Berita Jakarta

Kasus DBD Jakarta Selatan Capai 237 Kasus Periode Januari-Februari 2022,

Kota Jaksel tercatat memiliki kasus DBD tertinggi DBD selama periode Januari 2022, yaitu mencapai 184.

Penulis: Ramadhan L Q | Editor: Dian Anditya Mutiara
Warta Kota/Nur Ichsan
Petugas kesehatan dari Puskesmas Tanah Abang bersama kader jumantik dari Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, melakukan fogging sarang dan jentik nyamuk aedes aegypti yang menjadi sumber penyebab penyebaran penyakit demam berdarah dengue, Sabtu (9/2/2019). 

Periode Januari-Februari 2022, Kasus DBD Jakarta Selatan Capai 237 Kasus

WARTAKOTALIVE.COM, KEBAYORAN BARU - Memasuki musim penghujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Selatan terus bertambah.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan mencatat bahwa sejak Januari 2022 hingga 21 Februari 2022 penyakit demam berdarah dengue ( wabah DBD) di wilayah itu telah mencapai sebanyak 237 kasus.

Menurut Kepala Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, M Helmi, Kota Jaksel tercatat memiliki kasus tertinggi DBD selama periode Januari 2022, yaitu mencapai 184.

"Dan menurun lagi memasuki bulan Februari sebanyak 53 kasus," kata Helmi, dalam keterangan yang diterima pada Jumat (25/2/2022).

Ia mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyakit DBD.

Seperti berkolaborasi dengan seluruh stakeholder, yakni kader juru pemantau jentik (Jumantik) hingga dasawisma se-Jakarta Selatan.

Baca juga: Ancaman DBD di Tengah Pandemi, Enesis Bagikan Soffell dan Healthy Kit untuk Masyarakat Jatim

Baca juga: Cegah DBD Meluas di Tengah Pandemi, Enesis Salurkan Ribuan Healthy Kit untuk Warga Bali

"Kami juga mengajak warga menjadi Jumantik mandiri untuk melakukan pemantauan jentik nyamuk di dalam dan luar rumah masing masing," tuturnya.

Selain itu, fogging atau penyemprotan dilakukan usai mendapat laporan secara berjenjang melalui RT dan RW.

20150131 Nyamuk DBD
Nyamuk DBD (Tribunnews.com)

Puskesmas di masing-masing wilayah Jakarta Selatan juga melakukan penelitian epidemiologi terlebih dahulu sebelum  dilakukan fogging.

"Hal tersebut untuk memastikan warga lainnya di sekitarnya positif demam berdarah," ungkap Helmi.

Ia menambahkan, fogging yang selama ini dilakukan sekadar mampu memberantas nyamuk DBD, sedangkan jentik nyamuk tidak mati.

Oleh sebab itu, Sudin Kesehatan Jakarta Selatan gencar mengajak masyarakat menjadi Jumantik mandiri.

"Itu dilakukan untuk pemberantasan sarang nyamuk di dalam maupun luar rumah masing masing," katanya. (M31)

Selama Desember 2021, 176 warga Jakarta Selatan terkena DBD.

Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Selatan M Helmi mengatakan total kasus DBD di Jakarta Selatan selama periode Januari hingga Desember 2021 mencapai 600 kasus.

Warga yang terjangkit DBD berusia dari balita hingga dewasa.

"DBD sampai dengan Desember ini jumlah total 600 kasus," kata Helmi saat dikonfirmasi, Minggu (19/12/2021).

Baca juga: Kasus DBD Meningkat, Stok Trombosit di PMI Kota Tangsel Menipis

Meskipun demikian, Helmi menyebut kasus DBD di Jakarta Selatan tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan pada 2020.

Di tahun 2020 lalu kasus DBD di Jakarta Selatan mencapai lebih dari 1.000 kasus.

Guna mengantisipasi meningkatnya kasus DBD, Helmi mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga pola hidup bersih.

"Kita juga menjalankan jumantik (juru pemantau jentik) mandiri sehingga warga bisa membersihkan sendiri. Itu tetap kita lakukan," pungkas Helmi.

Sementara itu Wakil Wali Kota Jakarta Selatan Isnawa Adji mengingatkan masyarakat akan bahaya penyakit DBD.

Menurut Isnawa, masyarakat perlu mengantisipasi DBD selain mencegah penyebaran virus Covid-19.

"Walaupun masih di tengah pandemi Covid-19, tetapi kasus DBD juga mengancam," kata Isnawa.

Maka ia mengimbau agar warga di Jakarta Selatan rajin membersihkan rumah dan lingkungannya guna memastikan terbebas dari jentik nyamuk.

Baca juga: Waspada! Penghujung Tahun 2021, Kasus DBD di Kota Tangsel Terus Alami Kenaikan

"Kemungkinan tempat-tempat berkembangnya jentik nyamuk sangat memungkinkan di musim penghujan," ujar mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta itu.

Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Dinkes Tangsel) juga merilis data kasus DBD yang terjadi pada wilayah kerjanya. 

Data tersebut disampaikan oleh Kepala Dinkes Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar kepada Wartakotalive.com saat dikonfirmasi melalui pesan tertulisnya. 

"Ini data perbandingan kasus DBD tahun 2020 dengan tahun 2021," kata Allin.

Baca juga: Natal, 151 Warga Binaan Rutan dan Lapas Salemba dapat Remisi

Allin menuturkan dari data tersebut tercatat kasus DBD menurun jika dibandingkan pada tahun 2020 dengan tahun 2021.

Sebab, pada awal tahun 2020 hingga bulan Desember 2020 pihaknya mencatat kasus DBD terjadi sebanyak 515 kasus. 

Sedangkan, sejak memasuki awal tahun 2021 hingga Rabu, 22 Desember 2021 pihaknya mencatat sebanyak 422 kasus DBD telah terjadi di Kota Tangsel. 

Sementara itu, dari data tersebut terdapat kenaikan kasus pada tiga bulan terakhir jika dibandingkan pada tahun lalu. 

Semisal, pada bulan Oktober 2020 tercatat kasus DBD sebanyak 6 kasus, November 2020 sebanyak 27 kasus, dan Desember 2020 sebanyak 17 kasus. 

Sedangkan, pada bulan Oktober 2021 tercatat  sebanyak 43 kasus DBD, November 2021 sebanyak 75 kasus DBD, dan Desember 2021 hingga pada tanggal 21 telah tercatat sebanyak 24 kasus.

Dari seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan tercatat Kecamatan Pamulang menjadi wilayah tertinggi temuan kasus DBD selama tahun 2021 ini. 

Dinas Kesehatan Kota Tangsel mencatat 109 warga Kecamatan Pamulang telah menderita penyakit DBD di tahun 2021 ini.

Dari data tersebut, diantaranya kasus DBD ditemui di wilayah Kelurahan Pondok Cabe Ilir di Kecamatan Pamulangg.

Lurah Pondok Cabe Ilir, Munadi mengaku pihaknya telah mendapati temuan kasus DBD pada wilayah kerjanya tersebut. 

"Yang baru ditemukan saya dari Kepala Puskesmas Pondok Cabe Ilir baru satu kasus," katanya saat ditemui di Jalan Bayam 1, Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Kota Tangsel, pertengahan Desember 2021.

Meningkatnya tren kasus DBD di wilayah Pamulang, menurut Munadi, membuat pihaknya makin waspada dan terus meworo-worokan atau memberikan edukasi 3M plus ke warga.

Langkah itu katanya dilakukan untuk menekan tren peningkatan kasus DBD di lingkup Kelurahan Pondok Cabe Ilir. 

"Tentunya dengan adanya kasus DBD akhir-akhir ini meningkat, kami berusaha untuk datang ke warga dan memberikan edukasi terutama kepada keluarga dan sebagainya," ungkapnya. (31/des/m23)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved