Berita Jakarta
Harga Daging Meroket, Pedagang Akan Mogok Jualan, Ikuti Langkah Produsen Tahu dan Tempe
Menurut Reynaldi, hal ini menjadi sebuah bentuk perhatian, lantaran sebelumnya juga minyak goreng dan kedelai naik secara signifikan.
Penulis: Yolanda Putri Dewanti | Editor: Feryanto Hadi
WARTAKOTALIVE.COM GAMBIR -- Tak hanya perajin tahu dan tempe yang mogok produksi lantaran harga kedelai yang naik signifikan, kini pedagang daging pun akan melakukan hal yang serupa.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa ia bersama pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait sejumlah pedagang daging di Ibu Kota akan melakukan aksi mogok dagang karena harga daging yang melambung tinggi.
"Kami mendapat laporan memang di beberapa titik akan melakukan aksi mogok dagang daging karena memang kita lihat di Jabodetabek ini cukup tinggi harga daging, bahkan ada yang mencapai 166.000 per kg," ucap Reynaldi kepada wartawan, Selasa (22/2/2022).
Baca juga: Yuti Perajin Tempe di Depok Menunda Nikah, Akibat Harga Kedelai Naik
Menurut Reynaldi, hal ini menjadi sebuah bentuk perhatian, lantaran sebelumnya juga minyak goreng dan kedelai naik secara signifikan.
"Maka kami melihat ini menjadi bentuk perhatian karena kita belum selesai menyelesaikan persoalan minyak goreng, kedelai, timbul persoalan baru yaitu pedagang ingin mogok berjualan daging," ucap dia.
Sehingga, dirinya juga belum bisa memastikan mulai kapan, dan berapa lama para pedagang daging akan melakukan aksi mogok.
Baca juga: Yuti Perajin Tempe di Depok Menunda Nikah, Akibat Harga Kedelai Naik
"Kami sedang mengumpulkan beberapa informasi yang pasti terkait mogok dagang daging ini," tutup dia.
Harga kedelai melambung
Sebelumnya, tingginya harga kacang kedelai di Indonesia yang membuat para perajin tahu dan tempe mengancam mogok produksi, salah satunya ternyata imbas dari reformasi peternakan babi di China yang berdampak luas.
Kebijakan pemerintah China yang mereformasi peternakan babi, membutuhkan kedelai yang cukup banyak untuk pakan ternak babi setelah diterpa flu babi dalam dua tahun lalu.
Setidaknya, begitu penjelasan resmi Kementerian Perdagangan (Kemendag) terkait masih terus tingginya harga kedelai.
Indonesia yang bergantung 80-90% pasokan kedelai impor, tentu saja terkena imbasnya langsung.
Terutama, perajin tahu dan tempe di Tanah Air, yang membutuhkan sekitar 3 juta ton kedelai setiap tahunnya.
Lonjakan harga kedelai bahkan membuat perajin tahu dan tempe bersiap melakukan aksi mogok produksi.
Dan, meminta izin pemerintah untuk menaikkan harga jual agar tidak diprotes konsumen.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memperkirakan, pada tahun lalu pihaknya memperkirakan produksi kedelai di Argentina dan Brasil akan meningkat.
Namun, proyeksi itu diperkirakan akan meleset.
"Nah begitu reformasi peternakan babi dibikin, SOP yang bagus maka butuh kedelai banyak untuk pakan babi. Sehingga, China ini memborong kedelainya," kata Oke Nurwan, Minggu (20/2/2022).
"China beralih ke Amerika diborong. Kedelai kita itu untuk tahu tempe biasanya dari Amerika. Karena diborong harga melonjak, ditambah pandemi," ujarnya.
Produksi kedelai Argentina dan Brasil yang turun, membuat China beralih memasok dari Amerika Serikat (AS).
Sementara, kebutuhan kedelai perajin tahu tempe biasanya dipasok dari AS.
Dia menuturkan, pandemi telah mengerek biaya logistik yang berkontribusi juga pada kenaikan harga kedelai.
"Pandemi itu biaya logistik naik empat kalilipat. Sehingga harga kedelai naik, dan jatuhnya kedelai di kita naik," terangnya.
Sebagai informasi, harga kedelai dunia mengalami lonjakan. Situasi ini tentu akan berdampak besar bagi industri tempe dan tahu domestik yang didominasi skala rumah tangga.
Merujuk pada situs tradingeconomics, harga kedelai berfluktuasi di rentang US$ 15 per bushel (sekitar 27,21 kg) setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2021.