Vaksinasi Covid19

Legislator PKS Minta Pemerintah Ganti Vaksin Covid-19 Sinovac dengan Merek Lain Bila Tak Efektif

Pemerintah diminta jangan ragu mengganti vaksin Sinovac dengan merek lain, bila terbukti tidak efektif.

Warta Kota/Rizki Amana
Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS Mulyanto meminta pemerintah mengevaluasi serius efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac. 

WARTAKOTALIVE, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR Fraksi PKS Mulyanto meminta pemerintah mengevaluasi serius efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac.

Pemerintah diminta jangan ragu mengganti vaksin Sinovac dengan merek lain, bila terbukti tidak efektif.

"Pemerintah harus jujur melakukan evaluasi ini."

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Merah Covid-19 di Indonesia: Meroket Jadi 180, Jawa Masih Membara

"Semua harus diungkap apa adanya."

"Jangan sampai uang yang ratusan triliun untuk vaksinasi, tidak berdampak terhadap upaya penanggulangan Covid-19 di tanah air," kata Mulyanto kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).

Sebelumnya, Pemerintah Cina memborong vaksin Pfizer buatan Amerika untuk keperluan vaksinasi rakyatnya.

Baca juga: Pemerintah Akhirnya Larang Tenaga Kerja Asing Masuk Indonesia, Diterapkan Mulai 23 Juli 2021

Kebijakan ini menimbulkan pertanyaan, apakah Pemerintah Cina sendiri meragukan kemampuan vaksin produksi dalam negeri mereka?

Beberapa negara yang semula menggunakan Sinovac juga menyatakan beralih ke merek lain.

Setidaknya Malaysia dan Thailand akan menghentikan penggunaan Sinovac bila persediaan habis.

Baca juga: DAFTAR Terbaru Zona Hijau Covid-19 di Indonesia: Nyaris Menghilang, Cuma Ada 2 di Papua

Selanjutnya, akan menggunakan vaksin merek lain untuk kelanjutan program vaksinasi di negara mereka.

"Kita harus evaluasi vaksin Sinovac ini secara serius, karena faktanya efikasi vaksin ini menurut WHO hanya 51%."

"Dan hasil uji BPOM hanya 65 persen."

Baca juga: Beda dari 2020, Tahun Ini Penerima Bantuan Subsidi Upah Cuma untuk yang Bergaji di Bawah Rp 3,5 Juta

"Kan masih ada jenis vaksin yang lebih tinggi efektivitasnya."

"Jadi wajar kalau kita minta pemerintah mengganti vaksin Sinovac ini dengan jenis vaksin yang efikasinya lebih tinggi," tutur Mulyanto.

Mulyanto mendorong pemerintah mempercepat produksi vaksin Merah Putih yang tengah dikembangkan oleh LBM Eijkman.

Baca juga: Kapolda Sulteng Turun Langsung Pimpin Perburuan Ali Kalora Cs, Suplai Logistik Pasukan Diperkuat

Untuk itu, pemerintah perlu mengalokasikan sumber daya dan sumber dana yang cukup untuk percepatan riset dan produksi vaksin dalam negeri ini.

Selain itu, pemerintah perlu memperbanyak titik vaksinasi secara masif.

Bila perlu, fungsikan puskesmas, posyandu, kelurahan, dan kantor RW, sehingga makin mudah dan banyak masyarakat yang terlayani.

Baca juga: Menteri Agama: Vaksinasi Penjabaran Ajaran Agama, Jaga Kehidupan Langkah Paling Mulia Agungkan Tuhan

"Negara jangan kalah dengan kepentingan mafia impor vaksin."

"Negara harus berani bersikap dalam kondisi krisis ini."

"Yang kita pertaruhkan bukan semata soal anggaran yang besar, tapi nasib rakyat Indonesia," beber Mulyanto.

Daftar 5 Vaksin Covid-19 yang Dipakai Indonesia, Efikasi Pfizer Tertinggi, Sinovac Paling Rendah

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan 5 izin penggunaan darurat (EUA) vaksin Covid-19, hingga pertengahan Juli 2021.

Kelima vaksin Covid-19 itu adalah Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer.

Setiap vaksin yang diproduksi diharapkan memiliki kemanjuran atau efikasi dalam melawan suatu penyakit.

Baca juga: Luhut: Makin Banyak Kita Bikin Berita Tidak Benar, Makin Banyak Orang Stres dan Meninggal

Efikasi didapatkan melalui beberapa tahapan uji klinik.

Berikut ini daftar vaksin Covid-19 yang digunakan Indonesia dan tingkat kemanjurannya:

1. Sinovac

Vaksin yang diproduksi oleh Sinovac Biotech ini merupakan vaksin pertama di Indonesia yang memperoleh EUA.

BPOM menyebut, berdasarkan uji klinik di Bandung, efikasi vaksin ini sebesar 65,3 persen.

Dan berdasarkan laporan dari Turki, efikasi vaksin ini sebesar 91,25 persen, dan di Brasil sebesar 78 persen.

“Efikasi vaksin sebesar 65,3% dari hasil uji klinik di Bandung tersebut menunjukkan harapan bahwa vaksin ini mampu untuk menurunkan kejadian penyakit Covid-19 hingga 65,3%,” ujar Kepala BPOM Penny K Lukito, 11 Januari 2021.

2. AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Oxford University bekerja sama dengan AstraZeneca, menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (ChAdOx 1).

Berdasarkan data hasil uji klinik yang disampaikan, pemberian Vaksin Astra Zeneca 2 dosis dengan interval 4-12 minggu pada total 23.745 subjek, dinyatakan aman dan dapat ditoleransi dengan baik.

Dari evaluasi Khasiat, pemberian vaksin AstraZeneca menunjukkan kemampuan yang baik dalam merangsang pembentukan antibodi, baik pada populasi dewasa maupun lanjut usia.

Efikasi vaksin dengan 2 dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar 2 bulan, menunjukkan efikasi sebesar 62,10%.

3. Sinopharm

Vaksin ini menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi.

Dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78%, dan vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia.

Secara umum, dari hasil evaluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual, dan adanya KIPI juga menunjukkan vaksin sedang bekerja.

4. Moderna

BPOM telah melakukan pengkajian bersama Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), terkait keamanan dan efikasi dari vaksin ini.

Hasilnya menunjukkan secara umum keamanan vaksin ini dapat ditoleransi, baik reaksi lokal maupun sistemik, dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2.

Kejadian reaksi yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan menggigil.

Baca juga: Sama Seperti Tuntutan Jaksa, Edhy Prabowo Divonis Hukuman 5 Tahun Penjara

Sedangkan untuk data efikasi, berdasarkan data uji klinik fase 3 pada 21 November 2020, efikasi Moderna untuk mencegah Covid-19 yang parah adalah sebesar 94,1% pada kelompok usia 18 hingga di bawah 65 tahun, dan 86,4% pada kelompok usia 65 tahun ke atas.

Hasil ini diperoleh melalui pengamatan mulai hari ke-14 setelah penyuntikan kedua.

5. Pfizer

Sama halnya dengan Moderna, Pfizer juga menggunakan platform mRNA dan berasal dari produsen Amerika Serikat

Berdasarkan data uji klinik fase 3, efikasi vaksin Pfizer pada usia 16 tahun ke atas menunjukkan keberhasilan sebanyak 95,5%, dan pada remaja usia 12-15 tahun sebesar 100%.

Data imunogenisitas menunjukkan pemberian 2 dosis vaksin Comirnaty dalam selang 3 minggu, menghasilkan respons imun yang baik.

Baca juga: Luhut Bilang Varian Delta Turunkan Efikasi, Satgas: Vaksin Masih Penting untuk Minimalkan Gejala

Selain itu, hasil pengkajian menunjukan secara umum keamanan vaksin dapat ditoleransi pada semua kelompok usia.

Kejadian reaksi yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan berbagai jenis vaksin.

Baca juga: Anies Baswedan: Perusahaan Non Esensial-Kritikal yang Tetap Terapkan WFO Tidak Bermoral

Karena, semua jenis vaksin baik untuk mencegah penularan Covid-19 dan telah melalui uji kualitas, keamanan, dan efikasi.

“Masyarakat dimohon jangan pilih-pilih vaksin."

"Vaksin yang diberikan pemerintah adalah vaksin terbaik dan teruji keamanannya,” ucap mantan Wakil Menteri BUMN ini. (Chaerul Umam)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved