PON XX Papua

Cerita Laode Abdul Haris Sofyan Peraih Medali Emas Wushu Nomor Sanda Kelas 65 Kg

Haris (biasa disapa) nekat merantau dari tempat tinggalnya di Desa Pemana, Alok, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Kota Surabaya, Jawa Timur

PB PON XX PAPUA/Yulius Rianto Gozali )
Abdul Haris Sofyan dari DKI Jakarta (Kiri) menang atas Samuel Marbun dari Sumatra Utara di Kelas 65 Kg cabor Wushu Sanda Putra, dan berhak medali Emas yang berlangsung di GOR Hiad Sai Trikora Merauke, PON XX Papua, Minggu (3/10/2021) 

Awal melihat pertandingan itu, pria berumur 28 tahun ini mulai merasa tertarik dan bercita-cita ingin menjadi atlet Wushu.

Tepat tahun 2011, dirinya mengikuti latihan Wushu dengan tekun, sampai akhirnya berkesempatan berlaga di PON XVIII Riau 2012 mewakili kontingen DKI Jakarta.

Namun, lantaran belum memiliki pengalaman yang banyak di pertandingan Wushu tingkat nasional, Haris gagal membawa medali pada saat itu.

Kendati demikian, hal tersebut bukan menjadi akhir dari perjalanannya malah menjadi sebuah cambukan terhadap dirinya agar dapat meningkatkan performanya.

"Saat itu saya belum terlalu menguasai teknik bertahan, menendang, dan membanting lawan," ucapnya.

Lanjutnya, kata Haris, dirinya juga pernah mengalami cidera dipinggang dan punggungnya selama mengikuti olahraga Wushu.

"Saya pernah mewakili Indonesia di Asian Games 2018, namun tidak berhasil karena ada cedera dipinggang. Lalu, di SEA Games Filipina 2019, saya dapat perunggu. Hingga akhirnya 2021 ini ia berhasil mendapat medali emas di PON XX Papua," ucapnya.

Laode Abdul Haris Sofyan (kedua kiri) berada diatas podium setelah meraih medali emas cabor Wushu nomor Sanda kelas 65 kg PON XX Papua
Laode Abdul Haris Sofyan (kedua kiri) berada diatas podium setelah meraih medali emas cabor Wushu nomor Sanda kelas 65 kg PON XX Papua (Istimewa)

Bertemu Keluarga

Setelah banyak meraih prestasi, Haris akhirnya memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di NTT pada tahun 2015.

Saat itu, dirinya di hubungi asisten pelatihnya yang sedang pergi ke Nusa Tenggara Timur dengan menanyakan alamat rumah keluarganya.

Akhirnya Haris balik ke kampung halamannya dan bertemu kembali dengan keluarga besarnya di Desa Pemana.

Setelah delapan tahun 'menghilang', orangtua Haris masih tidak percaya kalau anaknya masih hidup. Pertemuan Haris bersama keluarganya, diliputi tangis rindu dan haru.

Kemudian Haris menghabiskan waktunya selama sebulan bersama keluarganya untuk melepas rindu hingga akhirnya kembali lagi ke Ibu Kota, untuk melanjutkan kariernya di cabor Wushu.

Keluarga besar Haris berasal dari Sulawesi Tenggara yang merantau ke Desa Pemana di Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Atlet wushu DKI Jakarta, Laode Abdul Haris Sofyan (kiri) saat bertanding melawan atlet wushu Sumater Utara Samuel Marbun dalam final wushu sanda kelas 65Kg di GOR Hiad Sai, Merauke, Papua, Minggu 3 Oktober 2021. Abdul Haris merebut emas di nomor tersebut dengan skor 2-0.
Atlet wushu DKI Jakarta, Laode Abdul Haris Sofyan (kiri) saat bertanding melawan atlet wushu Sumater Utara Samuel Marbun dalam final wushu sanda kelas 65Kg di GOR Hiad Sai, Merauke, Papua, Minggu 3 Oktober 2021. Abdul Haris merebut emas di nomor tersebut dengan skor 2-0. (PB PON XX PAPUA/Ali Lutfi)

PON Papua

Sumber: Warta Kota
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved