Lifestyle
Konsep Mindful Parenting untuk Wujudkan Kebiasaan Makan yang Baik pada Balita
Minimnya edukasi dan pemahaman soal nutrisi membuat sebagian orangtua kerap kurang tepat dalam memberikan menu gizi ke anaknya.
Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: LilisSetyaningsih
Pemilihan keluarga yang mengikuti program adalah adalah orangtua dengan balita yang terbiasa mengonsumsi susu kental manis sebagai minuman susu.
Setiap keluarga didampingi oleh kader yang telah mengikuti pelatihan Mindful Parenting.
Arif mengatakan, peserta yang mengikuti program adalah keluarga-keluarga yang atas kemauan sendiri ingin mengubahkebiasaan anak yang sudah terbiasa mengonsumsi susu kental manis.
Selain itu mau berkomitmen mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, mulai dari workshop, mengisi catatan harian perkembangan anak, menerapkan mindful parenting dan bersedia untuk terbuka dan jujur terhadap kader yang mendampingi.
Baca juga: Pandemi Persulit Akses Nutrisi dan Pendidikan Anak Indonesia
Peserta juga berkesempatan untuk berkonsultasi langsung dengan pakar mindful parenting yang menjadi pendamping program serta mendapat paket alat edukasi seperti alat ukur tinggi badan, buku cerita dan papan permainan edukasi tentang gizi.
"Dengan cara ini, orangtua dan anak sama-sama mengalami banyak kemajuan, ” paparArif.
Melly Amaya Kiong, Founder Komunitas Menata Keluarga sekaligus praktisi mindful parenting yang mendampingi kader selama program memberikan apresisasi atas program G21H .
“Kolaborasi konsep Mindful Parenting dengan pendampingan oleh kader untuk mewujudkan kebiasaan makan yang baik pada balita adalah sesuatu yang baru. Kedepannya, metode ini dapat diterapkan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baik pada anak dan keluarga,” jelas Melly.
Baca juga: Cegah Malnutrisi pada Lansia, Jangan Biarkan Selera Makannya Turun
Nyai, orangtua dari Arka (usia 2 tahun) mengaku keluarganya mengalami banyak eprubahan terutama dalam hal konsumsi makanan bergizi sejak mengikuti Mindful Parenting G21H bersama YAICI.
“Di awal program memang terasa sulit, tapi lama-kelamaan aktivitas mindful parenting ini jadi menyenangkan. Semoga ibu-ibu lain yang mengalami problem seperti saya dapat berkesempatan mengikuti program ini,” harap Nyai.
Lina Marlina kader yang mendampingi keluarga Nyai juga berharap G21H Mindful Parenting dapat dilanjutkan dengan menyasar lebih banyak masyarakat.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat karena sesungguhnya parenting adalah ilmu yang tidak diajarkan di bangku sekolah, namun kita harus belajar dari pengalaman," kata Lina.
Baca juga: Ingin Anak dengan Postur Tinggi, Nutrisi dan faktor Lingkungan Lebih Berpengaruh Ketimbang Genetik
"Melalui program ini, selaku kader sayapun ikut belajar, menata kembali keluarga supaya menjadi lebih harmonis. Selain itu, materi edukasi yang digunakan sangat membantu sehingga mendorong kreativitas kita sebagai orangtua memberikan edukasi tanpa harus memaksa dan menghakimi, melainkan dengan penuh kasih sayang dan keceriaan,” imbuhnya. (*)