Jari 13, Julukan Seto Fachrudin, Siswa PKL Yang Tewas Saat Kebakaran Gedung Cyber Kuningan

Setiap permasalahan atau trouble pada komputer dan laptop rekan-rekannya, lebih banyak yang mampu ia pecahkan

Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Budi Sam Law Malau
Warta Kota/Rafsanjani Simanjorang
Makam Seto Fachrudin, Siswa PKL korban kebakaran gedung Cyber, Kuningan 

WARTAKOTALIVE.COM, DEPOK -- Seto Fachrudin (17), salah seorang siswa PKL dari SMK Taruna Bhakti Depok yang wafat di musibah kebakaran Gedung Cyber Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (3/12/2021) lalu, dikenal oleh orang terdekat, sebagai sosok yang kreatif dan memiliki kemahiran alami memecahkan masalah komputer sekaligus mengoperasikannya.

Setiap permasalahan atau trouble pada komputer dan laptop rekan-rekannya, lebih banyak yang mampu ia pecahkan dengan cara mengeksplorasi secara kreatif.

Sejak kelas 5 SD, Seto sudah familiar dengan dunia komputer, karena diajarkan mengoperasikannya oleh sang ayah, Maryono.

Ditemui Warta Kota, di kediamannya di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (4/12/2021), Maryono mengenang kembali sosok putra tercinta dan buah hatinya tersebut.

"Anak itu luar biasa. Semua orang memanggilnya 'Jari 13'. Apa yang dia pegang jadi. Sehingga dia dijuluki Jari 13," ujarnya menggambarkan kecakapan putranya menggeluti dunia komputer.

Permasalahan komputer ataupun laptop milik rekan, keluarga dan kerabat, mampu ia pecahkan.

Tak hanya jago dalam mengoperasikan komputer, Seto juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi.

Ia bahkan turut membantu orang lain meskipun jaraknya jauh.

Baca juga: Ribuan Balita dan Ratusan Ibu Hamil Terdampak Erupsi Gunung Semeru

Baca juga: Erupsi Semeru, 8 Orang Terjebak Lahar Panas di Kampung Renteng, Sempat Kirim Video Minta Tolong

Baca juga: Dampak Letusan Gunung Semeru, 1 Orang Meninggal dan 41 Warga Luka Bakar di Curah Kobokan 

Seto juga tidak melupakan setiap orang yang pernah ia temui, baik rekannya saat di pesantren atau teman-teman di sekolah menengah kejuruan.

Sesuai dengan ajaran dari sang ayah, Seto menerapkan ilmu padi dalam kesehariannya.

Dengan segala potensi anaknya itu, Maryono mengaku ikhlas kehilangan buah hatinya.

"Ini sebenarnya kehilangan terbesar saya. Karena ini adalah musibah, tidak lain saya hanya Istighfar saya yang saya bisa," katanya. (m21)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved