Pedagang Pasar Poncol Senen Terus Bertahan Meski Pembeli Tak Seramai Dulu

Daryo mengaku pendapatannya merosot hingga 65 persen. Daryo pun mengaku tetap bertahan dengan berjualannya dan tidak tidak mencoba berjualan online.

Penulis: Miftahul Munir | Editor: Agus Himawan
wartakotalive.com/Miftahul Munir
Daryo Pedagang di Pasar Poncol Senen 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sudah tujuh tahun Abdul berjualan tas di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat. Meski demikian Abdul mengakui pendapatannya terus merosot.

“Bahkan menurun hingga 80 persen,” ungkap Abdul belum lama ini. Menurut Abdul ada beberapa faktor yang menyebabkan penjualan menurun drastis.

Pertama, lanjutnya, karena perlintasan kereta api (KA) Stasiun Pasar Senen ditutup oleh Kementerian Perhubungan empat tahun lalu.

Dampaknya, para pengunjung yang ingin ke Pasar Poncol malas untuk memutar balik di kawasan Cempaka Putih usai melintasi Underpass Pasar Senen.

Kemudian, kata Abul, karena pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 membuat pedagang Pasar Poncol semakin terpuruk.

Keluhan itu Abdul kepada Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi, yang berkunjung ke Pasar Poncol. “Kalau dulu sehari bisa dapat Rp 1 juta, kalau sekarang nyari Rp 200.000 saja susah,” ujarnya. Meskipun begitu Abdul mensyukuri apa yang didapatnya.

Baca juga: Pemulihan Ekonomi Nasional, Ada 1.300 UMKM Jakarta Bergabung di UMKM usAHA Binaan Airlangga Hartarto

Bahkan, kata Abdul di masa PPKM level dua ini, nasib pedagang di Pasar Poncol, Senen, Jakarta Pusat belum ada perubahan.

Abdul mengaku menjual barang baru dan bekas dengan harga yang sangat murah tapi tidak murahan. “Saya jual baru dan ada juga yang bekas,” kata Abdul.

Sementara itu, pedagang lainnya, Daryo, mengungkapkanhal serupa. Pedagang kaos sepak bola, ini mengaku sudah berjualan di Pasar Poncol sejak tahun 2002.

Pada masa itu, kata Daryo, pengunjung sangat padat dan untuk berjalan saja sangat susah. Namun pendapatannya tidak menentu tergantung dari kaos sepak bola yang dijual oleh Daryo.

“Kalau hari biasa nggak nentu, tapi kalau hari Minggu dapatlah Rp 1 juta,” kenang Daryo. Sementara, Daryo melanjutkan, selama pandemi Covid-19 pendapatannya menurun drastis. “Bisa dapat Rp 200.000 sehari aja,saya bersyukur,” ujarnya.

Daryo mengaku pendapatannya merosot hingga 65 persen. Daryo pun mengaku tetap bertahan dengan berjualannya dan tidak tidak mencoba berjualan online.

Daryo mengaku tidak mengerti bagaimana ia menjual pakaian olahraga secara online. “Cuma begini saja saya jualnya. Sudah tua nggak ngerti juga jualan online,” ujarnya.

Baca juga: Ciptakan Lapangan Kerja, Sandiaga Uno Janji Permudah UMKM Akses Beragam Perizinan

Sementara, Ayung, pedagang alat pancing dan raket badminton sudah menyiasati berjualan online sejak pendapatannya terus merosot dan terkena dampak pandemi Covid-19.

“Setiap hari ada saja satu atau dua pembeli yang nyangkut di aplikasi onlinenya. Tapi, masyarakat yang membeli secara online dengan langsung ada perbedaan harga,” ujar Ayung.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved