggota rombongan tampak cemberut. Mungkin mereka kelelahan. Mungkin juga kesal dengan jalur sepeda yang blusukan.
Dari jenis sepedanya yang berbahan carbon dan ukuran ban yang kecil, kami bisa memahami alasan raut muka mereka yang tidak bahagia.
Melewati check point kedua, saya berpisah dengan teman. Dan masalah buat saya mulai muncul.
Untuk mengikuti Audax ini, saya mengandalkan aplikasi komoot di HP.
Tapi karena kehujanan, saya tidak bisa mengisi daya batere HP.
Berkali-kali saya coba, muncul pesan ada cairan di socket pengisian daya sehingga akhirnya saya kehilangan arah.