Siapa Dewi Tanjung? Yang Minta Wanita Bercadar dan Pria Bercelana Cingkrang Keluar dari Indonesia
Dewi Tanjung yang merupakan Politikus PDI Perjuangan itu membuat pernyataan kontroversial, yaitu mengaku geli meligat pria dengan celana cingkrang.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sosok Dewi Tanjung kembali membuat perbincangan publik.
Di mana Dewi Tanjung yang merupakan Politikus PDI Perjuangan itu membuat pernyataan kontroversial, yaitu mengaku geli meligat pria dengan celana cingkrang dan berjengkot.
Tak hanya itu, Dewi Tanjung juga menyebut bahwa ia juga geli melihat perempuan mengenakan cadar.
"Nyai Geli banget liat Kadrun Bercelana Cingkrang, berjenggot, berjidat hitam dan geli liat perempuan Bercadar. Liatlah tampang-tampang mereka seperti zombie hidup muka pucat dan pandangan mata mereka kosong," tulis Dewi di laman Twitter pribadinya, Jumat (2/4/2021)
Baca juga: Detik-detik Kelompok Kupang Bentrok Sengit dengan Pendekar PSHT di Tangerang, Empat Orang Terluka
Bahkan tidak segan meminta pria dan wanita bergaya seperti itu untuk keluar dari Indonesia.
"Kalo Kadrun Kilafah mau bergaya seperti ini sebaiknya keluar dari Indonesia," tulisnya
Di sisi lain, Dewi Tanjung juga menyebut para pelaku teroris berpakaian seperti yang dia sebutkan di atas.
Baca juga: Bentrokan Pecah saat Ratusan Warga Tutup Akses ke Lokasi Tambang di Bungo, Jurnalis Ikut Jadi Korban
Lalu bagaimana sosok sebenarnya Dewi Tanjung? Simak profilnya berikut ini.
Profil Dewi Tanjung
Dilansir dari KompasTv, Dewi Tanjung adalah Kader PDIP yang pernah banyak dibicarakan warganet karena mengatakan kasus Novel Baswedan hanyalah rekayasa belaka.
Bahkan video yang diunggahnya di Youtube ditonton lebih dari 57 ribu penonton.
Bernama lengkap Dewi Ambarwati, ia lahir di kota Bogor pada 15 Januari 1980.
Sayangnya, Dewi Tanjung pernah gagal saat Pemilu 2019 untuk Dapil V Jawa Barat, karena hanya memperoleh lebih dari 7.300 suara.
Dalam sejarah pelaporan ke polisi, kasus pelaporan Novel Baswedan bukanlah orang pertama yang dipolisikan Dewi.
Ia juga pernah melaporkan politikus senior PAN Amien Rais atas kasus dugaan makar.
Laporan tersebut juga turut menyeret nama Habib Rizieq Shihab dan Bachtiar Nasir.
Jika melihat akun Youtubenya, Dewi Tanjung termasuk aktif membuat video kritikan terhadap beberapa pelaporan.
Apalagi pada saat Fahira Idris melaporkan orang yang membuat meme Anies Baswedan, ia menyinggung ke mana Fahira saat Presiden Jokowi dihina dan dilecehkan. Videonya pun telah ditonton lebih dari 129 ribu.
Pernyataan pengurus MUI tentang polemik cadar
Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Zaitun Rasmin beberapa waktu menyebut, diskriminasi terhadap warga negara yang mengenakan cadar maupun celana cingkrang sangat mengusik umat muslim.
Sebab diyakinkannya, walau pakai cadar dan celana cingkrang, mereka tetap menjunjung tinggi Pancasila dan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Hal tersebut disampaikan KH Zaitun Rasmin dalam Program Indonesia Lawyers Club (ILC) bertajuk 'Apa, Siapa, Radikal' di TV One pada Selasa (5/11/2019) silam.
Dalam paparannya, KH Zaitun Rasmin menekankan agar sejumlah pihak tidak menyampaikan penilaian sepihak, khususnya tentang penggunaan cadar dan celana cingkrang.
Baca juga: Markas Pemuda Pancasila Cibodas Digrebek, Polisi: Jadi Tempat Jualan Miras dan Pesta Sabu
Terlebih, penilaian tersebut jauh dari pendapat ulama ataupun organisasi Islam yang ada di Indonesia, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
"Ada tiga ormas besar atau terbesar yang mempunyai kompetensi, kita kembalikan bagaimana penilaian-penilaian itu agar kita tidak bebas nilai. Nah, saya setuju bahwa kita juga jangan apologi, di dalam dunia Islam yang namanya radikal berdasarkan agama itu pasti ada, dari zaman awal ada Khawarij dan membawa korban tidak sedikit, ada syiah juga yang membawa korban waktu Qaramithah berkuasa, ada 30.000 orang dibunuh dari jemaah haji, Hajar Aswat dicuri dan ada liberalisme pemikiran ini juga tidak boleh kita tidak akui dalam dunia Islam," jelas KH Zaitun Rasmin.
"ya kalau Ahlussunnah saya akui flat dari dulu, ada kasus-kasus ahlussunnah membunuh dan sebagainya itu kasus yang lumrah terjadi di manusia, bukan karena berangkat dari pemahaman yang radikal tadi itu," tambahnya.
Pemahaman tentang radikalisme hingga liberalisme yang dianut kaum syiah katanya tercatat dalam sejarah kaum Mu'tazilah, mereka katanya dapat memutarbalikkan pendapat para ulama yang telah disepakati sebelumnya.
Baca juga: Aa Gym Mendadak Cabut Gugatan Cerai, Teh Ninih Singgung soal Keteladanan dalam Rumah Tangga
Tetapi, umat muslim Indonesia umumnya menganut paham Ahlussunnah yang menegaskan tidak boleh ada pendapat apabila telah didapatkan ijma ulama sebelumnya.
"Sekarang, kita biarkan radikalisme pemikiran itu, ini menunjukkan ketidakadilan. Misalnya, ada disertasi yang orang istilahkan disertasi mesum yang mengatakan hubungan laki-perempuan di luar pernikahan sebagai bukan zina, padahal ayatnya jelas, hadistnya jelas, ijma ulama tentang itu juga jelas, nah ini kalau kita biarkan maka kita sendiri yang sebetulnya yang akan melahirkan radikalisme-radikalisme," jelas KH Zaitun Rasmin.
"Sebab, di dunia ini pasti ada aksi-reaksi, kalau ada ekstrim kiri, akan mengundang ekstrim kanan. Bersyukurlah, alhamdulillah bang Karni, di Indonesia ini banyak orang-orang yang punya komitmen agama yang tinggi, pakai cadar-celana cingkrang, tapi pemahaman wasathiyah-nya tinggi, sehingga tidak menjadi ekstrim," tegasnya.
Tidak Boleh Menyakiti
KH Zaitun Rasmin pun menyampaikan, selain sebagai Wakil Sekretaris jenderal MUI, dirinya juga merupakan Ketua Umum Wahdah Islamiyah Indonesia.
Dalam organisasi Islam tersebut, banyak anggotanya yang mengenakan cadar dan celana cungkring, padahal diungkapkannya ketentuan memakai cadar adalah sunnah.
"Banyak yang pakai cadar, tetapi tidak satu pun, Alhamdulillah yang berpikiran ekstrim, kita menyanyikan Indonesia Raya, kita juga sangat bergaul, ppandangan kami kepada non muslim jelas sekali berdasarkan Alquran. Jangankan, jangankan, kita tidak boleh menyakiti mereka, berbuat baik pada orang kafir, orang non muslim, itu adalah sesuatu yang dibenarkan, walaupun dalam istilah 'kafir' bagi kami juga jelas dari Al Quran dan orang-orang yang berlebihan saja yang melarang-larang," jelas KH Zaitun Rasmin.
"Istilah kafir itu tidak satu pun saya temukan di Indonesia yang pernah memanggil non muslim, 'kafir', belum pernah, sepanjang saya hidup. Bahkan dalam pertemuan ya bang Karni, kalau ada pertemuan non muslim-muslim.
Belum ada satu pun yang bilang, 'bapak-bapak, ibu-ibu selain kita di sini orang muslim ada orang kafir'. Tidak, tidak ada. pasti menyebut, 'bapak-bapak, di sini ada muslim, di sini juga ada saudara kita orang hindu, ada sodara kita orang nasrani, dan seterusnya'," tambahnya.
KH Zaitun Rasmin berharap agar pemerintah tidak membesarkan masalah, khususnya larangan pemakaiana cadar dan celana cingkrang.
Dirinya justru mempertanyakan jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memakai cadar atau celana cingkrang di Kementerian Agama atau Kementerian lainnya yang menurutnya sangat sedikit atau tidak ada sama sekali.
"Nah ini juga hal yang patut kita garisbawahi, dan masalah keagamaan adalah hal yang sangat-sangat sakral di negeri kita ini. Dan umat pasti akan selalu berusaha mengamalkan yang terbaik.
Saya juga ingin menyampaikan tidak usah terlalu khawatir, Indonesia ini, dengan perkembangan cadar tidak akan berubah menjadi mayoritas pakai cadar, sama dengan jilbab, sampai sekarang masih boleh dikatakan 50:50 yang pakai jilbab dengan yang tidak pakai jilbab," tutupnya. (Yuliyana/KompasTv)