Hari Disabilitas International
Tri Risma Ngeles, Setelah Dikritik atas Sikapnya yang Memaksa Anak Penyandang Disabilitas Berbicara
Maksud hati ingin memberi semangat, yang terjadi malah salah kaprah. Ini yang dialami Mensos Tri Rismaharini kepada remaja penyadang disabilitas.
Bahkan pelaku rudapaksa tersebut bisa menghirup udara bebas.
"Saya pengen tahu kenapa, mohon maaf ya ini cerita yang terus terang sampai saat ini masih ada di pikiran saya, saat saya jadi Walikota."
"Ada seorang tunarungu diperkosa, itu dia tidak bisa teriak. Dan itu setelah saya ceritakan disini, itu betul. Bahkan kemudian si pemerkosa itu bebas karena dia tidak bisa menjelaskan," terang Risma.
Baca juga: Menang 1-0 atas PS Tira Persikabo, Angelo Alessio Beberkan Alasan Persija Tidak Tampil Dominan
Untuk itu Risma ingin mencoba untuk mengoptimalkan kemampuan anak penyandang tunarungu tersebut, jika memang dia bisa bicara.
Risma juga menegaskan ia tidak ada niat untuk memaksa anak tersebut untuk berbicara.
"Jadi saya sampaikan saya ingin mengoptimalkan kemampuan dia kalau memang dia bisa bicara, itu pilihan setelahnya dia mau bicara atau tidak."
"Di titik tertentu memang kalau dia terpaksa harus bisa, bagaimana untuk bertahan. Itu jadi tidak ada niat untuk maksa-maksa itu, untuk apa," imbuhnya.
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, sikap Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini terhadap difabel atau penyandang tuli menuai kritik, termasuk dari cucu Luhut Binsar Pandjaitan, Faye Simanjuntak.
Faye yang mengetahui viralnya pemberitaan mengenai sikap Risma terhadap difabel, turut buka suara.
Gadis berusia 19 tahun ini mengaku kecewa berat pada sikap Risma sebagai Mensos.
Baca juga: Memperkuat Lini Aktivasi Konten Digital, A+ Communications Bekerjasama dengan Kamubisa.id
Pasalnya, menurut Faye, Risma selaku Mensos seharusnya berkontribusi melindungi para difabel, terutama anak-anak.
Hal ini disampaikan Faye dalam unggahan Instagram Story-nya, Kamis (2/12/2021).
"Masa Mensos yang seharusnya berkontribusi untuk melindungi teman-teman difabel - terutama anak-anak - bisa begini. Gue kecewa banget.
Dengan kata-katanya, Bu Risma bertingkah seakan-akan bahasa isyarat itu sekedar permainan saja, bukan bagian krusial dalam budaya teman-teman tuli (dan, seharusnya kita semua).
Bagaimana kita mau berkembang kalo menghormati dan memahami situasi orang lain aja ga bisa?" protes Faye.