Virus Corona

Siap Mundur Jika Terbukti Terima Duit dari Bisnis Tes PCR, Luhut: Gitu Aja Repot

Luhut menceritakan, pendirian PT GSI diinisiasi sejumlah perusahaan-perusahaan milik konglomerat pada tahun lalu.

Tribunnews/Lendy Ramadhan
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan siap mundur, jika terbukti menerima uang dari bisnis tes PCR melalui PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI). 

GSI (PT Genomik Solidaritas Indonesia) ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham.

"Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis," tambah Luhut.

Ia juga menyebut, partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain, yang sepakat bersama-sama membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.

"Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal," terangnya.

Luhut pun menjelaskan alasannya tak menggunakan nama yayasan.

Menurutnya, memang bantuan yang tersedia berasal dari perusahaan, dan memang tidak ada yang disembunyikan di situ.

Kedua, lanjut Luhut, hingga saat ini tidak ada pembagian keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk lain kepada pemegang sahamnya.

Luhut menyebut, keuntungan GSI justru banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan tenaga kesehatan di garda terdepan, termasuk di RSDC Wisma Atlet.

"Saya juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan, sehingga dapat terus menjangkau masyarakat yang membutuhkan."

"Pun ketika kasus menurun awal September lalu, saya juga yang meminta agar penggunaan antigen dapat diterapkan pada beberapa moda transportasi, yang sebelumnya menggunakan PCR sebagai persyaratan utama," papar Luhut.

Ia juga mengatakan, pemberlakuan aturan PCR yang diberlakukan kemarin, karena melihat adanya peningkatan risiko penularan akibat peningkatan mobilitas di Jawa-Bali dan penurunan displin protokol kesehatan.

"Sejujurnya saya tidak pernah terbiasa untuk melaporkan atau menunjukkan segala bentuk perbuatan yang bersifat donasi seperti ini."

"Karena bagi saya jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu," tulisnya lagi.

Namun, Luhut berkesimpulan harus menjelaskan dengan detail sesuai fakta yang ada, dikarenakan ada disinformasi yang efeknya tidak hanya menimbulkan kegaduhan.

Tetapi, juga memunculkan ketakutan bagi mereka yang punya niat tulus dan semangat solidaritas tinggi untuk melihat negeri ini bangkit lalu pulih dari pandemi.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved