Viral Media Sosial

Gus Miftah Dikafirkan Karena Masuk Gereja, Habib Ahmad bin Novel Sebut Itu Tidak Dilarang Agama

Gus Miftah Dihujat hingga Dikafirkan Karena Masuk Gereja, Habib Ahmad bin Novel Sebut Itu Tidak Dilarang Agama

Penulis: Dwi Rizki | Editor: Dwi Rizki
Twitter @ahmadnsj
Habib Ahmad bin Novel bin Jindan 

Dirinya dituding kafir dan sesat lantaran menyampaikan orasi kebangsaan dalam peresmian Gereja Bethel Indonesia (GBI) Amanat Agung di Penjaringan, Jakarta Utara pada Kamis (29/4/2021).

Beragam pertanyaan pun dilontarkan terkait kehadiran Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta itu di dalam gereja.

Banyak yang mendukungnya karena menghargai perbedaan.

Namun tidak sedikit yang mencelanya karena menyalahi syariat agama Islam yang menyebut haram bagi setiap muslim yang masuk ke dalam tempat ibadah agama lain. 

Jauh sebelum tudingan kepada Gus Miftah viral di media sosial, Ustaz Adi Hidayat sempat mengkaji hukum memasuki tempat ibadah agama lain.

Ceramah itu terekam dan diunggah kembali oleh akun @Dark_Anger1; pada Selasa (4/5/2021).

Dalam video tersebut, awalnya Ustaz Adi Hidayat membahas soal nama gereja yang berasal dari bahasa latin, yakni 'igereja'.

Selanjutnya, mengenai tata cara beribadah umat kristiani, hingga seorang pemuka agama terkenal bernama Santo Dominggo.

Baca juga: Ustaz Adi Hidayat Ungkap Asal Usul Hari Minggu, Berasal dari Santo Dominggo-Seorang Imam Katolik

"Berdasarkan perjalanan waktu, igereja-igereja-igereja lama-lama menjadi gereja. Jadi gereja itu bukan bahasa Indonesia, dari bahasa latin, asalnya igereja. Bagaimana cara ibadahnya?," tanya Ustaz Adi Hidayat.

"Pertama mereka datang ke situ itu dua hari setelah orang Islam ibadah. Orang Islam umumnya hari Jumat mereka ke mesjid, dua hari setelah itu, itu mereka berangkat ke igereja. Nah cara menyembah orang-orang katolik sampai sekarang itu nggak langsung menyembah tuhannya, lewat perantara," tambahnya.

"Jadi kalau mau ditebus dosanya datang kepada 'Bapa', gitu kan? minta pengakuan dosa dan sebagainya, disebut dengan Santo. Pada saat itu yang disembah Santo Dominggo. Jadi ketika berangkat ditanya mau ke mana mereka? nyembah Santo Dominggo ke igereja," jelas Ustaz Adi Hidayat.

Baca juga: Orasi Kebangsaan Gus Miftah Picu Polemik, BJ Habibie Sebut Gereja Tempat Menenangkan Ketika Bersedih

Kebiasaan menjadi perilaku, nama Santo Dominggu katanya lambat laut berubah menjadi 'Minggu'.

Kemudian menjadi nama hari Minggu hingga saat ini.

"Lisan orang kita suka menyingkat, 'Santo Dominggo-Dominggo-Dominggo-Dominggo menjadi Minggu sampai harinya. Tidak pakai 'o'," ungkap Ustaz Adi Hidayat tersenyum.

"Nah itu, disingkat jadi minggu, minggu itu nggak ada, itu bukan bahasa Indonesia asli, bukan! dulu Ahad, semua mengatakan Ahad. Santo Dominggo, disingkat jadi Minggu, orang kita kan suka menyingkat, bahkan kadang jauh ya? Dominggo-Dominggo-minggu-minggu, hadirlah sampai hari ini," paparnya.

Baca juga: Bedah Foto Jokowi Tinjau Para Ibu Tanam Padi Sendirian, Roy Suryo : Bocor di Belakang

Perubahan tersebut katanya terjadi pada era KH Hasyim Asyari sekira tahun 1911. 

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved