Tidak Hanya Sudah Kumuh, Ini Alasan Lain Pasar Jaya Ingin Rrevitalisasi Pasar Induk Kramat Jati

revitalisasi diperlukan karena kondisi Pasar Induk Kramatjati cukup kumuh, padahal pasar tersebut menjadi pusat distribusi logistik di Jabodetabek

Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Agus Himawan
Warta Kota/Rangga Baskoro
Dirut Pasar Jaya Arief Nasrudin 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perumda Pasar Jaya Arief Nasrudin mengungkapkan kondisi pasar yang kurang tertata dan kumuh tidak dapat dibiarkan untuk melayani masyarakat Jabodetabek.

Kata dia, persaingan bisnis pasar tradisional di masa mendatang bakal semakin sengit. Dia khawatir akan banyak pasar induk baru milik swasta bertebaran, karena dalam regulasi memang diizinkan.

Namun, Arief mengamini kondisi Pasar Induk Kramatjati memang masih kokoh.

Tetapi, secara penataan dianggap kurang layak dengan bau sampah yang begitu menyengat, atap bocor di mana-mana, cat dinding sudah tidak cerah lagi, lantai keramik rusak dan sebagainya.

Hal itu yang menjadi alasan pihaknya ingin merevitalisasi Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur pada tahun 2022 ini.

Arief menyebut, revitalisasi diperlukan karena kondisi Pasar Induk Kramatjati cukup kumuh, padahal pasar tersebut menjadi pusat distribusi logistik di wilayah Jabodetabek.

“Kita ketahui bersama penataan Pasar Induk seperti apa, dan saya sering dikomplain karena penataan itu. Kita (Pasar Induk) dikunjungi (orang) dari berbagai daerah, terakhir kemarin itu dengan Bank Indonesia pada akhir bulan Desember 2021,” kata Arief pada Rabu (5/1/2022).

Hal itu dikatakan Arief saat berdialog dengan pedagang sayur dan buah Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur yang difasilitasi Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

“Itulah kenapa saya berpikir, Pasar Jaya harus berani ambil aksi karena sebenarnya banyak juga pedagang atau pasar yang memang belum waktunya mengajukan revitalisasi (tapi kemudian direvitalisasi),” ujar Arief.

“Jadi cukup banyak masalah di Pasar Induk, kemudian kita coba menata itu semua. Yuk dibuat sosialisasi kepada para pedagang seperti apa responsnya, karena kami berpikirnya untuk kebaikan bersama,” jelas Arief.

“Saya melihatnya ke depan pak, nggak sekarang. Ke depannya persaingan kita akan lebih besar, saya takut akan timbul pasar induk-pasar induk yang bukan dikelola pemerintah. Di Perda soal perpasaran, itu boleh pasar induk dibuat swasta,” imbuhnya.

“Kemudian kapan kita bisa bersaing kalau kita bertemu dengan pesaing seperti ini? Sementara tanggung jawab kami mengelola pedagang-pedagang kecil di Jakarta,” lanjutnya.

Jika kondisi pasar seperti ini terus didiamkan, kata Arief, bukan tidak mungkin konsumen Pasar Induk Kramatjati akan berpaling ke pasar induk yang dikelola swasta. Tentunya pasar induk yang dikelola swasta lebih baik dari sarana dan prasarananya.

“Apa yang kami sampaikan saat ini, tidak ada niat untuk menzolimi (pedagang). Tidak ada maksud membakar-bakar atau mengadu domba, karena Bapak-Ibu semua bagi kami berperan,” imbuhnya.

Selain itu, kata dia, kondisi sejumlah pasa tradisional termasuk Pasar Induk Kramatjati dianggap belum mencerminkan refleksi wajah Jakarta.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved