Tetap Produktif di Masa Pandemi, Ini Kisah Pengrajin di Kampung Batik Bright Gas Tasikmalaya

Diresmikan tahun 2019, sentra batik ini berlokasi di Kampung Ciroyom dan Cigereung, Nagarasari, Kecamatan Cipedes.

Editor: Lucky Oktaviano
Istimewa/PT Pertamina (Persero)
Aisha Nadia, pengrajin batik asal Tasikmalaya, meneruskan usaha batik orangtuanya yakni Dimas Batik, yang telah berdiri sejak tahun 1987. Di tahun 2019, bersamaan dengan peresmian Kampung Batik Bright Gas Tasikmalaya, Aisha bergabung menjadi mitra binaan Pertamina. Kini di masa pandemi, Aisha melakukan inovasi produknya dengan bimbingan Pertamina. 

WARTAKOTALIVE.COM, TASIKMALAYA -– Selain dikenal dengan julukan Kota Santri, Tasikmalaya, Jawa Barat, juga dikenal sebagai penghasil kerajinan bordir, anyaman bambu, hingga batik dengan corak-corak khasnya yang unik.

Salah satunya yakni corak merak ngibing atau merak menari.

Untuk mendukung kemajuan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan industri kreatif di Tasikmalaya, PT Pertamina (Persero) melalui Pemasaran Regional Jawa Bagian Barat terus mendorong mitra binaan pengrajin batik di Kampung Batik Bright Gas Tasikmalaya.

Hal ini agar mitra binaan ini naik kelas dan mandiri, serta untuk tetap produktif di masa pandemi.

Adapun Kampung Batik Bright Gas Tasikmalaya merupakan sinergi antara Pertamina dengan Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk mengembangkan produk unggulan daerah Tasikmalaya.

Diresmikan tahun 2019, sentra batik ini berlokasi di Kampung Ciroyom dan Cigereung, Nagarasari, Kecamatan Cipedes.

Salah satu pengrajin batik tersebut adalah Aisha Nadia. Pengrajin batik asal Tasikmalaya ini meneruskan usaha batik orangtuanya yakni Dimas Batik, yang telah berdiri sejak tahun 1987.

Di tahun 2019, bersamaan dengan peresmian Kampung Batik Bright Gas Tasikmalaya, Aisha bergabung menjadi mitra binaan Pertamina.

Aisha mengaku pinjaman modal yang ia dapatkan sangat bermanfaat untuk mengembangkan usahanya.

“Setelah bergabung menjadi mitra binaan Pertamina, Dimas Batik berkembang pesat. Di tahun 2019 omzet meningkat hingga Rp 40 juta per bulan. Kemudian saat mulai pandemi di tahun 2020 memang sempat turun drastis," kata Aisha.

Namun, berkat pelatihan dan pendampingan yang diberikan Pertamina, Aisha menjadi lebih semangat berinovasi.

"Alhamdulillah tahun ini omzet kami berhasil meningkat kembali hingga mencapai Rp 60 juta per bulan,” ungkapnya.

Usaha milik Aisha ini pun memiliki keunikan tersendiri. Saat pengrajin batik lainnya kebanyakan memproduksi batik cetak, Aisha mengembangkan kain batik tulis.

Di kala banyak pengrajin batik memproduksi batik cetak, Dimas Batik yang kini dikelola Aisha Nadia dan menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero), punya keunikan sendiri yakni memproduksi batik tulis. Sebanyak 17 orang warga di sekitar rumahnya diberdayakan untuk produksi batik ini.
Di kala banyak pengrajin batik memproduksi batik cetak, Dimas Batik yang kini dikelola Aisha Nadia dan menjadi mitra binaan PT Pertamina (Persero), punya keunikan sendiri yakni memproduksi batik tulis. Sebanyak 17 orang warga di sekitar rumahnya diberdayakan untuk produksi batik ini. (Istimewa/PT Pertamina (Persero))

Sebagai putri daerah, ia pun turut menggandeng dan memberdayakan 17 orang warga sekitar tempat tinggalnya untuk memproduksi produk batiknya.

Tidak selalu harus bekerja dari rumah produksi, menurut Aisha para pengrajin di Dimas Batik dapat melakukan pekerjaannya dari rumah masing-masing.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved