Virus Corona

Epidemiolog: Kita Tidak Bisa Hindari Omicron, Harus Bersiap Hadapi Banyaknya Kasus

Di Amerika Serikat, rekor satu hari sebanyak 1 juta kasus terjadi, begitu pun dengan Australia.

Dokumentasi Pribadi Dicky Budiman
Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 varian Omicron telah banyak memecahkan rekor. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, Covid-19 varian Omicron telah banyak memecahkan rekor.

Di Amerika Serikat, rekor satu hari sebanyak 1 juta kasus terjadi, begitu pun dengan Australia.

"Ini banyak hal yang baru masa pada masa varian Omicron."

Baca juga: Sebelum Kortas Dibentuk, 44 Bekas Pegawai KPK Bakal Ditugaskan di Satgas Pencegahan Tipikor

"Bahwa rekor kasus banyak dipecahkan, itu tentu tidak mengagetkan."

"Karena Omicron 3-4 kali lebih cepat menular dari pada varian Delta," ungkapnya pada siaran live Instagram, Kamis (6/1/2022).

Dicky mengatakan, secara lapangan, terbukti kasus dunia dalam 24 jam terakhir pecah rekor hingga 20 jutaan lebih.

Baca juga: Suntikkan Booster Mulai 12 Januari, Menteri Kesehatan Pastikan Stok Vaksin Covid-19 Masih Cukup

Bahkan, hampir semua negara maju yang miliki kapasitas deteksi dini baik seperti, Amerika dan Eropa, pecah rekor.

"Ini pesan penting, bahwa kita tidak bisa menghindari varian Omicron. Kita harus bersiap banyaknya kasus," ucap Dicky.

Namun, kabar baiknya, saat ini Indonesia dan dunia, memiliki modal lebih besar menghadapi varian Omicron.

Baca juga: Siap Diperika Polisi, Ferdinand Hutahaean: Yang Buat Gaduh Bukan Cuitan Saya, tapi Persepsi Liar

Yaitu, orang yang memiliki imunitas, baik karena terinfeksi dan tervaksinasi, sudah lebih banyak dibandingkan varian Delta.

"Sehingga kita melihat bahwa dengan Omicron terkesan ringan."

"Sebetulnya bukan karena Omicron berdampak pada saluran pernapasan atas saja, tapi yang punya imunitas jauh lebih banyak," ulas Dicky.

Oleh karena itu, Dicky berpesan agar segera divaksin dan mendapatkan dosis lengkap. Lalu, orang yang berisiko tinggi harus diberikan vaksin booster. (Aisyah Nursyamsi)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved