Di Atas Makam, Keluarga Pasien Covid-19 Ini Teteskan Air Mata saat Dihampiri Anies Baswedan

Para keluarga pasien Covid-19 juga meneteskan air mata di hadapan Anies. Mereka baru saja memakamkan anggota keluarganya karena terpapar covid-19.

Penulis: Mohamad Yusuf | Editor: Mohamad Yusuf
Instagram @aniesbaswedan
Suasana haru tampak ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghampiri para keluarga pasien Covid-19 yang baru saja memakamkan jenazah di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (23/6/2021). 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Suasana haru tampak ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghampiri para keluarga pasien Covid-19 yang baru saja memakamkan jenazah di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (23/6/2021).

Para keluarga pasien Covid-19 juga meneteskan air mata di hadapan Anies.

Di mana mereka baru saja memakamkan anggota keluarganya yang wafat akibat terpapar Covid-19.

Baca juga: DUH! Selain Sembako Kena Pajak, Dalam Draf RUU KUP, Sekolah Pun Bakal Dikenakan PPN

Baca juga: Penasaran dengan Suara Berdenyit di Kamar, Suami di NTT Pergoki Istri Telanjang dengan Pria Lain

Baca juga: Ternyata di Arab Saudi, Habib Rizieq Bertemu Tito Karnavian, Budi Gunawan dan Dihubungi Wiranto

Anies pun menggambarkan suasana haru tersebut melalui unggahan di akun Instagram-nya @aniesbaswedan.

Berikut unggahan tersebut:

Air mata tak berhenti mengalir. Usapan demi usapan tak membuat wajahnya kering.

Ia berjongkok di sisi kiri gundukan tanah kuburan yang masih basah. Jenazah suaminya yang berusia 54 tahun baru saja dikuburkan. Ibu itu tak berhenti bertutur atas kehilangannya.

“Dia itu minggu lalu masih sehat-sehat Pak, terus kena covid, terus...” kalimatnya putus, meledak jadi tangis.

Anak lelakinya terdiam memegang pundak ibunya. Anak perempuannya jongkok di sisi kanan. Menunduk.

Duka mereka, duka kita, tak terkira dalamnya.

Seorang bapak berdiri memandang satu kuburan yg juga masih basah. “Istri saya, Pak. Minggu lalu masih sehat.

Cuma sakit perut terus drop, Pak. Kena covid,” begitu katanya. Mata kami bertatapan.

Tak perlu kata-kata. Hening dan mata basah itu sudah cukup pesannya. Duka itu tak terkira dalamnya.

Jongkok lama, pundaknya tergoncang-goncang. Saya tunggu di belakangnya. Tak berapa lama ia bangun dan berbalik.

“Saya dari Bandung, Pak. Ini Bapak saya. Minggu lalu masih sehat. Sekarang semua hilang, Pak,” jelasnya dalam kalimat yang tersendat-sendat.

Tiga jenazah berderet itu dikuburkan hampir bersamaan. Setelah liang kubur ditutup, keluarga inti diberi waktu berdoa sejenak, lalu harus ke luar area pemakaman. Itulah akhir pengantaran mereka pada keluarganya.

Sumber: Warta Kota
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved