Berita Nasional
Dikategorikan Industri Kreatif, Pengamat Kebijakan Publik Trisakti: HPTL Butuh Kebijakan Khusus
Dikategorikan Industri Kreatif, Pengamat Kebijakan Publik Trisakti: HPTL Butuh Kebijakan Khusus. Berikut Selengkapnya
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menilai Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) termasuk dalam industri ekonomi kreatif.
Alasannya karena HPTL menekankan inovasi dan kreatifitas, berbeda dengan produk tembakau konvensional pada umumnya seperti rokok.
"Industri kreatif bisa diartikan sebagai aktivitas usaha atau bisnis, berkaitan dengan penciptaan ataupun ide, yang dapat dijadikan sebagai produk ekonomi yang menghasilkan. Sehingga dapat disimpulkan HPTL berada dalam lini ini," ujar Trubus pada Selasa (26/10/2021).
Oleh karena itu, menurutnya, HPTL tidak bisa disamakan dengan industri tembakau.
Sehingga, pemerintah perlu menyusun kebijakan khusus terkait HPTL.
"Jadi perlu ada kebijakan tersendiri terhadap hasil pengolahan tembakau lainnya," imbuhnya.
Baca juga: Tingkatkan Amenitas-Aksesibilitas, Sandiaga Uno Siapkan Dana Alokasi Khusus Bangun Pariwisata Papua
Dari sisi penciptaan lapangan kerja, vape sebagai bagian dari HPTL juga mampu membuka jenis-jenis pekerjaan kreatif lain, di luar produksi produk.
Vape sebagai salah satu sektor HPTL, setidaknya memiliki 50.000 tenaga kerja.
Mengingat potensi penciptaan lapangan pekerjaan yang bisa lebih besar lagi dan memiliki kemampuan multiplier effect, Trubus pun menilai, perlu ada kebijakan yang membuka investasi seluas-luasnya terhadap HPTL.
"Karena itu bisa menyerap banyak tenaga kerja," tutur dia.
Hal ini diamini oleh Dimasz Jeremiah selaku pendiri Ministry of Vape Indonesia (MOVI).
Menurutnya, vape sebagai industri kreatif membuka berbagai lini lapangan kerja yang kian beragam.
Baca juga: Ada Ketimpangan Dalam Sistem Tarif Cukai, Industri Vape Dinilai Butuh Kesetaraan
Di antaranya, Brewer adalah mixologist yang memiliki kreativitas menciptakan rasa.
Vaporista, tenaga sales di toko offline biasanya juga harus menguasai media sosial, dan ilmu pemasaran.
Selain itu ada influencer dan content creator, yang membantu pemasaran dengan menggunakan media sosial.