Pilpres 2024
Anies Bakal Jadi Pemersatu Parpol jika Tak Gabung Partai
Ahmad Khoirul Umam mengatakan, kolaborasi Anies dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa menjadi duet
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Budi Sam Law Malau
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Sosok Anies Baswedan digadang-gadang bisa menjadi pemersatu partai politik (parpol).
Apalagi jika pria yang masih menjaBAT Gubernur DKI Jakarta tersebut tidak mendeklarasikan diri masuk ke dalam bagian parpol menjelang Pilpres mendatang.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, kolaborasi Anies dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa menjadi duet yang mengusung antitesa kekuasaan saat ini.
Bahkan, Anies-AHY bisa mengklaim koalisinya dalam ajang Pilpres 2024 nanti sebagai ‘Duet Perubahan’ karena berbagai alasan.
“Anies-AHY merupakan dua tokoh yang selama ini memiliki bekal elektabilitas memadai dengan posisi 1-6 besar. Peringkatan elektabilitas itu tercermin di hampir seluruh hasil survei lintas lembaga yang muncul belakangan ini,” ujar Ahmad Khoirul Umam berdasarkan keterangannya, Minggu (6/2/2022).
Menurutnya, jika duet Anies-AHY dipromosikan, tentunya Partai Demokrat berada di sana sebagai salah satu sponsor utama koalisi, pembentuk 20 persen presidential threshold (ambang batas pencalonan presiden).
Baca juga: Anies Baswedan Diminta Kembali Tegas Pada Kantor Non-Esensial yang Tidak Taat Prokes
Baca juga: Tak Puas Keputusan Kemendikbud, KPAI Minta Anies Baswedan Meniadakan PTM Sebulan
Hal itu, ungkap dia, menjadi bekal awal yang baik, karena tokoh parpol yang memiliki elektabilitas dan mesin politik memadai hanya dua, yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan AHY, kecuali PDIP yang bisa mengusung pasangan Capres-Cawapres sendiri.
Dengan adanya Partai Demokrat sebagai sponsor koalisi, kemungkinan akan adanya partai politik lain dari garis ideologi nasionalis dan khususnya dari garis ideologi politik Islam yang akan merapat untuk mendapatkan efek ekor jas (coat tail effect).
Efek ekor jas itu terbentuk jika partai politik pengusung nama Capres-Cawapres memiliki chemistry dan paradigma yang sama, sehingga tidak ada kegamangan yang menjadi sumber slit ticket voting.
Baca juga: Anies Baswedan Pastikan Anggaran untuk Formula E akan Dinikmati Warga Jakarta
“Selama Anies tidak mendeklarasikan diri masuk ke partai politik, maka Anies bisa menjadi pemersatu bagi partai-partai pengusungnya. Terlebih lagi, dibalik duet Anies-AHY, ada dua tokoh politik besar yang bisa menjadi joined forces, yakni SBY-JK (Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla),” ungkapnya.
Dia menjelaskan, SBY merupakan ayah biologis dan ideologis dari AHY.
Sementara sosok JK adalah mentor politik Anies Baswedan.
Jika duet ini digarap dengan baik, bisa saja duet Anies-AHY mengulang kemenangan SBY-JK sebagaimana terjadi di Pemilu 2004 lalu.
Baca juga: Anies Tantang 9 Pejabat Eselon II yang Baru Dilantik, Bikin Terobosan Atasi Covid-19
Baca juga: Kasus Positif Omicron Naik, Anggara Wicitra Sastroamidjojo Minta Anies Baswedan Sidak Perkantoran
Khoirul Umam menjelaskan, sebagaimana riset yang saat ini dijalankan oleh Institute for Democracy & Strategic Affairs (IndoStrategic) tentang kekuatan politik yang dimunculkan oleh ‘Public Mood’, hipotesa tersebut menunjukkan politik rakyat di 2024 mendatang mengharapkan perubahan.
Dalam konteks ini, duet Anies-AHY bisa membangun gelombang kekuatan yang menjadi sisi beda dari pemerintahan sekarang, yang dinilai sejumlah kalangan sering meng-ignore suara rakyat.
“Tim sukses pasangan Anies-AHY bisa menggarap fenomena perlawanan rakyat dalam pernolakan UU Ciptaker, UU KPK, pembentukan BRIN, sejumlah proyek infrastruktur yang membebani fiskal negara hingga IKN,” katanya.
“Jika public mood akan perubahan itu digarap dengan baik, rakyat akan menginginkan pasangan Capres-Cawapres yang justru bukan merepresentasikan pemerintah saat ini. Karena kalau memilih tokoh yang berasal dari lingkaran kekuasaan, maka bisa saja masyarakat yang kecewa bisa khawatir bahwa pola ‘meng-ignore aspirasi rakyat’ itu bisa berlanjut,” lanjutnya.
Baca juga: Strategi Anies Tekan Omicron di Ibu Kota Sudah Dikirim ke Pempus, Tinggal Tunggu Persetujuan Jokowi
Meski begitu, Khoirul mengingatkan bahwa penguasa tidak akan senang dengan bertemunya duet Anies-AHY.
Mereka bisa saja menggunakan segala cara untuk menghambat bersatunya dua tokoh ini.
“Tetapi perlu diingat, kekuatan public mood bisa mengubah segalanya, karena itu, koalisi politik besar tidak menjamin pasangan Capres-Cawapres bisa menang. Hal itu dibuktikan oleh SBY-JK di Pilpres 2004 dan juga pasangan Jokowi-JK di Pilpres 2014, yang koalisi pendukungnya ternyata lebih kecil dibanding kompotitor politiknya,” jelasnya. (faf)