Lifestyle

Kapak Prabu dan PHKT Budidayakan Kopi Librika Secara Tumpang Sari

T Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU) lakukan pendampingan melalui program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru

Penulis: Ign Agung Nugroho | Editor: LilisSetyaningsih
Warta Kota/Ign Agung Nugroho
Budidaya kopi liberika dari Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu) 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Bermula dari kejatuhan harga karet yang semula Rp 14 ribu - Rp15 ribu per kilogram menjadi Rp 4 ribu-Rp 5 ribu per kilogram lantaran monopoli tengkulak di Desa Prangat Baru. 

Belum lagi banyaknya tumpukan sampah sisa makanan di Terminal Santan yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur,  yang mencapai 100,55 ton.

Kondisi tersebut membuat Rindoni prihatin.

Belakangan, sarjana pendidikan ini pun mencari bisnis apa yang  bisa dilakukan oleh  warga di Desa Prangat Baru.

Baca juga: Naik Kelas, Kopi Kenangan kini Miliki Premium Store Kenangan Heritage

Baca juga: Manjakan Army Kopi Kenangan Hadirkan BTS x Built NY Tumbler, Motif Diambil dari Video BTS Idol

Muncullah ide dia untuk menanam kopi.

"Saya yakin kopi bila dikelola dengan baik dan benar bisa mendatangkan kesejahteraan bagi para petani," kata Rindoni dalam sharing session secara virtual bertema 'Journey to Empowerment: Berbagi Nilai dan Cita-Cita Bersama Masyarakat di Wilayah Operasi Migas, Kamis (16/12/2021).

Pada 12 Juli 2020,  Rindoni pun membentuk Kelompok Kopi Luwak yang saat ini memiliki 34 anggota.

Rindoni, yang juga Ketua Kelompok Tani Kopi Desa Prangat Baru mengatakan, setelah rapat untuk melakukan sesuatu dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Desa Prangat Baru, khususnya petani, dicarilah tanaman yang bisa tumpang sari dengan tanaman karet.

Budidaya kopi liberika dari Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu).
Budidaya kopi liberika dari Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu). (Warta Kota/Ign Agung Nugroho)

“Kami temukan kopi bisa. Kami budidaya kopi liberika yang berasal dari Liberia dengan fermentasi biji kopi alami dari luwak liar,” ungkap Rindoni.

Namun kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang pertanian kopi di awal penanaman membuat petani tidak langsung dapat menikmati hasilnya.

Seperti tata cara penanaman yang benar, kondisi lahan yang kurang subur, dan harga kopi yang anjlok, hingga pada akhirnya mereka masih tetap tergantung pada tengkulak. 

Belakangan, PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU) melakukan pendampingan melalui program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu).

Baca juga: Swarga Beranda Indonesia, Resto Kekinian dengan Citarasa Indonesia Hadir di Sogo Central Park

Baca juga: Icip Bebek Muda Goreng Kremes Bebek Kaleyo di Jatiasih, Interiornya Instagramable Lho

Hasilnya pun positif. Rindoni dan para petani  menggunakan metode tumpeng sari, yakni tanaman kopi di sela tanaman karet.

Metode tumpang sari ini diklaim baru pertama kali diterapkan di Kalimantan Timur. 

Metode tumpang sari pada tanaman karet mejadi penanaman kopi pertama kalinya di daratan rendah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved