Pesawat Kepresidenan
Pengecatan Ulang Pesawat Kepresidenan Tuai Polemik, Pengamat: Lanjut Saja, Kalau Memang Penting
Proyek pengecatan ulang pesawat kepresidenan menuai polemik di masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Proyek pengecatan ulang pesawat kepresidenan menuai polemik di masyarakat.
Biaya pengecatan ulang yang menelan biaya hingga 100-150 ribu dolar AS atau setara Rp 2,1 miliar itu dinilai tak tepat oleh beberapa pihak.
Dalam situasi pandemi Covid-19 yang masih belum terkendali, proyek pengecatan ulang pesawat itu dinilai tidak merepresentasikan kondisi rakyat yang sedang dalam situasi sulit.
Baca juga: Ternyata Apriyani Rahayu Sempat Diberi Nama Dali Apriyani Gara-gara Punya Tanda Lahir di Bagian Kaki
Pengamat politik dan Founder Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio mempunyai pandangan lain.
Menurutnya, sah-sah saja jika proyek pengecatan ulang pesawat kepresidenan dilakukan saat pandemi Covid-19 masih melanda.
"Silahkan saja kalu memang urgent. Kalau memang mau diganti silahkan saja, kalau memang sudah dianggarkan dan direncanakan lanjut saja," kata Hendri, Rabu (4/8/2021).
Hendri menambahkan, polemik pengecatan ulang pesawat kepresidenan yang semula biru putih menjadi merah putih seharusnya tak perlu dibesarkan.
Baginya, perdebatan perihal warna silakan diuji oleh pakar aviasi dan ia menilai mungkin saja pengecatan ulang itu terkait keamanan saat pesawat mengudara.
"Jadi perdebatannya jangan hanya sebatas anggaran dan cat warna saja, tapi lebih ke faktor keamanan serta keselamatan saat pesawat itu di udara. Karena ini pesawat kepresidenan coba dikonsultasikan ke pakar aviasi, lebih safety mana pesawat dengan warna biru putih atau merah putih?," tuturnya.
"Karena ini membawa RI 1, bisa saja alasan pengecatan ulang itu ada faktor keamanan di dalamnya. Misal untuk menyamarkan saat terbang atau ada faktor keamanan lainnya yang memang mendesak. Kalau memang perlu dilanjutkan saja," imbuhnya.
Baca juga: Polisi Tetapkan Putri Akidi Tio Menjadi Saksi, karena Saldo tak Mencapai Rp 2 Triliun
Terakhir, Hendri mengungkapkan, bahwa anggaran 2,1 Miliar untuk pengecatan ulang pesawat kepresidenan terbilang wajar.
Menurutnya, besaran anggaran itu jangan selalu dikaitkan dengan situasi pandemi Covid-19, sebab kalau memang dirasa perlu baiknya rencana itu dilaksanakan saja.
"Kalau memang perlu, lanjut saja. Jadi kalau perdebatannya hanya sebatas anggaran dan warna cat menurut saya terlalu receh. Coba lebih diarahkan ke faktor safety, anggaran 2 Miliar bagi negara terbilang kecil untuk pengecatan ulang pesawat kepresidenan," pungkasnya.
Sebelumnya, Alvin Lie, mantan anggota Ombudsman yang juga pengamat penerbangan, mengkritik pengecatan ulang pesawat kepresidenan RI.
Dalam akun Twitter @alvinlie21, Alvin mengkritik pengecetan pesawat kepresidenan yang ia nilai foya-foya.