Gatot Nurmantyo Unggah Tulisan Anak Awak KRI Nanggala 402, Isinya Bikin Netizen Bercucuran Air Mata
Tulisan itu, mengenang saat sang anak bernama Nery diberi pesan oleh ayahnya yang kerap meninggalkan saat bertugas, untuk menjadi pemimpin di keluarga
Penulis: Mohamad Yusuf | Editor: Mohamad Yusuf
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengunggah tulisan dari seorang anak awak kapal selam KRI Nanggala 402 yang gugur di perairan Utara Bali.
Tulisan itu, mengenang saat sang anak awak KRI Nanggala 402 bernama Nery diberi pesan oleh ayahnya yang kerap meninggalkan saat bertugas, untuk menjadi pemimpin di keluarganya.
Tak hanya itu, Nery juga menceritakan saat dirinya menguatkan para anggota keluarganya ketika ditetapkan status KRI Nanggala 402 sebagai Eternal Patrol.
Baca juga: PNS Makassar Punya Harta Rp56 M, Mobil Ford Mustang dan Ribuan Meter Tanah, Siapakah Irwan Rusfiady?
Baca juga: Sewa Jet Pribadi, Miliarder India Kabur dari Negaranya karena Lonjakan Covid-19, Segini Biayanya
Baca juga: Cerita SBY Berada 1 Jam di Kapal Selam, Bayangkan jika Berbulan-bulan, Beri Hormat ke Tentara Kita
Tulisan panjang yang diunggah di akun Instagram Gatot Nurmantyo @nurmantyo_gatot, spontan membuat netizen bercucuran air mata.
"Tulisan seorang anak syuhada KRI Nenggala 402. Tentang kesaksian anak salah satu korban gugur di KRI Nanggala 402. Untuk Nery, kamu bukan hanya pencerita yang baik. Tetapi anak yang hebat dan juga pribadi yang kuat," tulis Gatot.
Netizen pun mengaku terharu dengan kekuatan anak dari awak KRI Nanggala 402 itu.
Berikut tulisan anak dari awak KRI Nanggala 402:
SELAMAT BERTUGAS PRAJURIT
By Nery
Berita tentang hilangnya kapal selam Nenggala 402 sejak kemaren, membuat berkecamuk semua rasa kami.
Ya, salah satu awak kapal itu adalah ayah kami, yang pamit bertugas hanya seminggu, namun di hari ketiga di kabarkan loss contac.
"Ya Allah, tolong ya Allah, butuh keajaibanmu" gumam adik perempuanku yang tak lepas dari TV dan memantau lewat sosial media.
"Eh, jgn bilang tenggelam dulu dong, jangan menyerah dong, carii, cari terus" histerisnya adik lelakiku penuh emosi.
Aku sebagai anak perempuan tertua menahan semuanya, tidak ikut emosi walau air mata tak bisa terhenti.
Tanggung jawabku memastikan keadaan rumah terkendali, terutama ibuku, sesuai pesan ayah yang selalu di ulang-ulang,
"Saat ayah bertugas, kondisi rumah menjadi tanggung jawabmu, bantu bunda untuk menjalankan hari selama ayah tertugas, kamu anak pertama, tugas ini memang untuk kamu, walaupun kamu perempuan, maka jadilah perempuan yang kuat, adikmu boleh menyerah, tapi kamu tidak boleh menyerah jika masih bisa berdiri"
Hari-hari biasa kudengar petuah itu layaknya kaset yang di ulang-ulang terus sebulan 2 sampai 3 kali setiap mau bertugas beberapa hari.
Dan akan lebih lama petuah itu jika ayah akan bertugas sebulan lebih.