Muktamar NU
KH Miftachul Akhyar Sosok Humanis yang Bakal Bikin Adem PBNU, Terpilih karena tak Ada yang Mau
Kiai besar, KH Miftachul Akhyar terpilih sebagai Rais Aam PBNU yang baru untuk periode 2021-2026. Dia terpilih berhubung kiai sepuh pada tak mau.
Karier KH Miftachul Akhyar di lingkungan PBNU dijalaninya sejak lama.
Sebelumnya, KH Miftachul Akhyar pernah menjadi Rais Syuriah PCNU Surabaya 2000-2005.
Kemudian naik menjadi Rais Syuriah di Pengurus Wilayah Nahdlatul Ualama (PWNU) Jawa Timur 2007-2013, 2013-2018.
Berikutnya KH Miftachul Akhyar dipercaya menjadi Wakil Rais Aam PBNU 2015-2020 dan didaulat sebagai Pj Rais Aam PBNU 2018-2020.
Sejak muda, KH Miftachul Akhyar gemar menekuni Agama Islam.
Dia tercatat pernah mondok di Pondok Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Baca juga: Gereja Santo Nikodemus Terapkan Prokes Ketat pada Perayaan Natal untuk Cegah Varian Omicron
Miftachul Akhyar muda juga tercatat pernah menjadi santri di Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Dia juga pernah memperdalam ilmu agama di Pondok Pesantren di Lasem, Jawa Tengah.
Miftachul Akhyar juga aktif mengikuti majelis ta’lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang semasa Sayyid Muhammad mengajar di Indonesia.
Setelah pengumuman Rais Aam PBNU, forum Muktamar NU menyepakati untuk mengumumkan Ketua Umum PBNU.
Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis mengungkap situasi rapat khusus sembilan kiai sepuh yang tergabung dalam tim Ahlul Walii Wal Aqdi (AHWA).
Diketahui dalam rapat tersebut memilih KH Miftachul Akhyar menjadi Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
Baca juga: Pastikan Tak Ada Lonjakan Covid 19 Pasca-Nataru, Kapolri Terjun Cek Prokes di Taman Safari Bogor
Namun, sebelum resmi diumumkan sebagai Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar diberi dua syarat.
“Jadi ada sembilan kiai, tujuh di ruang VIP GSG dan dua melalui Zoom dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Rapat khusus bersembilan tanpa diganggu,” ungkap Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Maulana Mukhlis menuturkan saat pemilihan sempat terjadi saling lempar dan belum ada suara kesepakatan Rais Aam terpilih.
“Tidak ada yang mau, awalnya Gus Mus tapi tidak bersedia lantaran masih ada yang sepuh (ditetuakan). Kemudian yang sepuh menolak karena masih ada yang muda energik. Rapat AHWA dipimpin Kiai Ma'ruf Amin. Tapi pada akhirnya menetapkan KH Miftachul Akhyar,” jelasnya.