Pencegahan Stunting
Dokter Klara Minta Emak-emak Konsisten Beri ASI Ekslusif, agar Bayi tak Menderita Stunting
Bagi seorang ibu yang menderita stunting, berpotensi memiliki anak juga mengalami kondisi serupa. Untuk itu, konsisten sejak masih bayi beri ASI.
Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: Valentino Verry
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronik yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak.
Menurut dr Klara Yuliarti, Sp.K(A), anggota Satgas ASI Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), kondisi ini dapat berulang, bagi anak perempuan yang mengalami stunting dan sudah tumbuh dewasa, berisiko akan melahirkan anak yang stunting.
"Tak hanya mempengaruhi ukuran tubuh anak, membuat tinggi badannya tidak sama dengan anak-anak lain, tapi juga mempengaruhi kecerdasannya," kata dokter Klara saat jumpa pers virtual peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician (BFCC) dan diskusi Peran ASI dalam Mencegah Stunting, Jumat (14/1).
Ia menjelaskan, ada beberapa dampak buruk yang bisa terjadi jika seorang anak mengalami stunting.
Menurutnya, stunting akan mempengaruhi kapasitas kognitif dan edukasi, tinggi, berat badan, dan imunitas seorang anak.
Baca juga: Dampak Telah Mendapatkan Vaksin, Mayoritas Warga yang Terpapar Omicron Tidak Bergejala
Selain itu, stunting juga dapat mengubah metabolisme anak.
“Metabolisme anak berubah, secara sederhana jadi gampang gemuk karena kemampuan anak stunting untuk membakar lemak itu lebih rendah daripada yang tidak stunting,” ucapnya.
“Akibatnya, angka penyakit tidak menular meningkat seperti, diabetes, obesitas, hingga kardiovaskular," kata dokter Klara.
Lalu apa penyebab dan cara mencegah stunting?
Ia kembali menjelaskan, penyebab terjadinya stunting adalah karena kurangnya asupan energi dan protein hewani yang didapatkan oleh anak.
Oleh karena itu, stunting harus dicegah. Salah satunya dengan memberikan ASI ekslusif dan makanan pendamping ASI (MPASI) lengkap.
"Pemberian ASI ekslusif kepada bayi, membuat anak mendapatkan nutrisi yang komplit dan daya tahan tubuh baik. Ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak," ujar doktar Klara.

Lebih lanjut ia mengatakan, ASI mengandung komponen yang penting bagi anak, bukan hanya sekadar menjadi makanan bagi bayi.
ASI juga bukan hanya mengandung makanan saja dan bukan sekadar susu ibu, tapi juga mengandung faktor bioaktif.
"Bioaktif merupakan zat yang bermanfaat untuk kesehatan,” ujarnya.
“Terdiri dari immunoglobulin (antibodi) untuk melindungi tubuh, Human milk oligosaccharides (HMOs) nutrisi penting yang tidak bisa ditemukan di susu lain, sel darah putih, antimikroba, dan sel-sel hidup," terang dokter Klara.
Pemberian ASI kepada bayi juga harus didampingi dengan MPASI yang benar, agar tumbuh kembang anak optimal.
Baca juga: The Daddies Melangkah ke Babak Final Kalahkan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi Wakil Malaysia
Ketika memberikan MPASI, ibu disarankan memberikan protein hewani setiap hari dengan jumlah yang cukup.
"Kalau kita lihat secara keseluruhan, kenapa ASI menurunkan stunting, dari praktik pemberian ASI atau menyusui yang benar, itu secara langsung akan menurunkan insidens diare, juga dengan nutrisi yang baik akan mengakibatkan angka stunting menurun," katanya.
Mengingat pentingnya pemberian ASI untuk menekan angka kejadian stunting, IDAI akan menggelar Indonesia Breastfeeding Course for Clinician.
Dr. dr Naomi Esthertnita F.D, Sp.A(K), Ketua Satgas ASI IDAI mengatakan, Indonesia Breastfeeding Course for Clinician adalah suatu pelatihan resmi, mengenai dukungan menyusui dari IDAI yang dilaksanakan oleh Satgas ASI.
"Diharapkan dengan pelatihan ini, masalah dalam dukungan menyusui di Indonesia dapat teratasi, sehingga keberhasilan dan durasi menyusui dapat ditingkatkan, tumbuh kembang optimal dapat kita capai, dan angka stunting dapat ditekan," katanya.
Baca juga: PBSI Akan Umumkan Pemain Terlempar dari Pelatnas Cipayung dan Tak Berhak Lagi Dapat Fasilitas Negara
Dia menambahkan, pelatihan tersebut ditujukan bagi para dokter spesialis anak baru, dokter spesialis lain, dan dokter umum.
Kegiatan ini, katanya, akan diluncurkan pada akhir Januari 2022 dan kemungkinan bulan Februari mulai dijalankan.
Sedangkan untuk modul-modul yang akan diberikan adalah fisiologi menyusui.
"Jadi kita harus tahu, kapan sebenarnya ASI itu mulai keluar lebih banyak, kenapa hari pertama dan kedua itu belum banyak," katanya.
"Dan jika praktisi klinis mengetahui lebih jelas mengenai ASI, maka bisa memberikan informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut kepada para ibu menyusui," kata dokter Klara lagi.
Baca juga: Belajar dari Viralnya NFT Ghozali, Buka Potensi Aset Digital di Indonesia
Dan pelatihan ini, juga membantu mempersiapkan diri untuk menghadapi seorang ibu yang konsuling dengan permasalah yang berbeda-beda.