Balas Arteria Dahlan, Wasekjen Demokrat: SBY Beli Pesawat Kepresidenan Setelah 69 Tahun Tidak Punya
Arteria mengatakan, SBY membeli pesawat kepresidenan dengan cat warna biru, yang tak representatif dengan NKRI.
WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Partai Demokrat menanggapi pernyataan politisi PDIP Arteria Dahlan, yang membawa-bawa nama Susilo Bambang Yudhoyono terkait pengecatan ulang pesawat kepresidenan.
Arteria mengatakan, SBY membeli pesawat kepresidenan dengan cat warna biru, yang tak representatif dengan NKRI.
Menurut Wasekjen Partai Demokrat Irwan, Arteria salah besar jika menyalahkan SBY.
Baca juga: DAFTAR Terbaru 240 Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Jatim, Jateng, dan Sumatera Masih Membara
"Harusnya kita semua sebagai anak bangsa berterima kasih, karena Pak SBY beli pesawat kepresidenan setelah 69 tahun tidak punya," katanya kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).
PDIP, kata Irwan, malah sempat menolak keras pembelian pesawat kepresidenan.
"Bahkan, saat Jokowi jadi presiden di 2014, mereka usulkan agar dijual."
Baca juga: Pasutri Mantan Menteri Kesehatan Farid dan Nila Moeloek Positif Covid-19, Kini Dirawat d RSCM
"Ini kok aneh bin lucu tiba-tiba bicara pesawat kepresidenan," ujarnya.
Kritik rekan-rekan separtainya, kata Irwan, lebih kepada penjelasan Istana terkait latar belakang dan tujuan perubahan warna pesawat kepresidenan itu.
"Istana ini suka diam-diam dan tiba-tiba saja ramai di publik."
Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Pegunungan Arfak Papua Barat Tak Tersentuh
"Persis tahun lalu juga tiba-tiba Istana sewa Garuda untuk pesawat kepresidenan dan mengecat merah, dan diberi logo lalu ujung-ujungnya batal," tuturnya.
Lebih dari itu, Irwan menyinggung momen peristiwa ini tak tepat situasinya, karena semua pihak masih berjibaku mengurus pandemi Covid-19.
"Tangani pandemi saja masih kelimpungan cari pendanaan."
Baca juga: Daun Sungkai Disebut Ampuh Obati Covid-19, Satgas: Asal Ada Izin BPOM, Pemerintah Mendukung
"Coba yang masih bisa ditunda ya tunda aja."
"Kalau alasannya tahun 2019 sudah dibahas anggarannya, ya gampang kok, cukup direalokasi atau refocusing program dan anggarannya," beber Irwan.
Sebelumnya, politikus PDIP Arteria Dahlan meminta publik melihat sisi lain dari polemik pengecatan ulang pesawat kepresidenan, dari warna biru menjadi merah putih.
Menurutnya, jangan sampai publik terbawa permainan politik pihak-pihak yang merasakan 'post colour syndrome', pelesetan dari postpower syndrome, atau sindrom pasca-kekuasan karena tak bisa melepaskan diri dari kekuasaan yang sudah hilang.
Menurutnya, tak ada yang salah dengan pengecatan pesawat kepresidenan menjadi warna merah putih.
Baca juga: Cat Ulang Pesawat Kepresidenan Habiskan Dana Hingga Rp 2 Miliar, Istana Bantah Foya-foya
"Justru kalau mau kita jujur dan hadirkan perdebatan, yang harusnya dipermasalahkan itu dulu zamannya Pak SBY."
"Kok pesannya warnanya biru, padahal memungkinkan untuk memesan warna merah putih."
"Tapi kami beradab dan berpikiran positif saja," kata Arteria kepada wartawan, Rabu (4/8/2021).
Baca juga: Pasien Covid-19 Berkurang Drastis, 8 Tenda Darurat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid Bekasi Dibongkar
Sebab, warna bendera NkRI adalah merah putih, bukan warna biru.
"Justru kita bertanya, kok dulu tak sejak awal pesawat itu diwarnai merah putih?"
"Lalu apa yang salah dengan warna pesawat kepresidenan jika diubah menjadi merah putih sesuai warna bendera negara kita?" Tuturnya.
Baca juga: RSDC Wisma Atlet Kemayoran Bakal Tambah Jumlah Tempat Tidur, ICU, IMCU, dan HCU
Arteria lalu menegaskan sebagaimana Mensesneg Pratikno yang mengatakan hal ini sudah direncanakan sejal 2019, dan merupakan satu paket pengerjaan pengecatan dengan Helikopter Kepresidenan Super Puma yang lebih dahulu dikerjakan.
"Kalau terkait anggaran, kita ini kan negara hukum dan ada prosedur administrasi hukum yang telah dilalui dan bahkan disetujui oleh Partai Demokrat."
"Tentu saja anggaran untuk pengerjaan ini sudah dibahas dengan DPR, dan disetujui tahun 2019."
Baca juga: Sore Ini Jenazah Mantan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja Dimakamkan di TMP Kalibata
"Aneh saja kalau sekarang ada anggota DPR atau parpol di DPR yang mengkritiknya."
"Lah, dulu saat dibahas, kenapa tak ditolak, bahkan mereka tidak ada mempermasalahkan sedikitpun kala itu?" Papar Arteria.
Dia menilai masyarakat justru harus waspada, jangan sampai terjerat dengan logika yang dibangun pihak tertentu, yang tak bisa menerima warna bendera partainya tak lagi identik dengan warna pesawat kepresidenan yang lama.
Baca juga: Puas dan Bahagia Lihat Pasien Covid-19 Sembuh, Nakes: Kami Hanya Perpanjangan Tangan Tuhan
Padahal, justru warna pesawat kepresidenan saat ini, merah putih, adalah perwujudan simbol negara sesuai warna bendera nasional Indonesia.
"Mari berhati-hati dengan yang post power syndrome."
"Mungkin saja ini nanti jadinya post colour syndrome, hanya karena tak bisa menerima bahwa warna pesawat kepresidenan tak lagi sama dengan warna bendera partainya," ucap Arteria.
Baca juga: Kembali Perpanjang PPKM Level 4, Jokowi: Kita Tidak Bisa Buat Kebijakan Sama dalam Durasi Panjang
Sebelumnya, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan, pesawat kepresidenan yang dicat ulang adalah pesawat BBJ2 alias Boeing Business Jet 2 tipe 737-800.
Pengecetan pesawat tersebut sudah direncanakan sejak 2019, terkait perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun lalu.
"Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ," kata Heru kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).
Baca juga: Kembali Perpanjang PPKM Level 4, Jokowi: Kita Tidak Bisa Buat Kebijakan Sama dalam Durasi Panjang
Namun, kata Heru, pengecetan pesawat BBJ2 pada 2019 urung dilakukan karena belum masuk jadwal perawatan rutin.
Heru mengatakan, perawatan pesawat kepresidenan harus sesuai interval waktu yang telah ditetapkan.
Pesawat BBJ2 baru dicat ulang pada tahun ini berbarengan dengan jadwal perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik.
Baca juga: Kementerian Kesehatan Izinkan Ibu Hamil Divaksin Covid-19, Bakal Pakai Pfizer, Moderna, dan Sinovac
"Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan," ujarnya.
Heru membantah pengecatan pesawat tersebut merupakan bentuk foya-foya keuangan negara.
Ia mengatakan, anggaran pengecatan pesawat telah dialokasikan dalam APBN.
Baca juga: Yakin Sertifikat Vaksin Covid-19 Tak Bisa Dipalsukan, Wagub DKI: Kan Ada QR Code
Lagi pula, Kementerian Sekretariat Negara telah melakukan refocusing anggaran APBN 2020-2021 untuk penanganan Covid-19, sesuai yang telah ditetapkan Menteri Keuangan.
"Selain itu, proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri."
"Sehingga secara tidak langsung, mendukung industri penerbangan dalam negeri, yang terdampak pandemi," jelasnya.
Baca juga: Ini Syarat Ibu Hamil Bisa Divaksin Covid-19, Salah Satunya Usia Kehamilan di Atas 13 Minggu
Heru menambahkan, pengecatan pesawat BBJ 2 bernuansa merah putih.
Ia berharap dengan pengecetan ulang pesawat kepresidenan, dapat memberikan kebanggan tersendiri bagi Indonesia.
"Diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara," harapnya.
Baca juga: Politikus Bikin Poster Selamat untuk Greysia/Apriyani, Pengamat Bilang Tak Dongkrak Popularitas
Heru mengatakan, pesawat yang dicat ulang hanya BBJ2.
Pengecatan ulang pesawat dilakukan sekaligus perawatan berkala.
"Pesawat itu sudah 7 tahun, secara teknis memang harus memasuki perawatan besar, overhaul."
Baca juga: PPKM Level 4 Diperpanjang Lagi, Penyekatan di 100 Titik Terus Dilanjutkan Ditlantas Polda Metro Jaya
"Itu harus dilakukan untuk keamanan penerbangan," terangnya.
Heru mengatakan, pengeceaan dilakukan karena ada sebagian cat yang terkelupas sehingga harus diperbarui.
Warna pesawat dibuat merah putih sesuai bendera merah putih.
Baca juga: Mantan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja Meninggal di RS Mayapada Lebak Bulus
"Mengenai cat, memang sekalian diperbarui, karena sudah waktunya untuk diperbaharui."
"Pilihan warnanya adalah warna kebangsaan, merah putih, warna bendera nasional," tuturnya.
Sumber di Istana membenarkan anggaran untuk mengecat ulang pesawat mencapai Rp 2 miliar.
Baca juga: Positivity Rate Covid-19 di Jakarta Menurun Jadi 13 Persen, Anies Baswedan: Jangan Merasa Sudah Aman
Harga tersebut hanya untuk satu pesawat saja, yakni BBJ 2.
"Iya plus-minus segitu (Rp 2 miliar), pesawat BBJ saja," ungkap sumber tersebut.
Berikut ini spesifikasi pesawat kepresiden RI sebelum dicat ulang:
Nama Pesawat: Boeing Bussines Jet 2/BBJ 2.
Mesin: 2 Mesin CFM56-7
Sejarah pesawat: pembuatan dilakukan sejak tahun 2013 (Date Manufacture)
Kemampuan Terbang:
Ketinggian maksimum: 41.000 Feet.
Endurance (Daya Jelajah): 10 Jam.
Kecepatan jelajah maksimum: 0,785 Mach.
Kecepatan maksimum: 0,85 Mach
Jangkauan jelajah maksimum: 4.620 Nm / 8.556 Km
Ukuran pesawat
Rentang sayap : 35,79 Meter
Panjang badan : 38 Meter
Tinggi pesawat : 12,50 Meter
Ukuran lain-lain
Data muat: 4 VVIP Class Meeting Room,
2 VVIP Class (State Room)
12 Executive Area
44 Staff Area. (Reza Deni)