Virus Corona

Timbul Rasa Cemas dan Tak Ingin Kembali ke Kantor Setelah WFH? Ini Nasehat Terapis Katheryn Perez

Menurut Katie George, semua masalah itu adalah aspek “sebelum kehidupan” yang tak lagi diinginkan oleh para pekerja.

Tribun Images
Ilustrasi work from home. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Terkurung dalam zona nyaman atau comfort zone bekerja dari rumah atau work from home nyaris hampir dua tahun selama pandemi Covid-19 dapat membuat seseorang kaget, tidak siap, atau bahkan shock ketika tiba-tiba harus kembali bekerja di kantor atau work from office.

Sejumlah kebiasaan yang dilakukan selama bekerja dari rumah yang sudah telanjur "mengikat", tentu tak mudah untuk dilepaskan begitu saja.

Sebelum wabah Covid-19 melanda, pergi ke kantor lalu bertegur sapa dengan rekan kerja bukanlah hal sulit dilakukan.

Bahkan jika kita menyukai lingkungan kerjanya, cocok dengan kolega hingga kuliner di kantin dekat kantor, kita akan selalu bersemangat untuk "ngantor".

Namun, berbeda dengan saat ini, yang untuk berjabat tangan saja sulit, apalagi ngobrol selama protokol kesehatan diterapkan.

Apalagi setelah lebih dari satu tahun kita berhasil beradaptasi dengan WFH dan terbiasa bekerja sendiri.

Baca juga: Sebaiknya Hindari Merokok dalam Ruangan, Simak Tips Menjaga Kualitas Udara dalam Rumah saat WFH

Baca juga: PPKM Level 3 Diperpanjang, Pemkot Depok Masih Terapkan WFH 100 Persen Bagi Sektor Non Essensial

Selain itu, hal yang membuat kita sulit kembali menjadi pekerja kantoran adalah soal pakaian.

Saat bekerja dari rumah, kita bisa mengenakan apapun dan bisa mengenakan pakaian atasan rapi hanya saat rapat virtual saja.

Memulai lagi semangat untuk mengarungi kemacetan dalam perjalanan menuju dan pulang dari kantor pun jadi tantangan tersendiri. 

Kembali untuk melalui perjalanan ke kantor pun tentu menyulitkan.

Baca juga: KABAR Gembira ASN NonEsensial PPKM Level 4 WFH 100 Persen Sesuai Surat Edaran Menteri PANRB

“Tentu rasanya berbeda saat kita bisa bangun untuk menikmati kopi dan kemudian masuk kerja secara virtual versus mencoba melawan orangtua yang marah mengantar anak-anak mereka ke sekolah, atau bus atau truk,” kata Katie George, manajer operasi di sebuah universitas.

Menurut Katie George, semua masalah itu adalah aspek “sebelum kehidupan” yang tak lagi diinginkan oleh para pekerja.

Pasalnya, banyak yang “hilang” jika kembali ke kantor, seperti waktu bersama keluarga yang bisa didapatkan saat bekerja dari rumah, masih bisa memasak, berolahraga atau menikmati hidup “normal.”

Untuk membantu kita melalui masa transisi ini, terapis asal California Katheryn Perez, mengatakan perlunya membuat batasan dengan diri sendiri tentang seberapa banyak dan kapan kita akan bekerja bisa membantu.  

Baca juga: WFH Timbulkan Rasa Jenuh, Ini Aktivitas Seru yang Bisa Usir Kebosanan dan Tetap Produktif

"Ada ketakutan, kecemasan, tekanan emosional, dan tidak siap untuk perubahan itu,” kata Perez.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved