Covid19
Satu Bulan Berjuang di ICU, Ini Kisah Seorang Dosen Lahirkan Bayinya Dalam Kondisi Terpapar Covid-19
"Alhamdulilahnya bayi saya tidak ikut terpapar Covid-19. Tapi sedari awal saya tidak dapat menyusuinya bahkan melihat saja tidak," terang Dea.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Dedy
Beberapa pertimbangannya ialah agar bayi yang dikandungnya tidak ikut tertular Covid-19.
Selain itu, kondisi Dea yang semakin memburuk juga dikhawatirkan membahayakan janin.
Apalagi saturasi oksigen Dea terus turun hingga membahayakan kandungan.
Hati Dea berkecamuk di ruang isolasi Covid-19.
Selain memikirkan nyawa jabang bayi yang dikandungnya, ia juga merasa bersalah karena tidak dapat mengurus anak sulungnya yang juga terpapar Covid-19.
"Ketika saya divonis Covid-19, saat itu saya merasa hancur sehancur-hancurnya. Karena pasti saya enggak bakal lihat anak yang saya lahirkan dan pasti anak saya akan berkorban karena enggak dapat ASI. Ditambah lagi anak pertama saya positif dan saya enggak bisa sama dia," tuturnya dengan nada bergetar.
Jalani operasi sesar
Akhirnya sehari setelah dinyatakan Covid-19 tepatnya 16 Mei 2021, Dea menjalani operasi sesar.
Untungnya, operasi sesar yang dijalani Dea lancar.
Anak keduanya yang berjenis kelamin perempuan dilahirkan normal dengan berat 2,4 kilogram (kg) dan tinggi 44 centimeter (cm).
Namun, berbeda dengan ibu pada umumnya. Dea tidak bisa melihat batang hidung anaknya saat bayi bernama Nara itu dilahirkan.
Para tenaga medis langsung memisahkan bayi dengan ibunya agar tidak ikut terpapar Covid-19.
"Alhamdulilahnya bayi saya tidak ikut terpapar Covid-19. Tapi sedari awal saya tidak dapat menyusuinya bahkan melihat saja tidak," terang Dea.
Belum habis kesedihan Dea, beberapa hari pascaoperasi, kondisi wanita yang berprofesi sebagai dosen itu memburuk.
Bahkan ia sampai dilarikan ke ICU dan dipasang ventilator.