Berita Nasional
Tes Wawasan Kebangsaan Pegawai KPK Jadi Polemik, Begini Pandangan dari Pakar Psikologi Forensik
Banyak peneliti yang mengingatkan bahwa nasionalisme sejatinya punya makna lebih luas dari 'sekedar' urusan ideologi.
Penulis: Budi Sam Law Malau | Editor: Feryanto Hadi
"Jadi, alih-alih dimanfaatkan sebagai alat penebas leher personel, hasil assessment justru dipakai untuk pengembangan karir yang bersangkutan," katanya
Baca juga: Musni Umar sebut Partai Ummat Hebat dan Menarik, Singgung Sosok Amien Rais hingga Satrio Piningit
Menurut Reza, tes merupakan pendekatan diambil dalam episode singkat.
"Beda dengan penilaian kerja sehari-hari. Misal, bagi masing-masing personel KPK, bisa dicek clearance rate-nya, response times-nya, dan enforcement productivity-nya," kata Reza.
Pengecekan hal-hal konkret semacam itu katanya justru lebih jitu untuk menyimpulkan seberapa tinggi produktivitas personel.
"Semakin tinggi produktivitasnya, dimaknakan semakin tinggi pula profesionalismenya. Semakin profesional dia, semakin tinggi pula sesungguhnya derajat nasionalismenya selaku pengemban amanat rakyat dalam memberantas korupsi," paparnya.
Baca juga: Yusril: KPU Belum Mampu Antisipasi Masalah Baru Pasca-pemungutan Suara Ulang Pilkada Serentak 2020
Dengan demikian, kata dia, penilaian kontinyu terhadap kerja sehari-hari personel KPK semestinya lebih menentukan nasib mereka, ketimbang tes yang diselenggarakan secara insidental dalam waktu singkat.
"Begitulah sepatutnya nasionalisme dimaknai dan diterjemahkan ke dalam program pembinaan personel KPK," kata Reza.(bum)