PPKM darurat

Bawa Miras, Cewek Open BO Bersama Dua Teman Prianya Diamankan Petugas PPKM Darurat di Lenteng Agung

Tiga remaja masih di bawah umur diamankan lantaran kedapatan membawa minuman keras (miras) saat melintas di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: PanjiBaskhara
Wartakotalive.com/Vini Rizki Amelia
Tiga remaja masih di bawah umur diamankan aparat gabungan TNI-Polri lantaran kedapatan bawa miras saat melintas di Pos Penyekatan PPKM darurat Lenteng Agung, tepatnya di Jalan Raya Lenteng Agung, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/7/2021) sekira pukul 22.00 WIB. Selain membawa miras, salah satu remaja yang merupakan seorang wanita, SA (16) juga mengaku sudah mengkonsumsi obat terlarang jenis tramadol. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Tiga remaja diamankan petugas TNI-Polri pos penyekatan PPKM Darurat, di Jalan Raya Lenteng Agung, Selasa (6/7/2021) sekira pukul 22.00 WIB.

Tiga remaja masih di bawah umur diamankan, lantaran kedapatan membawa minuman keras (miras) saat melintas di Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Tak hanya miras, di depan aparat gabungan TNI-Polri ketiga anak remaja yang satu diantaranya adalah perempuan mengaku mengkonsumsi obat terlarang jenis Tramadol.

Remaja yang mengaku pertama kali ke petugas mengkonsumsi obat terlarang tersebut ialah perempuan berinisial SA (16).

Baca juga: Tiga Remaja di Bawah Umur Bawa Miras Diamankan Petugas Pos Penyekatan PPKM Darurat di Lenteng Agung

Baca juga: Video Syur Siswi Open BO di MiChat Setengah Bugil Viral, KPAID Tasikmalaya: Ini Sangat Miris Sekali

Baca juga: Modus Matikan Lampu, Kafe di Jakarta Timur Dipenuhi Ratusan Pengunjung dan Jual Minuman Keras

Diakui SA ke petugas, sebelum diamankan ia konsumsi obat terlarang tersebut bersama dua teman seusianya, HD dan MDI.

Kejadian berawal saat petugas menghentikan ketiganya mengendarai motor berbonceng tiga tidak memakai helm.

Ketika laju motornya dihentikan, petugas mendapati adanya kantong plastik kresek tepat di bawah stang motor.

Bungkusan plastik hitam tersebut ternyata berisikan minuman keras jenis ciu atau tuwak yang dikemas di botol air mineral.

Pada bungkusan kresek tersebut juga terdapat satu renceng kemasan kacang kulit.

"Petugas dapati adanya pengendara berbonceng tiga tanpa menggunakan helm, jelas pelanggaran. Sehingga kami hentikan untuk di tindak lanjuti."

"Tapi ternyata di temukan minuman keras jenis ciu di motor yang digunakan sehingga langsung kami interogasi," papar Iptu Deni Setiawan selaku Perwira Pengendali PPKM Darurat di Pos Lenteng Agung, Selasa (6/7/2021) malam.

Dari hasil interogasi di lapangan, kata Deni, petugas mendapat keterangan bahwa SA mengonsumsi tramadol yang diberikan oleh MDI.

Tiga remaja masih di bawah umur diamankan aparat gabungan TNI-Polri lantaran kedapatan bawa miras saat melintas di Pos Penyekatan PPKM darurat Lenteng Agung, tepatnya di Jalan Raya Lenteng Agung, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/7/2021) sekira pukul 22.00 WIB. Selain membawa miras, salah satu remaja yang merupakan seorang wanita, SA (16) juga mengaku sudah mengkonsumsi obat terlarang jenis tramadol.
Tiga remaja masih di bawah umur diamankan aparat gabungan TNI-Polri lantaran kedapatan bawa miras saat melintas di Pos Penyekatan PPKM darurat Lenteng Agung, tepatnya di Jalan Raya Lenteng Agung, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (6/7/2021) sekira pukul 22.00 WIB. Selain membawa miras, salah satu remaja yang merupakan seorang wanita, SA (16) juga mengaku sudah mengkonsumsi obat terlarang jenis tramadol. (Wartakotalive.com/Vini Rizki Amelia)

Keduanya pun sama-sama mengonsumsi secara bersamaan yang masing-masing menenggak dua tablet tramadol.

Open BO

Petugas pun menghubungi orang tua ketiga remaja di bawah umur yang membawa miras dan mengkonsumsi obat jenis tramadol tersebut.

Setelah di interogasi cukup lama sembari menanti para orang tua, SA sempat mengaku dirinya juga seorang wanita yang membuka jasa layanan esek-esek di media sosial.

SA, kerap open booking out (BO) atau menjajakan dirinya ke pria hidung belang melalui media sosial (medsos).

SA mengaku, mengenali dua remaja pria yang berboncengan bersamanya tersebut melalui akun Facebook.

"Kenal di Facebook, saya tinggal di Margonda tadi dijemput terus ikut sama mereka mau nemenin minum (miras)," papar SA.

Ia yang mengaku baru akan masuk ke sebuah SMK di wilayah Kota Depok ini, memang sudah lama mengonsumsi miras dan obat-obatan terlarang.

Saat di interogasi itu pun, SA memperlihatkan kedua jari jemari tangan kiri dan kanannya tengah bergetar kencang.

Tante Murka

Selang beberapa menit kemudian, ayah dari HD dan tante MDI tiba di lokasi.

Sebelumnya mereka dimintakan petugas menjemput putranya karena ditangkap petugas di pos penyekatan PPKM darurat.

E, tante dari MDI pun murka begitu melihat sang keponakan ditahan petugas karena membawa miras.

"Mati aja lo, bandel banget. Mama lagi sakit makin sakit lihat lo kayak gini," kata E di lokasi.

Kepada wartawan, E mengaku kakaknya yang merupakan ibu dari MDI tak bisa hadir.

Hal itu dikarenakan sedang menjalani isolasi mandiri akibat terinfeksi Covid-19.

"Ini ibunya lagi sakit, tadi telepon saya nangis-nangis suruh ke sini karena anaknya di tahan polisi."

"Ibunya lagi isoman, pakai tabung oksigen tapi anaknya malah kayak gini," cetusnya E.

Akibat ulahnya itu, ketiganya langsung diboyong petugas serse dari Polsek Jagakarsa untuk diperiksa lebih lanjut diantaranya akan di tes urine.

"Kita berkoordinasi dengan serse Polsek Jagakarsa, nanti akan diperiksa lebih lanjut oleh mereka terhadap ketiganya."

"Kalau memang terbukti mengonsumsi narkoba tentu akan di proses hukum," kata Deni.

Cerita PSK Open BO di MiChat

Ada sebuah cerita unik dari pekerja seks komersial (PSK), Vera (25) bukan nama sebenarnya.

Vera, diketahui kerapkali menawarkan jasa esek-esek ke pria hidung belang, dengan cara open booking out (BO) melalui aplikasi MiChat.

Selama menjadi PSK, Vera mengaku pernah mendapat pelanggan yang merupakan tetangganya sendiri, hingga teman nongkrong.

Vera yang merupakan warga asal Kiaracondong, Bandung tersebut, lebih memilih menjajakan dirinya di daerah Jalan Cagak, Subang.

Diketahui, jarak antara wilayah Ciater, Subang dengan Bandung sekitaran 30 Kilometer (KM).

Sudah empat tahun Vera menjajakan dirinya sebagai PSK di Subang.

Subang dipilih lantaran jauh dari tempat tinggalnya di Kiaracondong.

Hanya, meski sudah 'mengungsi' jauh dari tempat tinggalnya, Vera ternyata juga masih sering dapat pelanggan dari sekitar rumahnya.

Dia sering mendapat pelanggan pria hidung belang yang dikenal.

Bahkan, mendapat orderan dari teman nongkrong di Bandung juga sering.

"Aku pernah sama tetangga aku dari Kiaracondong. Namanya pake MiChat, foto yang ada di profil bukan foto asli."

"Begitu pun pelanggan yang pesen, mau tua mau muda, mau kenal atau enggak dia pesen ya disamperin," kata Vera.

Selain pernah menerima pelanggan yang tak lain seorang tetangganya, Vera juga pernah mendapat pelanggan seorang teman karibnya.

"Teman tongkrongan juga pernah, tapi itu pas aku di Lembang. Dia temen nongkrong di kosan, tarif mah tetap sama sesuai kesepakatan di MiChat," kata dia.

Sudah empat tahun Vera menjalani prostitusi online.

Awalnya ia seorang pemandu karaoke, tapi kemudian nekat menjajakan diri melalui aplikasi MiChat.

Ia berasal dari Kiaracondong, Kota Bandung, dan saat ini tinggal di rumah kos di daerah Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Vera mengaku dahulu merupakan seorang pemandu karaoke di wilayah Kota Bandung.

Karaoke, yang akrab dengan dunia malam, kemudian menjadi media bagi Vera untuk terjun ke dunia prostitusi online.

Ketika ditemui di salah satu vila di kawasan Sari Ater, Selasa (25/5/2021) dini hari, Vera, yang hendak menunggu ojek online setelah melayani pria hidung belang, mengungkapkan, dirinya sudah dapat dua pelanggan semalam.

"Barusan udah beres. Sekarang saya lagi cari ojek online mau pulang ke kosan," ujar Vera kepada TribunJabar.id.

Sembari mengisap sebatang rokok, Vera lalu duduk santai di bangku salah satu warung parkiran bus di kawasan Sari Ater.

Seolah tanpa beban, Vera langsung menawarkan diri.

"Mas nginep di mana? Kalo mau, aku masih open," ujarnya.

Saat itu harga yang ditawarkan Vera terbilang cukup mahal.

"Long time Mas cukup Rp 1,2 juta. Kalau mau sekali main, Rp 400 ribu juga gapapa," kata dia.

Dijelaskan Vera, long time adalah istilah disewa dengan waktu cukup panjang, dari malam hingga pagi.

"Kalau long time, ya, sampe check out tapi nanti pagi aku minta dianterin pulang," ujarnya.

Meski menerima panggilan long time, Vera tetap membatasi tiga kali main hingga pagi.

Wanita satu ini terbilang cukup piawai, hari ini dari sore hingga dini hari dia sudah menerima dua panggilan pria hidung belang.

"Baru dapet satu juta. Pada pelit, gak mau kasih uang tips, padahal aku juga butuh ongkos grab," kata dia.

Vera sudah sekitar 4 tahun menjalani profesi tersebut, semenjak ia merantau di wilayah Jalan Cagak Subang,

"Kalau saya sengaja di luar daerah, biar gak banyak orang yang dikenal tau," ujar Vera.

Status Vera yang hingga kini belum berumah tangga juga menjadi sebab kenapa ia bisa laris manis.

"Rata-rata nanyain janda apa enggak. Kalau bilang gadis, pasti seneng dan aku emang belum menikah," katanya.

Dulu ketika ia bekerja sebagai pemandu karaoke (LC) di wilayah Kiaracondong, ia tak pernah menerima tawaran kencan.

"Pas jadi LC saya gak mau karena itu deket daerah tempat tinggal saya, tapi saya mulai open pun pas pindah merantau ke Subang," katanya.

(Wartakotalive.com/VIN/Serambinews.com)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved