Bulan Suci Ramadan

Mana Lebih Baik Pola Salat Tarawih 4-4-3 atau 2-2-2-2-3? Begini Penjelasan PP Muhamaddiyah

Shalat tarawih ini bisa dikerjakan 11 rakaat (8 rakaat tarawih, 3 rakaat witir) atau 23 rakaat (20 tarawih dan 3 witir) 

row pixel
Ilustrasi -- pola Shalat tarawih di rumah atau masjid, ini maknanya 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Malam ini menurut PP Muhammadiyah akan dimulai salat tarawih pertama sebelum menunaikan puasa Ramadan 1442 Hijriah. 

Shalat tarawih ini bisa dikerjakan 11 rakaat (8 rakaat tarawih, 3 rakaat witir) atau 23 rakaat (20 tarawih dan 3 witir) 

Lalu bagaimana dengan pola salat tarawih pun bermacam, ada dengan pola 2-2-2-2-3 (2 rakaat tarawih dan 3 witir), ada pula yang melakukan pola 4-4-3 (4 rakaat tarawih dan 3 witir).

Lantas, bagaimana pelaksanaan ibadah tarawih menurut Muhammadiyah? Berikut penjelasannya.

Baca juga: Kapasitas Jemaah Dibatasi, Pengurus Masjid Agung Al Barkah Siapkan Area Parkir untuk Salat Tarawih

Baca juga: Harus Warga Setempat dan Baca Surat Pendek Jadi Syarat Wajib Salat Tarawih di Masjid & Musala Depok

Dua Cara Tarawih Muhammadiyah

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Tri Sundani menjelaskan bahwa pada prinsipnya salat tarawih sama halnya dengan salat malam sehingga umat Islam wajib berlapang dada dengan perbedaan cara yang ada.

Imam mazhab seperti Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal misalnya melakukan salat tarawih dengan 20 rakaat dengan satu witir.

Sementara itu Imam Malik melakukan 36 rakaat dengan ditutup salat witir.

Baca juga: Shalat Tarawih 11 Rakaat atau 23 Rakaat Mana yang Lebih Baik? Berikut Penjelasannya

Menurut Agus, beberapa ulama atsar dan sahabat Nabi bahkan ada yang tidak membatasi jumlah rakaat salat tarawih.

“Salat tarawih itu kan disebut sebagai salat lail (salat malam), atau kalau bangun tidur disebut sebagai salat tahajud, kalau dilaksanakan di bulan Ramadan disebut dengan tarawih karena ada jeda istirahatnya,” terang Agus.

Muhammadiyah sendiri menurut Agus memilih mengikuti tata cara yang dilakukan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam yakni salat tarawih dengan dua macam pilihan caranya.

Tarawih 4-4-3

Pilihan pertama, Muhammadiyah menggunakan formasi 4-4-3 berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anha yang berbunyi,

“Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam tidak pernah melakukan salat sunah pada Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat.

Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya.

Kemudian, beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat (witir).”

“Rakaat pertama witir baca Surat Al-A’la, rakaat kedua Al-Kafirun, dan rakaat ketiga baca Al-Ikhlas. Atau bisa tiga qul itu (Al Ikhlas, Al Falaq, An-Nas),” jelas Agus.

Tarawih 2-2-2-2-2-1

Sedangkan pilihan kedua, Muhammadiyah menurut Agus memakai formasi 2-2-2-2-2 ditambah satu witir berdasarkan hadis riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas yang berbunyi,

“Aku berdiri di samping Rasulullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah salat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat, selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan salat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan saalat subuh.”

Baca juga: Ini yang Dilakukan Istiqlal, Saat Jamaah Solat Tarawih Melebihi Kapasitas

“Nah karena Muhammadiyah memperbandingkan hadis-hadis itu, maka pilihan yang dipilih oleh Tarjih Muhammadiyah adalah dua tadi. Jadi warga Muhammadiyah bisa memilih salah satu dari dua tadi karena itu tanawu’ ibadah. Pilihan dalam ibadah,” ungkapnya.

Kapan Salat Tarawih Dilaksanakan?

Karena Salat Tarawih adalah sama dengan ibadah salat malam, menurut Agus salat tarawih boleh dikerjakan di awal waktu setelah ibadah salat Isya’ atau di tengah malam.

“Waktu salat tarawih itu mulai bada Isya’ sampai munculnya fajar. Ada yang dikerjakan awal waktu yaitu bada Isya, boleh saja itu namanya salat malam dikerjakan di malam hari. Hukumnya boleh saja,” ulang Agus.

Baca juga: Bacaan Lengkap Shalat Tahajud Mulai dari Niat, Doa Sampai Waktu Pelaksanaannya

Tarawih Pandemi di Rumah atau di Masjid?

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengeluarkan panduan ibadah Ramadan di masa pandemi 1442 Hijriyah, salah satunya adalah himbauan salat tarawih di rumah.

Namun Muhammadiyah juga membolehkan diadakannya salat tarawih di masjid bagi daerah yang tidak memiliki kasus penularan Covid-19.

Dalam pelaksanaannya pun, salat tarawih harus mengindahkan enam syarat yaitu:

1) shaf berjarak

2) memakai masker

3) jamaah masjid hanya terbatas bagi warga setempat

4) anak-anak, lansia, dan orang sakit dengan riwayat Komorbid tidak dianjurkan datang ke masjid

5) membawa peralatan salat sendiri dan melakukan protokol kesehatan sebelum masuk masjid, dan

6) takmir memastikan masjid sesuai protokol kesehatan baik sebelum maupun sesudah ibadah tarawih.

Sumber: Muhammadiyah.or.id

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved