Kabar Tokoh
PROFIL Margono Tanuwijaya, Presdir FIFGROUP, Manusia Harus Punya Value dan Legacy
Profil Margono Tanuwijaya, CEO FIFGROUP, yang semula ingin menjadi ilmuwan. Moto hidupnya, manusia harus memiliki value dan legacy.
Penulis: Desy Selviany | Editor: Suprapto
Ia pun memilih Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) di Purwokerto, Jawa Tengah, untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.
Baca juga: VIDEO Wawancara Eksklusif Margono Tanuwijaya : Kunci Sukses FIFGroup Raih Untung di Masa Pandemi
Di situ pertama kali Margono remaja merantau ke Purwokerto.
Setelah lulus kuliah, Margono yang telah menginjak usia dewasa mulai melihat realitas kehidupan.
Saat lulus kuliah tahun 1990, peluang pekerjaan yang banyak diterimanya justru bukan di bidang MIPA, melainkan bisnis dan ekonomi.
Pertama kali ia bekerja sebagai kepala gudang di sebuah pabrik sepatu di Bandung, Jawa Barat.
Di pabrik itu, Margono harus cepat beradaptasi dalam mengatasi permasalahan yang jauh dari ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah.
Di posisi itu, Margono harus dapat monitoring, stock opname, dan mengurus hitung-hitungan kalau ada yang mau ambil barang dari gudang.
Pada tahun 1991, teman dari keluarganya Setianto yang bekerja di PT Astra Kumkang Shoe Tech menawarinya untuk bergabung di PT Astra.
Margono pun mencoba melamar dan diterima melalui program Astra Basic Training Program (ABTP) tahun 1991 di PT Astra International Tbk (AI).
Karena sebagian dari On the Job Training (OJT) Margono di-assign ke PT Astra Sedaya Finance (ACC) di Kwitang, Jakarta, Februari 1991.
Value dan Legacy
Berbagai jabatan dan pengalaman dirasakannya di perusahaan finance raksasa tersebut.
Mulai dari posisi Kepala Cabang, National Marketing Head, Kepala Wilayah, GM Marketing, Marketing Directur, Chiev Excecutive, Presiden Direktur, hingga Presiden Komisaris pernah diembannya.
Namun kata Margono, hanya dua hal yang terpenting setiap menjalankan tugas dan mengemban jabatan yang dititipkan, yakni harus selalu memiliki value dan meninggalkan legacy.
Margono mengatakan, mengerjakan tugas dengan baik memang suatu keharusan. Namun memiliki nilai yang dapat ditinggalkan merupakan sebuah nilai tambah yang membedakan kita dengan orang tekun lainnya.