Pilpres 2024

Kosgoro 1957 Mantap Calonkan Airlangga Hartarto di Pilpres 2024 Sebagai Capres Partai Golkar

Organisasi sayap Partai Golkar yakni KOsgoro 1957 sudah sepakat menjagokan Airlangga Hartarto sebagai capres di Pilpres 2024.

Editor: Valentino Verry
Tribunnews.com/Irwan Rismawan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menjadi kandidat kuat dari partainya sendiri sebagai capres di Pilpres 2024, tinggal mencari pasangan sebagai cawapres. 

"Bahwa segenap keluarga besar Kosgoro 1957 dan seluruh rakyat Indonesia, tentunya bangga dan salut terhadap prestasi dan keberhasilan Airlangga dalam melakukan pemulihan ekonomi segenap rakyat Indonesia akibat dampak pandemi Covid-19 dengan berbagai upaya dan kerja keras, sehingga keadaan perekonomian nasional yang kita rasakan saat ini terus bergerak ke arah yang lebih baik," pungkas Dave.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Usni Hasanudin menilai, Partai Golkar sangat memungkinkan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Pilpres 2024.

Sebab, elektabilitas Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto sampai sekarang belum menjanjikan.

"Sejak meninggalkan kultur konvensi, Golkar cenderung menjagokan non kader sebagai capresnya."

Baca juga: Cerita Warga Soal Lansia 80 Tahun Tewas Dikeroyok Massa di Cakung, Dituduh Curi Mobil Padahal Bukan

"Ini kecuali pada 2009 lalu, yang bulat mengusung JK (Jusuf Kalla)," kata Usni Hasanudin kepada wartawan, Sabtu (22/1/2022).

Usni juga mengatakan, saat pencalonan Jusuf Kalla (JK) lalu bisa dimaklumi, karena JK aktif menjadi Wapres dan berpeluang mengalahkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Lebih lanjut, kata Usni, Golkar memang kembali mencoba peruntungan mengusung ketua umumnya pada Pilpres 2014, dengan memajukan Aburizal Bakrie (Ical).

"Sayangnya, justru terjadi perpecahan."

"Selain karena faktor Jokowi yang berpasangan dengan JK, ini juga dipengaruhi elektabilitas Ical yang rendah sehingga tidak menjual," ulasnya.

Pada 2019, lanjutnya, Golkar kehilangan momentum lantaran Airlangga baru terpilih sebagai ketua umum.

Baca juga: Omicron Merebak, PTM 100 Persen di Tangerang Dihentikan, Kembali ke PTM 50 Persen Mulai Besok

Ia menggantikan Setya Novanto yang terjerat kasus korupsi pengadaan KTP-el.

"Nah, Golkar sekarang mencoba kembali mengulang pengalaman 2014, yang menjagokan ketumnya sebagai capres."

"Tapi, ini berat karena elektabilitas Airlangga masih rendah. Seperti Ical, figur Airlangga juga tidak menjual," urainya.

Usni pun mengingatkan Golkar terancam kembali disandera konflik internal, sehingga dukungannya terpecah pada pilpres, apabila bersikukuh memasang Airlangga.

"Ini sangat mungkin terjadi karena shareholder di Golkar majemuk," ucapnya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved