Kasus Covid
Dampak Telah Mendapatkan Vaksin, Mayoritas Warga yang Terpapar Omicron Tidak Bergejala
Berdasarkan data, dari 75 persen atau 545 kasus Omicron berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN)
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Agus Himawan
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebut 95 persen kasus Covid-19 varian Omicron, tanpa gejala dan lainnya gejala ringan karena telah mendapatkan vaksin Covid-19.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat jumlah kasus Covid-19 varian Omicron sampai Sabtu (15/1/2022) pagi mencapai 725 orang.
“Alhamdulillah sebagian besar hampir 95 persen itu tanpa gejala dan lainnya gejala ringan. Sampai dengan sekarang tidak ada terlaporkan ada yang wafat, itu belum ada untuk kasus yang Omicron,” kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti yang dikutip dari YouTube MNC Trijaya pada Sabtu (15/1/2022).
Berdasarkan data, dari 75 persen atau 545 kasus Omicron berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), sedangkan 180 kasus dari transmisi lokal atau 24,8 persen.
Menurut Widyastuti, sebagian besar orang yang terpapar varian Omicron sudah divaksin dosis lengkap, sedangkan sisanya ada yang baru divaksin satu kali.
“Jadi, relatif seperti teori dan berbagai laporan bahwa di kita tingkat kesembuhannya tinggi, tanpa gejala atau gejala ringan,” ujar Widyastuti.
Meski mayoritas tidak memiliki gejala, namun mereka menjalani isolasi di fasilitas kesehatan yang dimiliki pemerintah, seperti RSDC Wisma Atlet dan RSPI Sulianti Saroso. Untuk jangka waktu isolasi, rata-rata mereka menginap selama 10 hari lebih.
Baca juga: Satu dari 20 Warga Terpapar Covid-19 di RLC Tangsel, Dipastikan Varian Omicron
“Kalau rawat inap kami sesuai prosedur tentu ada tata kelola klinis yang sudah menjadi patokan, kapan seseorang dinyatakan boleh pulang. Jadi itu kami sesuaikan dengan prosedur, sekitar 10 hari dari mulai terinfeksi,” jelasnya.
Menurut Widyastuti, pihaknya terus menguatkan langkah 3T (tracing, testing, dan treatment) dalam penanganan dan penanggulangan Covid-19. Namun dia memandang, langkah 3T itu tidak akan berjalan optimal jika masyarakat mengabaikan prokes dan enggan divaksin.
“Kami kuncinya bukan hanya 3T, tapi tetap menjaga prokes. Rumusan bahwa 3T, prokes dan vaksin menjadi kata kunci, jadi 3T tanpa penguatan prokes dan vaksin yang tidak lengkap (dosis satu) tentunya menjadi sesuatu yang kurang lengkap,” imbuhnya.
Sebagai informasi, kata dia, testing yang dilakukan Dinkes DKI sekitar 90.000 lebih per pekan untuk pencarian kasus baru atau active case finding (ACF).
Angka itu lebih tinggi sembilan kali dari standar yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
“Untuk usia yang terpapar sangat beragam, sebagian di usia produktif karena terkait dengan mobilisasi dan tempat kerja. Alhamdulillah tidak ada gejala parah, dan semoga tidak terjadi,” ucapnya.